Konten Media Partner

Ria Begau, Prostitusi Legendaris di Tepian Sungai Kota Banjarmasin

25 Februari 2018 21:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ria Begau, Prostitusi Legendaris di Tepian Sungai Kota Banjarmasin
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.id – Rumah-rumah berdinding kayu itu saling berhimpitan di sebuah gang kecil. Terletak di Gang Ganda Magfirah Jalan Tembus Mantuil, Kelurahan Kelayan Selatan, Banjarmaasin Selatan, denyut esek-esek agaknya masih menggeliat ketika sore tiba, Minggu (25/2).
ADVERTISEMENT
Toh, walaupun berkali-kali dirazia Satpol PP Banjarmasin, bisnis haram di gang itu tetap berdenyut. Masyarakat Kota Seribu Sungai kerap menyebutnya prostitusi Ria Begau. Duduk di depan warung, misalnya, seorang wanita berdandan menor dengan pakaian ketat menyapa langkah Banjarhits.id ketika menyambangi tempat tersebut.
Adapun sosok wanita dari dalam warung lain tiba-tiba melontarkan kata, “Sayang.” Banjarhits.id bergegas mampir ke asal suara. Si wanita mengaku bernama Rani. Ia mengenakan tarif jasa esek-esek Rp 150-300 ribu sekali kencan. Adapun bila bercinta dalam waktu relatif lama alias long time, Rani mengutip ongkos service Rp 500 ribu ke atas.
Rani sejatinya tahu bahwa Begau sudah resmi ditutup. Namun, tekanan ekonomi yang membuatnya nekad menjual diri di Begau. Ia pun kerap cemas karena Satpol PP Banjarmasin tiba-tiba merazia Begau.
ADVERTISEMENT
“Tak ada lagi pekerjaaan lain. Walaupun tak seramai tahun sebelumnya, dan juga kami melakukan pekerjaan ini, kadang mainnya kucing-kucingan atau tersembunyi, bila ada orang yang mau saja," lanjut Rani. Toh, warga sekitar seolah tak peduli Begau kembali berdenyut.
Setahun lalu, aparat gabungan Satpol PP Kota Banjarmasin, Polresta Banjarmasin dan Kodim 1007/Banjarmasin, pernah membongkar bilik-bilik cinta dan rumah yang kedapatan dijadikan ajang prostitusi.
Pamor Ria Begau sangat lekat dengan bisnis prostitusi sejak kolonial Belanda di Kota Banjarmasin. Dahulu di abad ke-19, Begau merujuk sebuah perkampungan yang berdiri di tepi Sungai Begau, anak sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin. Prostitusi Ria Begau memang berdiri di pinggiran sungai.
Dosen Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkuta, Mansyur, menelisik Kampung Bagau sudah muncul dalam catatan histori sejak abad ke-19. Ia mendasarkan pada riset dan buku bacaan karangan sejarawan Kalsel, Idwar Saleh. Perkampungan Bagau sejatinya terbentuk dari imbas silang kebudayaan Suku Dayak di tengah kebiasaan ngayau—tradisi penggal kepala bagi Suku Dayak di Kalteng.
ADVERTISEMENT
Ketakutan atas tradisi ngayau ini mendorong sekelopok keluarga asal Desa Mandomai, Kabupaten Kapuas, Kalimantang Tengah, bermigrasi ke Kota Banjarmasin. Mereka dipimpin oleh sosok bernama Rajam. Dia kemudian punya wilayah otonom di tepian aliran sungai kecil, bagian dari anak Sungai Martapura.
Dalam perkembangannya, pasca kemerdekaan, letak geografis Provinsi Kalsel yang strategis terhadap akses perdagangan barang dan jasa antar pulau, mendorong maraknya praktek pelacuran di Kota Banjarmasin, termasuk Kampung Begau yang letaknya di tepi sungai ikut beralih fungsi menjadi lokalisasi.
Sayangnya, belum ada catatan tertulis soal kepastian kapan dimulainya bisnis seksual di wilayah Bagau. Majalah Tempo volume 5 tahun 1975, pernah menuliskan pernyataan pejabat PLN Banjarmasin, Daud yang menuturkan, hampir seluruh kampung di Kodya Banjarmasin sudah bermain dengan kerlap-kerlip cahaya listrik. “Bahkan kompleks WTS Bagau pun di tahun 1975 bakal dapat giliran pemasangan listrik.” (M Syahbandi)
ADVERTISEMENT