Imam Awal: Tokoh Islam dan Pendiri Jemaah Laduna Ilma di Gorontalo

Konten Media Partner
27 September 2019 13:27 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makam Ima Awal, pendiri Jemaah Laduna Ilma, berada di perbukitan Desa Timuato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Jumat, (27/9). Foto: Dok Banthayo.id
zoom-in-whitePerbesar
Makam Ima Awal, pendiri Jemaah Laduna Ilma, berada di perbukitan Desa Timuato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Jumat, (27/9). Foto: Dok Banthayo.id
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO – Tampak sebuah makam berdiri gagah di perbukitan Desa Timuato, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Area makam itu cukup besar. Di lokasi terdapat bangunan terbuka. Makam itu milik Imam Awal, pendiri Jemaah Laduna Ilma.
ADVERTISEMENT
Makam itu didesain sedemikian rupa, menyerupai makam raja Islam yang bisa kita temui di beberapa wilayah Gorontalo. Seperti makam Raja Auliya Ilato Jupanggola, makam Raja Auliya Huta’alaa, dan sejumlah makam raja lainnya yang serupa makam Imam Awal.
Makam Imam awal dipindahkan dari Kecamatan Lolak ke Gorontalo pada 25 Januari 2013. Foto : Dok Banthayo.id
Kisah Hidup Imam Awal
Saya menemui Imam Runil Hipi (43), seorang Jemaah Lauda Ilma di Gorontalo. Ia mengatakan, Imam Awal yang bernama asli Syamsudin Bin Syahrian Syahri merupakan seorang pendiri Jemaah Laduna Ilma di Indonesia.
Imam Awal lahir pada 10 November 1948 di Panit, Yogyakarta. Imam Awal merupakan anak dari seorang panglima militer yang sempat bergabung dalam pasukan Jenderal Sudirman yang berjuang pada perang gerilya di Yogyakarta.
Tahun 1948, kedua orang tua Imam Awal dipindahtugaskan ke Kota Manado, Sulawesi Utara, untuk bergabung di Bataliyon Worang Manado.
Imam Awal merupakan pendiri Jemaah Laduna Ilma di Indonesia. Foto : Dok Banthayo.id
“Saat itu Imam Awal berusia 40 hari. Jadi sejak kecil dia sudah di Manado,” kata Imam Runil, Jumat (27/9).
ADVERTISEMENT
Lanjut Runil, Imam Awal mengawali pendidikannya di Manado. Beliau bersekolah di Vrebble School (TK Belanda) dan SD Belanda di Kota Manado. Selanjutnya, untuk jenjang SMP dan SMA, beliau melanjutkan sekolahnya di Surabaya.
Imam Awal menyukai musik, sampai-sampai dirinya membentuk grup. Suatu saat, saudara perempuan dari personel musiknya jatuh sakit. Dirinya kaget saat ingin membawa wanita itu berobat.
Pasalnya, meski Imam Awal memiliki tubuh yang besar, namun tidak mampu mengangkat perempuan tersebut. Imam Awal mencurigai ada kekuatan gaib di balik sakitnya wanita itu.
Jemaah Laduna Ilma sudah tersebar di berbagai daerah yang ada di Indoensia. Foto : Dok Banthayo.id
“Kendati Imam Awal ini badannya cukup kuat, karena beliau suka berolahraga. Terus dirinya juga belum percaya dengan hal-hal gaib. Meski bapaknya beragama Islam, dia belum percaya dengan Islam. Sampai-sampai dirinya sepat mempelajari semua ilmu agama," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dari kejadian itu, Imam Awal berkelana ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti ke Aceh, Papua, Kalimantan, dan Gorontalo. Tujuannya, untuk mencari seseorang yang bisa mengobati wanita itu dan juga bisa mengajarinya tentang hal gaib.
