Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Tragedi Jum'at Kelabu yang meletus di Kota Banjarmasin tepat pada 23 Mei 1997 masih meninggalkan catatan sejarah kelam. Dua dekade lebih sejak peristiwa berdarah ini meletus, pemerintah daerah dan pusat belum bisa mengungkapkan pelaku utama, korban, serta apa pemicu sebenarnya yang mendorong kerusuhan mencuat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan wawancara banjarhits.id kepada saksi kejadian, informasi yang selalu muncul di permukaan bahwa kericuhan meletus karena tensi politik memanas menjelang kampanye akhir Pemilu 1997. Dua kubu massa partai politik Golkar dan PPP bentrok, hingga memicu penjarahan dan perusakan fasilitas publik.
"Waktu itu kan ada tiga partai ya. Golkar, PPP, dan PDIP yang melakukan kampanye. Nah, hari terakhir itu yang giliran kampanye Golkar. Saya tahunya cuma masalah muncul ketika massa golkar lewat Masjid Noor ketika salat Jum'at dengan iringan-iringan motor. Knalpotnya nyaring sekali. Jelas saja kan marah karena di sana juga daerah PPP," ujar Lambri, warga Pekauman yang melihat langsung kericuhan.
Pasca kejadian itu, Lambri bercerita massa memang tak terkendali. Yang ia ketahui persis, massa terkonsentrasi di Kantor DPD Partai Golkar, dan merusak bangunan tersebut setelah salat Jumat.
ADVERTISEMENT
Alih-alih mereda usai merusak kantor Golkar, kerusuhan malah makin meluas. Massa merusak berbagai ruko-ruko dan Mitra Plaza dibakar. Aksi penjarahan pun tak bisa dihindarkan di kompleks pertokoan tersbesar kala itu. Listrik padam pada seluruh wilayah Kota Banjarmasin
"Saya persis di daerah Jembatan Sudimampir waktu itu. Karena berdagang di sana," ujarnya.
Pasukan keamanan baru tiba mereda amuk massa setelah malam tiba. Menurut Lambri, prajurit TNI dan Polri menyisir kampung-kampung kecil dan mendatangi massa penjarah Mitra Plaza. Lambri sendiri belum tahu detail gerombolan massa perusak ini berasal dari mana.
Seingat dia, kerusuhan baru bisa mereda beberapa hari setelahnya. "Kira-kira tanggal 24 atau 25 (Mei 1997) ya. Kurang ingat, habis itu suasana mulai damai. Tapi sampai sekarang belum jelas kasus ini seperti apa," Lambri melanjutkan.
ADVERTISEMENT
Adapun Wakil Ketua Komnas HAM, Hariansyah, mengungkapkan pihaknya kesulitan mengungkap fakta sebenarnya Tragedi Jumat Kelabu di Banjarmasin tersebut. Sebab, kata dia, pengarsipan Komnas HAM juga cenderung buruk hingga dokumen terkait Tragedi Jumat Kelabu sirna pelan-pelan.
Hariansyah berkata Komnas HAM sejatinya sudah membentuk tim pencari fakta (TPF) yang diisi almarhum Asmara Nababan dan Soetandyo.
“Tapi karena arsipnya yang sudah dimakan rayap dan banyak yang sudah meninggal, jadi kami agak kesulitan. Padahal jika ada dokumen-dokumen terkait maka mudah untuk dilanjutkan," tandasnya.