Banthayo Mengunjungi Rumah Warga yang Tertimpa Longsor

Konten Media Partner
7 Juli 2020 20:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Satu rumah warga di Desa Bondawuna, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Rusak akibat longsor yang terjadi beberapa waktu lalu. Selasa, (7/7). Foto: Dok istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Satu rumah warga di Desa Bondawuna, Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Rusak akibat longsor yang terjadi beberapa waktu lalu. Selasa, (7/7). Foto: Dok istimewa
ADVERTISEMENT
GORONTALO - Hujan mengguyur pada Jumat (3/7) di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Hampir seharian hujan di sana. Dampaknya, beberapa kecamatan di Bone Bolango direndam banjir.
ADVERTISEMENT
Salah satu desa di Kecamatan Suwawa Selatan, tidak berdampak banjir. Karena daerah itu berada di pegunungan. Desa itu adalah Desa Bondawuna. Desa paling ujung di Kecamatan Suwawa Selatan. Namun, sebuah rumah di desa tersebut tertimpa musibah tanah longsor.
Banthayo kemudian mengunjungi desa tersebut. Untuk menuju ke desa itu, Banthayo melalui beberapa desa. Seperti Desa Pancuran, yang juga terdampak banjir. Batang-batang pohon dibaringkan di pinggir jalan. Tumbang, akibat hujan dan angin kencang pada Jumat itu.
Tiba di Desa Bondawuna, Banthayo menemui seorang warga desa tersebut.
Bangunan rumah milik Hamsa Pakaya, yang roboh terlihat. Sudah tak berwujud lagi. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
“Di sana, rumah yang tertimpa longsor itu,” ujar warga itu. Telunjuknya mengarah ke barat.
Beberapa meter dari tempat orang itu, sebuah bangunan yang roboh terlihat. Sudah tak berwujud lagi. Dari penuturan warga sekitar, rumah itu yang terkena longsor.
ADVERTISEMENT
“Benar, rumah itu yang tertimpa longsor,” ujar warga yang tinggal di depan rumah yang terkena longsor itu.
“Kepala keluarganya pergi berkebun. Isterinya ada di situ,” sebut warga itu. Sesaat kemudian, ia berjalan bersama isteri dari pemilik rumah itu.
Namanya Nonris Utina. Ibu paruh baya. Nonris terlihat lesu saat ditemui pihak Banthayo.
“Saat longsor menimpa, saya tidak di rumah. Saya berkebun, adanya di gunung,” ungkapnya kepada Banthayo, Selasa (7/7).
Serumah, ia tinggal bersama dengan suami dan dua anaknya. Nonris bercerita, saat ia berada di kebun, hujan saat itu mengguyur dengan derasnya.
Kamudian, telpon yang dibawanya berdering. Telpon itu berasal dari warga desanya. Warga itu, kata dia, menginformasikan bahwa rumahnya terkena longsor.
Bangunan rumah milik Hamsa Pakaya, yang roboh terlihat. Sudah tak berwujud lagi. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
“Saat itu, satu anak saya yang jaga di rumah. Namun, saat longsor, untungnya ia tidak di dalam rumah,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sedih tak bisa ditampungnya lagi. Nonris mengalami trauma, saat rumah satu-satunya yang dimiliki tertimpa longsor.
“Rumah ini satu-satunya milik kami. Hasil jerih payah kami, suar lelah sandiri. Kami membangunnya sedikit demi sedikit,” paparnya.
Tak bisa berkata, Nonris mengalami trauma. Nafasnya tersengal-sengal. Beberapa warga mencoba menenangkannya.
Nonris Utina. Pemilik rumah. Foto: Dok banthayoid (Fadhil Hadju)
Sementara itu, Banthayo menemui Kepala Desa Bondawuna, Rauf Latedu. Ungkapnya, nama kepala keluarga dari pemilik rumah itu adalah Hamsa Pakaya, suami dari Nonris Utina. Keseharian suami isteri itu berkebun.
Saat hujan menerjang, Raus mengingatkan kepada warga agar waspada. Karena beberapa rumah warga berada di lereng gunung. Dan juga, kata dia, ia mengingatkan agar warga waspada akan banjir.
Rauf Latedu mengungkapkan, longsor terjadi pada tanggal 3 Juni 2020. Kata dia, saat itu hujan deras mengguyur. Pada pukul 13.00 WITA, longsor menimpa salah satu rumah warga.
ADVERTISEMENT
“Saat kejaidan pemiliknya tidak di rumah. Mereka berada di tempat kerja yaitu di kebun, adanya di gunung,” ujar Rauf.
Sehingganya, kata dia, ia memberikan informasi tentang rumah warga itu melalui telpon seluler.
Kepala Desa Bondawuna, Rauf Latedu.
“Tapi warga itu tidak bisa langsung turun gunung. Karena kondisnya hujan deras. Tanah jadi licin, sulit untuk dilalui,” tuturnya. Lanjutnya, nanti pada esok hari pemilik rumah itu baru balik ke rumahnya.
“Begitu besok hari, pemilik rumah menemui rumahnya yang sudah ambruk kena longsor. Dengan kejadian ini, pemilik rumah masih trauma,” pungkasnya.
Kata Rauf, ke depannya, pemerintah desa akan menganggarkan bantuan berupa rumah layak huni.
“Karena kami tahu persis bahwa rumah ini dibangun dengan keringat sendiri oleh warga itu,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Desa Bondawuna merupakan desa yang terletak di lereng gunung. Kata Rauf, sebelumnya, longsor pernah menimpa desa itu, saat itu pada tahun 1974. Longsor terjadi di lokasi yang sama.
“Sudah empat kali terjadi longsor. Lokasinya sama. Seperti yang terjadi pada tahun 2019 silam. Longsor juga menimpa salah satu rumah warga,”imbuhnya.
Rauf menambahkan, di Desa Bondawuna, rumah yang terdampak longsor hanya satu rumah.
-----
Reporter: Fadhil Hadju