Makam Imam Awal terlihat seperti bentuk makam raja-raja yang ada di Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id
Di tengah pengembarannya, tibalah ia di Gorontalo. Imam Awal bertemu dengan seorang guru besar di Gorontalo, yakni Imam Pace Nurjana. Dari Imam Pace Nurjana, Imam Awal diperintahkan untuk berkhalwat di salah satu pegunungan yang ada di Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, selama empat tahun.
“Lalu ia menikahi seorang perempuan muslim asal Gorontalo. Setelah menikah beliau lebih tekun lagi belajar Islam. Tidak lama kemudian dia kembali ke Manado untuk berkhalwat selama empat hari dan kemudian ia melanjutkan khalwatnya di Kota Bitung. Di sinilah hal-hal aneh terjadi, sampai datang sosok gaib yang membelajarkannya tentang Islam,” terang Imam Runil.
Imam Awal di perintahkan untuk berkhalwat di salah satu pegunungan yang ada di Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id
Dari khalwatnya, Imam Awal mulai mengajari tentang ajaran Islam, juga beberapa ilmu, kepada beberapa jemaah. Salah satunya, ilmu Laduna Ilma.
ADVERTISEMENT
Imam Runil mengungkapkan, jemaah Laduna sudah tersebar di berbagai wilayah yang ada di Indonesia, seperti di Gorontalo, Ternate, Papua, Manado, Yogyakarta dan Makassar.
“Awalnya untuk masuk menjadi Jemaah Laduna Ilma harus melalui beberapa proses, seperti pembaiatan. Di Gorontalo saja kita sudah berjumlah 5 ribu jemaah. Kemudian ditambah di beberapa jemaah yang ada di daerah lain yang ada di Indonesia,” terangnya.
Jemaah Laduna sudah tersebar di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Seperti di Gorontalo, Ternate, Papua, Manado, Yogyakarta dan Makassar. Foto : Dok Banthayo.id
Imam Runil bercerita, dahulu ajaran Laduna Ilmi sempat menjadi kontroversi di masyarakat. Bahkan sempat dikatakan sebagai aliran sesat.
Namun, menurut Imam Runil hal itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang yang ingin mencari jalan kebenaran. Kendati di dalam ajaran itu, katanya, hanya mengajarkan sesuai dengan tuntunan agama Islam, yaitu Alquran.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, pada 16 Mei 2010, Imam Awal meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung pada usia 63 tahun. Oleh jemaah, Imam awal dimakamkan di Desa Pinangunian Kota Bitung.
Dalam kurun waktu 49 jam, jenazah dipindahkan ke Desa Tombolango, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolang Mongondow. Setelah dimakamkan selama tiga tahun di Tombolango, jenazah Imam Awal dipindahkan ke Gorontalo pada 25 Januari 2013.
“Karena di dua daerah sebelumnya banyak masyarakat nonmuslim yang menolak jenazah beliau dimakamkan di tempat itu. Jadi kita pindahkan ke Gorontalo. Itu juga perintah beliau di masa hidupnya,” jelas Imam Runil.
Dahulu ajaran Laduna Ilmi sempat menjadi kontroversi di masyarakat. Foto : Dok Banthayo.id
Runil menambahkan, saat jenazah Imam Awal akan dipindahkan ke Gorontalo, masyarakat tercengang dengan kondisi jenazah yang masih utuh dan tidak berbau busuk. Kendati dirinya sudah lama terkubur di makam sebelumnya di Kecamatan Lolak.
saat jenazah Imam Awal akan di pindahkan ke Gorontalo, masyarakat tercengang dengan kondisi jenazah yang masih utuh dan tidak berbau busuk. Foto : Dok Banthayo.id
“Baunya masih wangi seperti pertama kali akan dimakamkan. Bahkan menurut warga setempat, ada beberapa tanaman warga yang sulit berbuah, namun, saat jenazah Imam Awal dimakamkan di lokasi itu, tanaman warga mulai subur. Ini bertanda ada keberkahan,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
---
Reporter: Rahmat Ali
Editor: Febriandy Abidin