Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Misteri Tunggul Kuning, Ziarah Ramadan, dan Buaya Putih Sungai Banyiur
1 Juni 2019 20:12 WIB

ADVERTISEMENT
Berdiri berbalut kain kuning, aroma wangi melati menyeruak ketika banjarhits.id mendekati sebuah bangunan mirip gazebo yang menjorok ke Sungai Banyiur, Kelurahan Basirih, Kota Banjarmasin. Untuk mendekati gazebo, banjarhits.id menyusuri titian kayu pada situs keramat yang kerap disebut Tunggul Kuning.
ADVERTISEMENT
Terletak di Kampung Banyiur Luar, nama Tunggul Kuning sejatinya bukan makam wali atau tokoh masyarakat yang dikeramatkan, melainkan sebongkah kayu ulin yang tertajak di atas sungai dengan balutan kain. Kayu ulin dalam lilitan kain ini dinaungi sebuah gazebo yang mulai dimakan usia.
Pengurus Tunggul Kuning, Juwita tidak tahu detail sejarah awal mula situs ini berdiri, hingga sampai dikeramatkan warga. Juwita merupakan generasi paling muda yang merawat situs Tunggul Kuning. Ia cuma tahu situs keramat ini sudah turun temurun disakralkan karena dipercaya istana roh halus penunggu Sungai Banyiur.
Mitos yang berkembang dari cerita warga, Juwita melanjutkan, Tunggul Kuning sebagai tempat tinggal makluk halus menyerupai satu ekor buaya putih dan ular berkulit kuning.
ADVERTISEMENT
"Kata orang tua saya, ada seorang warga yang kemudian ditemui oleh makhlus halus itu lewat mimpi. Mereka minta untuk memasang kain kuning di tunggul itu," kata Juwita kepada wartawan banjarhits.id, Sabtu 1 Juni 2019.
Dari cerita ini, kata dia, warga yang percaya mulai tergerak membalut kain-kain kuning di Tunggul Kuning. Sejumlah peziarah yang merasa situs ini memang benar-benar berkeramat, biasanya rela datang jauh-jauh sekedar memasang kain kuning.
"Kebanyakan dari luar kota seperti Palangkaraya, Samarinda, sampai Jakarta. Bulan puasa ini lebih dari 50 orang yang datang. Tapi pas mau lebaran ini belum ada yang datang. Mereka bernazar memasang kain di sana," tutur Juwita.
Toh, keluarganya tak merasa terganggu atas mitos yang berkembang bahwa Tunggul Kuning sebagai istana makluk gaib. Juwita dan keluarganya mendiami rumah bersebelahan dengan situs kramat ini. Juwita menganggap hal lumrah di lingkungan penjaga situs.
ADVERTISEMENT
"Memang sering diperlihatkan buaya putih yang keliaran di sungai. Tapi itu biasa saja. Selama mereka tidak mengganggu, tidak apa-apa," tambah Juwita.
Lantaran tak ada pengurus resmi, Juwita sejatinya berharap Pemkot Banjarmasin memperhatikan secara serius situs-situs yang keramat seperti Tunggul Kuning. Menurut dia, setidaknya kepengurusan situs Tunggul Kuning dibuat resmi.
"Bagus lagi kalau ada perbaikan. Karena cat-catnya sudah mulai pudar. Pendoponya juga harus dibuat baru. Jadi warga bisa tertarik datang ke sini," tandasnya.