Konten Media Partner

Ritual Tiwah, Upacara untuk Mengantarkan Arwah dalam Suku Dayak

19 Juli 2019 19:07 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Dayak di Tumbang Miri menyiapkan hewan kurban yang akan ditombak pada Sabtu (20/7/2019). Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Warga Dayak di Tumbang Miri menyiapkan hewan kurban yang akan ditombak pada Sabtu (20/7/2019). Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Ritual Tiwah merupakan upacara sakral keagamaan Kaharingan untuk pengantaran tulang orang-orang yang sudah meninggal dunia ke Sandung--tempat semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk jenazah yang sudah meninggal dunia. Ritual ini dilakukan oleh sebagian besar Suku Dayak di Kelurahan Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
Untuk ritual ini, Suku Dayak telah menyiapkan ratusan ekor hewan sebagai sesajen pengantaran arwah orang-orang yang telah meninggal. Dalam istilah Dayak, hewan kurban disebut tabuh. Dari 34 kepala keluarga almarhum yang ikut terlibat dalam ritual ini, telah terkumpul 142 ekor hewan dengan rincian 30 ekor sapi, 10 ekor kerbau, 5 ekor babi, serta 80-an ekor ayam.
Semua hewan tersebut akan ditombak secara bertahap. Setelah ditombak, daging hewan akan dimasak untuk diberikan kepada tetangga dan tamu-tamu yang berkunjung ke lokasi Tiwah. Berbeda dengan hewan lainnya, khusus ayam cuma disembelih tanpa ditombak.
Masyarakat Dayak mengikuti prosesi yang dilakukan menjelang puncak ritual Tiwah di Kelurahan Tumbang Miri, Kabupaten Gunung Mas, Kalteng. Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
Tim banjarhits.id berkesempatan untuk melihat langsung persiapan prosesi puncak ritual Tiwah pada Jumat (19/7). Saat itu, ada 5 ekor sapi, 2 ekor babi hutan, dan 8 ekor kerbau yang diikat pada sapundu atau tiang kayu yang diukir menyerupai ornamen khas Dayak. Hewan ini akan dikurbankan dengan cara ditombak seraya merapal ritual yang akan dilakukan pada Sabtu (20/7) sebagai ritual dalam rangkaian Tiwah.
ADVERTISEMENT
Sebelum puncak ritual Tiwah, Suku Dayak terlebih dahulu menggelar ritual lain yang dinamakan upacara Tantulak. Suku Dayak yang mayoritas penganut agama Kaharingan percaya bahwa setelah kematian seseorang di dunia, roh mereka masih belum bisa langsung masuk ke surga.
Ritual Tiwah di Kelurahan Tumbang Miri ini sendiri sebenarnya sudah digelar sejak 1 Mei 2019. Dan acara ini akan terus dilaksanakan hingga 30 Juli mendatang yang merupakan puncak ritual Tiwah.
Proses menuju puncak ritual Tiwah di Kelurahan Tumbang Miri, Kabupaten Gunung Mas. Hewan-hewan ini akan ditombak pada Sabtu (20/7). Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
Menurut salah satu warga lokal, Andritiyo (30), upacara Tiwah bagi Suku Dayak adalah prosesi untuk melepaskan rutas atau kesialan bagi keluarga almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang akan menimpa mereka.
"Melakukan upacara Tiwah bukan pekerjaan mudah, harus dilakukan dengan waktu yang cukup panjang bahkan non-stop dan cukup rumit. Paling berat biasanya ialah menyediakan pendanaan yang tidak sedikit," ujar Andritiyo kepada banjarhits.id.
ADVERTISEMENT
Puncak upacara ritual Tiwah memasukkan tulang-tulang yang digali dari kuburan dan sudah disucikan melalui ritual khusus. Setelah itu, baru dimasukkan ke dalam sebuah Sandung yang telah disediakan. Acara ini akan digelar di penghujung prosesi Tiwah pada akhir Juli 2019.
Hewan-hewan kurban atau tabuh disiapkan untuk ditombak pada Sabtu (20/7/2019). Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
Warga Dayak di Kelurahan Tumbang Miri, Kabupaten Gunung Mas, sedang menyiapkan prosesi penombakan hewan dalam rangkaian ritual Tiwah. Penombakan hewan akan dilakukan pada Sabtu (20/7/2019). Foto: Syahbandi/banjarhits.id