Nasib Malang Bekantan di Teluk Mendung Banjarmasin

Konten Media Partner
22 April 2019 9:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anang Aini menatap kawasan Teluk Mendung yang dulu banyak ditemui populasi bekantan. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Anang Aini menatap kawasan Teluk Mendung yang dulu banyak ditemui populasi bekantan. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Ratusan ekor Bekantan dulu pernah hidup bebas di Kota Banjarmasin, tepatnya di Teluk Mendung. Kawasan ini sempat menjadi habitat asli hewan berjuluk Nasalis Larvatus, selain di Pulau Bakut, Kabupaten Barito Kuala. Kini, populasi bekantan makin melorot seiring pembangunan infrastruktur dan pembukaan lahan pertanian.
ADVERTISEMENT
Anang Aini (45 tahun) masih ingat ketika masa remaja. Saat itu, Teluk Mendung masih hutan belantara. Bekantan berusia kecil hingga dewasa tak sukar ditemukan. Cukup keluar dari teras rumah, beberapa ekor hewan berhidung mancung ini sudah bergelantungan dari pohon gayam ke pohon lainnya.
"Kira-kira lebih seratus ekor di sini aja. Banyak pohon gayam dan rambai yang jadi makanan kesukaan Bekantan," ujar warga asli Teluk Mendung ini kepada banjarhits.id, Minggu (21/4).
Teluk Mendung sebuah wilayah permukiman sekaligus sawah warga yang berlokasi di ujung selatan Kota Banjarmasin. Tepatnya di Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Letaknya diapit sungai besar, pabrik-pabrik dan Pelabuhan Bawang Mantuil. Aksesnya payah karena harus menjajal jalan setapak dengan ukuran tak lebih dari dua meter.
ADVERTISEMENT
Wartawan banjarhits.id, Donny Muslim melihat langsung kondisi terakhir kawasan Teluk Mendung pada Minggu (21/4). Menurut Anang, keadaan dulu jauh berbeda dengan sekarang.
Rumah-rumah warga pendatang banyak didirikan karena tergiur bertani dan membuka sawah. Pohon-pohon ditebangi. Bekantan mulai berlarian mencari tempat lain, lalu mati.
"Kebanyakannya begitu. Ada yang nggak tahan sama tempat baru. Ada juga yang dimakan anjing karena di daerah sini banyak pabrik yang dikawal anjing penjaga. Kasihan sekali," cerita Anang.
Lambat laun, Anang memperkirakan jumlah Bekantan di Teluk Mendung cuma satu ekor. "Yang pasti tinggal satu ekor yang terlihat. Itu pun yang jantan. Yang lain saya tidak tahu nasibnya seperti apa," kata dia.
Seekor bekantan yang dilepasliarkan di Pulau Bekantan, Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar. Foto: banjarhits.id
Anang berharap pemerintah daerah memperhatikan kawasan Teluk Mendung. Minimal, kata dia, sesekali menjenguk wilayah yang punya catatan sejarah tentang eksistensi Bekantan. Ia mengusulkan dua solusi agar bekantan tak punah.
ADVERTISEMENT
Opsi pertama, ia mengimbau pemerintah mesti mengevakuasi bekantan yang tersisa. Adapun opsi kedua, Teluk Mendung bisa dijaikan kawasan konservasi mini agar wilayah ini tak diganggung eksistensinya.
"Yang ada ini kan jantan. Tambah betinanya. Biar populasinya bisa berkembang lagi. Intinya jangan sampai punah gara-gara pembangunan," tandasnya.
Adapun Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel, Ridwan Effendi belum merespons ketika ditanya banjarhits.id terkait nasib kawasan Teluk Mendung.