Petani Batola Harus Berani Jual Beras, Bukan Gabah

Konten Media Partner
19 Oktober 2018 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani Batola Harus Berani Jual Beras, Bukan Gabah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, Marabahan - Kementerian Pertanian mendorong petani untuk menjual hasil produksinya dalam bentuk beras, bukan dalam bentuk gabah basah dan kering. Pasalnya, harga jual beras jauh lebih tinggi ketimbang gabah.
ADVERTISEMENT
Menurut staf Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Ira Mailena, petani padi di Kabupaten Barito Kuala (Batola) mesti mengubah pola penjualan produk pertaniannya. Salah satunya menjual beras, bukan lagi jual gabah. Ira berkata pola ini memberi keuntungan besar ke petani.
“Saat ini kami lihat dari hasil pertemuan dengan beberapa petani di Desa Jejangkit, selama ini petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk dan panen. Setelah itu menjualnya dalam bentuk gabah. Padahal keuntungan besar itu pada saat jadi beras, untuk diharapkan petani jangan menjual dalam bentuk gabah tapi dalam bentuk beras,” kata Ira Mailena di sela peringatan puncak Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38, Kamis (18/10).
Ira yang merangkap peneliti dan pendamping pengembangan korporasi petani di Kementan RI ini, mengatakan hasil pertanian lahan rawa di Desa Jejangkit Muara hasilnya sudah bisa dilihat. Aar hasilnya semakin optimal, ia berkata harus diiringi pasca panen dan soal pemasarannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini sesuai dengan misi Kementan dimana petani yang semula targetnya hanya menjual gabah semata, sekarang harus bisa menjual gabah (benih) dalam bentuk beras.
“Dengan petani berani menjual beras, harga yang semula hanya Rp 4.200 per kilogramnya ketika masih berupa gabah (benih), dengan menjual dalam bentuk beras maka bisa dijual dengan harga Rp 6.700 per kilogram beras,” kata Ira.
Ia mencontohkan beras kemasan 5 kilogram dijual Rp 70 ribu dan beras isi 2,5 kilogram seharga Rp35 ribu. Dengan dikemas dan diberi merek, maka akan terjadi kenaikan 40 persen sebagai nilai tambah untuk para petani. Nilai ini setelah dipotong biaya penggilingan dan pengemasan (packing plastic).
ADVERTISEMENT
“Untuk itu petani di Desa Jejangkit harus mulai memberanikan diri menjual dalam bentuk beras, bukan gabah atau benih. Hal ini oleh Kementan akan terus diberikan pemahaman dan sosialisasi kepada para petani dimanapun berada,” katanya. (Anang Fadhilah)