Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Balai Arkeologi Sulawesi Utara Temukan Benteng Nassau di Gorontalo
15 April 2019 18:27 WIB
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Ketua tim peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Utara, Irfanuddin Wahid Marzuki, memaparkan hasil ekskavasi Benteng Nassau melalui konferensi pers minggu malam (14/4), di Rumah Kopi Pertiwi, Kota Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Proses ekskavasi yang dilakukan sekitar 15 hari tersebut telah dimulai pada 2/4/2019, di kompleks Asrama Polisi Polres Gorontalo Kota.
Irfanuddin mengetahui jika di lokasi tersebut terdapat Benteng Nassau dari dokumen lama zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Setelah melihat dokumen tersebut, dia melakukan survei awal pada tahun 2009 dan baru memulai ekskavasi pada 2018.
Dari ekskavasi yang dilakukan itu, Balai Arkeologi Sulawesi Utara berhasil menemukan struktur septic tank dengan ketebalan 30 cm.
Setelah penemuan tersebut mereka melanjutkan proses ekskavasi untuk menemukan struktur benteng dan bastion guna memperkirakan ukuran dari benteng tersebut, tetapi hingga proses akhir, mereka tidak menemukannya.
Pencarian struktur tersebut, lanjutnya, terkendala dengan beberapa bangunan yang terdapat di lokasi ekskavasi, “selain itu, bangunan yang baru dibangun di tempat itu telah menimpa struktur benteng yang ditemukan tahun lalu,” kata Irfanuddin.
ADVERTISEMENT
Dia juga memperlihatkan sketsa dari Benteng Nassau dengan beberapa bangunan yang ada di dalamnya, seperti bangunan residen, gudang, barak militer, gudang mesiu, dapur, rumah pegawai dan kandang kuda.
Benteng itu juga dilengkapi dengan dua bastion yang menghadap ke darat dan laut untuk memantau pemberontak dan perompak.
Pada ekskavasi itu juga, mereka menemukan koin Belanda 1920 dan fragmen tulang. Namun fragmen tulang tersebut tidak diketahui milik manusia atau binatang dan berasal dari periode apa, karena untuk mengetahui hal tersebut harus dibuktikan melalui uji lab.
“Kami telah mengirim fragmen tersebut untuk diuji lab guna mengetahui informasi dari fragmen tulang tersebut,” lanjutnya.
Menurut Irfanuddin, di Provinsi Gorontalo banyak ditemukan situs-situs arkeolog yang tidak banyak diketahui oleh masyarakatnya, salah satunya adalah Benteng Nassau.
ADVERTISEMENT
Benteng Nassau sendiri, di wilayah kolonial Hindia Belanda, selain di Gorontalo, juga ada di beberapa tempat. Salah satunya di Kepulauan Banda, Maluku.
Tetapi Benteng Nassau di Gorontalo telah hancur dan hanya menyisakan struktur pondasi. Penyebab runtuhnya benteng tersebut pun belum diketahui hingga saat ini.
Irfanuddin mengatakan, ada beberapa kemungkinan penyebab rusaknya benteng tersebut, dikarenakan bencana banjir, tsunami dan gempa atau runtuh dimakan usia.
Dugaan paling kuat adalah bencana gempa, karena data yang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan jika beberapa kali gempa dengan skala besar pernah terjadi di Gorontalo.
Seperti pada Tahun 1990 dengan 7,4 magnitudo, Tahun 1991 7,2 magnitudo dan yang terbesar terjadi pada tahun 1905 dengan kekuatan 8,4 magnitudo.
ADVERTISEMENT
Banjir bandang juga diduga ikut merusak struktur dari Benteng Nassau. Karena pada saat pengeboran di sekitar tempat ekskavasi, terdapat kemiripan struktur tanah di tempat tersebut dengan struktur tanah yang ada di Danau Limboto.
Sementara itu Joni Apriyanto, Akademisi Uiversiras Negeri Gorontalo (UNG), mengatakan jika Provinsi Gorontalo terdapat banyak situs-situs arkeolog yang tidak diketahui dan belum terungkap. Seperti bangunan tua atau benteng seperti Nassau.
Tetapi katanya, tidak semua bangunan tua adalah peninggalan sejarah. Nilai yang mendukung hal itu adalah cerita dari penemuan tersebut, “banyak cagar dan bangunan tua yang ada di Gorontalo miskin akan cerita.”
Dia mempertanyakan langkah selanjutnya yang akan ditempuh setelah penemuan struktur Benteng Nassau. Apakah hanya akan dilakukan pengenalan Benteng Nassau kepada mayarakat atau akan direstorasi.
ADVERTISEMENT
Menganggapi hal tersebut, Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara, Wuri Handoko mengataka, penelitian yang dilakukan tim tersebut masih bersifat tunggal. Sebab tim arkeologi belum mengetahui alasan dan fungsi dari dibangunnya benteng tersebut.
Mereka masih berasumsi, jika benteng tersebut dibangun untuk mengawal proses perdagangan dan memantau perompak yang datang dari Teluk Tomini, “untuk tindak lanjut dari benteng tersebut, peneliti masih akan memenuhi data aktual dan data arsip untuk lebih jauh menggali sejarah dari benteng tersebut," kata Wuri Handoko.
Dia juga menambahkan, dengan kondisi benteng yang sekarang, sudah tidak memungkinkan lagi menemukan dan merekonstruksi benteng tersebut, “ karena sudah banyak bangunan yang ada di wilayah ekskapasi benteng nassau.”
Untuk merekonstruksi benteng itu juga bukan bagian dari Balai Arkeologi Sulawesi Utara, hal tersebut sudah kerja dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo.
ADVERTISEMENT
"Kami hanya akan menyarankan jika tempat tersebut dijadikan museum terbuka, agar masyarakat dapat mengetahui situs-situs arkeologi yang ada di Gorontalo,” tutupnya.
-----
Reporter : Renal Husa
Editor : Febriandy Abidin