Konten Media Partner

Salah Kaprah Istilah 0 Kilometer di Banjarmasin

31 Agustus 2018 16:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah Kaprah Istilah 0 Kilometer di Banjarmasin
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.id, Banjarmasin – Titik nol kilometer di kawasan Taman Siring Nol Kilometer, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Banjarmasin, memicu simpang siur istilah. Menurut sejarawan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur, penamaan 0 Kilometer melenceng dari istilah yang dimaksud Belanda.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan label Nol Kilometer mengemuka ketika toko buku Shakespeare and Company menerbitkan jurnal berjudul Kilometer Zero. Kilometer Nol atau Km 0 sebenarnya merupakan lokasi dimana awal jarak diukur secara tradisional. Mansyur berkata penamaan titik Nol Kilometer mengacu lokasi tertentu, sepert bangunan dan jalan.
Mansyur berasumsi secara teritorial titik nol kilometer kurang tepat jika diukur tegak lurus dari kilometer satu yang terletak tepat di Jembatan Panjang-- sekarang disebut Jembatan Dewi. Penetapan titik nol kilometer seharusnya diukur satu kilometer mundur menuju kawasan kantor Bank Indonesia, tepat di titik Perumahan Korem Kartika Antasari.
"Kemudian kita lihat sisi kesejarahan dari Siring Nol Kilometer yang menjadi patokan kilometer nol sekarang adalah urang Banjar lebih mengenal istilah pal ketimbang kilometer yang diambil dari bahasa belanda berarti tiang, Orang Belanda meletakkan tiang pertama berupa tugu dari batu tersebut berada di depan eks kantor gubernur sekarang titik nol kilometer,” ungkap Mansyur saat kepada banjarhits.id, Jumat (31/8).
ADVERTISEMENT
Penempatan tugu ini sekarang dipersepsikan sebagai acuan penentuan titik 0 kilometer. “Karena hasil pemikiran masyarakat sekarang 1 pal itu menunjukkan 1 kilometer, ini dasar kesalahan yang harus diluruskan,” ucap Mansyur.
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Revisi ke-5, penggunaan kata Pal, Pa,al orang Belanda dulu dimaksudkan sebagai jarak satu tiang ke tiang lainnya atau tugu ke tugu lainnya dengan jarak 1,5 Kilometer.
"Berdasar pengertian kamus tersebut, kita bisa mendapat kesimpulan bahwa penentuan titik 0 kilometer seharusnya di rumah Korem Kartika Sari, yang sekarang dijadikan tugu 0 kilometer. Bukan titik 0 kilometer, melainkan pal 0 untuk istilah Kolonial Belanda,” jelas Mansyur. (Zahidi)