Omset Melonjak Pande Besi Jelang Idul Adha

Konten Media Partner
21 Agustus 2018 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
banjarhits.id, Banjarmasin - Dentum pukulan besi saling bersahutan dengan deru mesin gerinda di sebuah bengkel kusam tanpa dinding. Di tengah bising suara itu, seorang pria seraya menyelipkan sebatang rokok di mulut sibuk menggerinda besi hingga memancarkan percikan api ketika banjarhits.id bertandang pada Selasa (21/8/2018).
ADVERTISEMENT
Bengkel yang terletak di kawasan Jalan Pemurus, Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, ini milik Yusran alias Uran. Di depan bengkel, plang nama bertuliskan “Pandai Uran” menandakan bahwa tempat itu spesialis mempermak besi agar lebih bertaji. Siang itu, Yusran tengah menggarap besi bekas ulir per mobil.
Uran telaten menyepuh pisau dan parang langganannya supaya tajam kembali layaknya pisau dan parang baru. Dibantu sang anak, Sosanto, Uran mengikis mata pisau menggunakan mesin gerinda. Ia tak memakai pelindung khusus muka saat mengerjakan pesanan.
Yusran cuma memakai kacamata plus yang setia mememaninya. Alhasil, percikan api sesekali mengenai wajahnya. Dalam bahasa Banjar, aktivitas Yusran disebut manyapuh atau manitik— kegiatan mengasah benda tajam yang tumpuk agar kembali tajam.
ADVERTISEMENT
Prosesnya pun tidak terlalu sulit, namun perlu teknik, insting, dan kreatifitas supaya ketajamannya lebih awet. Proses manyapuh bermula dari dipanaskannya besi dalam tungku arang yang membara. Setelah besi ada perubahan warna merah menyala, Yusran lantas menaruh bagian panas ini di atas lempengan baja. Memakai palu gudam, ia memukul-mukul sekuat tenaga bagian mata besi pisau.
Beres dipanaskan, Yusran menggerinda pisau tersebut untuk mendapatkan ketajaman ideal. Proses berikutnya menghaluskan sisi tajam sebuah pisau memakai kikir. “Kemudian dipanaskan kembali agar tajamnya tahan lama, lalu pisau direndam ke air untuk proses pendinginan,” ucap Yusran.
Ia sudah biasa menghadapi panas bara api dan penat. Maklum saja, pekerjaan itu menuntutnya harus duduk seharian di kursi kecil yang terbuat dari kayu. Kepiawaian Uran menyapuh besi bukan didapat secara instan. Ia mengenal dunia pande besi saat ikut juragannya pada 1978.
ADVERTISEMENT
Merasa upah dari juragannya sangat minim dan berbekal pengalaman 19 tahun, Yusran mulai merintis bengkel pandai besi pada 1997 agar perekonomiannya membaik. Yusran memulai usahnya bermodal seadanya kala mengawali bisnis pande besi. Dua dekade lebih membuka jasa pande besi, ia sudah dikenal sebagai sosok pande yang menghasilkan pisau, parang, arit, belati, tajak, kapak, dan senjata tajam jenis lain.
Setiap hari Yusran dan Sosanto sanggup menyepuh hingga 25 pucuk senjata tajam. Ia memasang tarif jasa seharga Rp 50 ribu untuk parang dan Rp 20 ribu untuk pisau dengan kualitas yang ciamik tajam.
"Kalau langganan saya sudah enggak kehitung lagi, bahkan dari kuar Kalsel juga sering ada yang datang. Mereka biasanya sudah percaya dengan kualitas Sapuhan besi saya,” ucap ayah tiga anak itu.
ADVERTISEMENT
Menjelang Hari Raya Idul Adha 2018, Yusran mengaku omsetnya melonjak dua kali lipat. Pada hari biasa, ia hanya menyelesaikan 25 pucuk per harinya. Namun beberapa hari sebelum Idul Adha, ia harus bekerja ekstra hingga menjelang maghrib guna memenuhi pesanan yang melonjak drastis.
"Kalau mau Idul Adha memang melonjak pesanan Manyapuh atau manitik pisau dan parangnya, kebanyakan orang-orang mempersiapkan untuk memotong daging ketika lebaran nanti,” ucapnya.
Kalaupun sepi garapan, ia menyiasati dengan membuat senjata tajam parang atau pisau. Produksi sajam ini nantinya dijual. Khusus jasa pembuatan sajam sesuai pesanan, ia memasang tarif Rp 100 ribu untuk jenis pisau dan Rp 500 ribu untuk parang atau herder.
"Masalah harga, semua tergantung jenis bahan atau besinya. Kalau bahannya keras tentu saja pengerjaannya agak alot sehingga tarifnya agal mahal," papar pria yang berusia setengah abad itu sambil membolak-balik pisau jenis pemotong daging alias lading duku— sebutan warga Kalsel untuk pemotong daging.
ADVERTISEMENT
Ia punya cerita unik ketika melakoni usaha pande besi. Satu tahun selepas reformasi 1998, ia pernah kebanjiran order untuk membuat parang mandau dan tombak dari Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Yusran menduga orang Loksado senang dengan parang mandau dan tombak buatannya. Suku Dayak yang menetap di Loksado pun masih setia berlangganan ke Yusran.
Menurutnya kualitas produk yang membuat usahanya masih bisa bertahan hingga sekarang. Sebelum membuat senjata tajam, Yusran kerap memberikan saran ihwal kualitas bahan besi yang akan dijadikan senjata. Ia tak ingin serampangan saat membuat senjata tajam karena berdampak terhadap mutunya. “Banyak langganan yang masih setia di tengah banyaknya pandai besi di Kalimantan Selatan,” ujar Yusran. (Hanafi)