Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten Media Partner
Kisah Warga di Gorontalo Mempertahankan Anyaman Tikar Tradisional
21 Juli 2019 19:04 WIB

ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Seorang warga di Desa Bunuo, Kecamatan Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, masih bertahan memroduksi anyaman tikar tradisional. Selama 25 tahun pekerjaan itu ia geluti sebagai sumber penghasilan.
ADVERTISEMENT
Namanya Rusmin Matoyi (60). Sejak usia 35 tahun ia menekuni anyaman tikar tradisonal. Pertama kali produksi harga tikar sebesar Rp 2.500 perlembar. Sekarang menjadi Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu perlembar.
Anyaman tikar tradisional disebut "amongo" oleh masyarakat Gorontalo. Untuk aktivitas menganyam disebut "mahalama".
Menurut Rusmin, proses menganyam cukup mudah. Namun dibutuhkan kedisiplinan latihan.
Tikar itu berbahan dasar pandan duri, nama ilmiahnya "pandanus tectorius". Rusmin mengaku mendapatkan bahan tikar di pasar-pasar tradisional. Pandan duri di pasar sudah diolah sehingga bisa langsung dimanfaatkan. Pewarna anyaman juga ia beli di sana.
"Warna anyaman dibuat sesuai pesanan dan hanya terdiri dari tiga warna, yakni merah, hijau dan putih," ungkapnya, Minggu (21/7).
Ukuran tikar bervariasi. Mulai dari tiga meter hingga lima meter, sesuai pesanan pelanggan. Satu anyaman tikar tradisional membutuhkan waktu satu minggu.
ADVERTISEMENT
"Waktu membuat anyaman itu dari pagi sampai pukul 21.00. Saya membuat tikar sesuai pesanan," katanya.
----
Reporter : Rahmat Ali, Mirna Ahaya
Editor : Febriandy Abidin