Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Cerita tentang Budidaya Jambu Getas Merah di Lahan Gambut
4 Februari 2018 16:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB

ADVERTISEMENT
Banjarhits.id – Bekas hujan belum lenyap ketika Bambang Suliono melangkah ke halaman belakang kebun seluas satu hektare miliknya. Kebun itu dipenuhi lajur-lajur ribuan pohon jambu biji yang tumbuh merekah. Mayoritas buah di pohonnya terbungkus dalam plastik. Setelah melihat kesana-kemari, Bambang memetik tiga buah jambu biji yang sudah menguning.
ADVERTISEMENT
Bambang menamakan pohon jambu di kebun itu sebagai jenis jambu getas merah, menyesuaikan asal-usul varietas indukan pohon dari Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Orang Jawa bilang jambu klutuk. Ia merintis budidaya jambu klutuk dan pembibitan sejak April 2012 karena jeli melihat potensi ceruk pasar di kawasan Kota Banjarbaru.
Selain belum menemukan pembudidaya jambu varietas getas merah, Bambang menuturkan panen jambu getas merah tanpa mengenal musim dan ada kepastian pasar.
“Jambunya juga bervitamin, jadi pasti dicari orang. Panennya sepanjang tahun, asalkan enggak terkena penyakit dan perawatannya cocok. Kalau sudah panen, dua hari sekali memetiknya,” kata Bambang Suliono ketika ditemu Banjarhits.id di kebunnya di Jalan Golf Gang Pelita 5, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Minggu (4/2).
ADVERTISEMENT
Toh, Bambang sempat kesulitan berbudidaya jambu getas merah di atas tanah gambut. Maklum, unsur hara tanah gambut Kalimantan berbeda dengan di daratan Jawa. Ia pun mengalami puasa panen karena pohon jambu gagal berbuah setelah tahun ketiga dan keempat.
Penasaran atas pohon jambunya, ia berkonsultasi ke instansi pertanian, tapi tak menemukan solusi jitu. Tak patah semangat, Bambang berimprovisasi membuat pupuk yang sanggup menyuburkan tanah dan mengembalikan unsur hara.
Setelah coba-coba meramu pupuk, Bambang menemukan solusi tokcer mengembalikan kesuburan tanah. “Ini rahasia, tapi saya bikin sendiri resepnya,” ujar dia seraya terkekeh.
Ribuan pohon jambu yang semula layu, pelan-pelan mulai merekah setelah tahun kelima. Di kebun itu, ia awalnya menanam 1.200 pohon, tapi sebagian mati karena kekurangan unsur hara.”Sekarang tinggal 1.000-an pohon saja,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Selain dari Semarang, ia mendatangkan bibit jambu merah dari Kota Batu dengan harga Rp 25 ribu per bibit usia 8 bulan. Pembibitan di Banjarbaru memang sulit karena perbedaan kandungan hara tanah. Toh, ia kadung semangat budidaya dan berdagang jambu biji merah.
Kini, jangkauan pemasaran jambu getas merah asal Banjarbaru itu merambah ritel modern di Kota Banjarbaru, Banjarmasin, Martapura, dan Pelaihari. Selain itu, kata Bambang, supplier memasok buah jambu itu ke Palangkaraya dan Kapuas (Kalimantan Tengah) dan Balikpapan (Kalimantan Timur).

Ia melego jambu bijinya seharga Rp 10 ribu per kilogram lewat supplier. Uniknya, Bambang cuma memercayakan satu supplier yang mengurusi pendistribusian jambu getas merah. Ia memang menolak tawaran supplier lain karena tak ingin perang harga yang justru merugikan si pemilik buah. Adapun bila dipasok ke Balikpapan memakai armada bus umum.
ADVERTISEMENT
“Omset kotornya sekitar Rp 4-5 juta per bulan, kadang pernah Rp 4 juta bersih. Enggak tentu, tapi saya yang habis-habisan modal itu saat pohon jambu enggak mau berbuah. Saya kan harus keluar uang untuk merawat, tapi enggak ada pemasukan. Syukurnya bisa pinjam uang dengan bunga rendah di BRI,” dia berujar.
Selain dijual dalam bentuk buah segar, Bambang mengolah minuman jus jambu tanpa bahan pengawet. Ia menjamin botol minuman jus jambunya tetap higienis. Bambang sengaja tidak mencantumkan label PIRT karena minuman itu maksimal bertahan empat hari.
Banjarhits.id menjajal menyantap satu buah jambu getas merah yang tertanam di lahan gambut. Tekstur daging buah cukup lembut, dagingnya tebal, dan bijinya sedikit. Ada baiknya Anda mencoba jambu getas merah lahan gambut karena baik untuk kesehatan. (Diananta)
ADVERTISEMENT