Lestarikan Budaya, Nenek-nenek di Gorontalo Mengaji Pakai Bahasa Daerah

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 12:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu lembaga non formal islam yang hingga kini masih melestarikan Al-quran berbahasa Gorontalo adalah, Majelis Taklim Al-Hidayah di Desa Tunggulo, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Kamis, (4/8). Foto: Dok banthayo
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu lembaga non formal islam yang hingga kini masih melestarikan Al-quran berbahasa Gorontalo adalah, Majelis Taklim Al-Hidayah di Desa Tunggulo, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Kamis, (4/8). Foto: Dok banthayo
ADVERTISEMENT
Gorontalo-Pada umumnya kitab suci Al-quran bertuliskan bahasa Arab. Namun di Gorontalo Al-quran ditulis dan diterjemahkan dengan tiga bahasa sekaligus. Yakni bahasa Arab, Indonesia dan bahasa daerah Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Istilah menerjemahkan teks Al-quran ke dalam bahasa lokal dikenal dengan vernakulasi.
Vernakulasi sangat berkaitan dengan ajaran agama yang menggunakan bahasa Arab. Metode ini secara berangsur diterjemahkan dan ditulis menggunakan aksara yang dimiliki dan dipahami masyarakat lokal.
Para lansia ini pun membacakan Al-quran tersebut dengan intonasi dan nada yang disesuaikan dengan ayat-ayat yang dibaca. Foto: Dok banthayo
Menerjemahkan Al-quran ke bahasa lokal bertujuan, agar umat Islam Gorontalo lebih memahami makna ayat-ayat Al-quran yang dibacakan. Kitab suci itu bahkan dibuat dalam satu mushaf Al-quran terjemahan bahasa Gorontalo, yang telah diterbitkan beberapa tahun lalu.
Al-quran terjemahan bahasa Gorontalo sengaja dibuat sebagai upaya melestarikan bahasa daerah setempat. Proses menerjemahkan Al-quran dari bahasa Arab ke bahasa Gorontalo melibatkan para tokoh agama, ahli bahasa dan berhasil diselesaikan dengan waktu satu tahun empat bulan.
Istilah menerjemahkan teks Al-quran ke dalam bahasa lokal dikenal dengan vernakulasi. Foto: Dok banthayo
Salah satu lembaga non formal islam yang hingga kini masih melestarikan Al-quran berbahasa Gorontalo adalah, Majelis Taklim Al-Hidayah di Desa Tunggulo, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Para perempuan lanjut usia (lansia) di desa itu sangat mahir membaca Al-quran yang diterjemahkan ke bahasa daerah mereka.
ADVERTISEMENT
Berkat keahlian mereka dalam melantunkan Al-quran berbahasa daerah, kelompok pengajian ini kerap mendapat undangan dari para pejabat untuk mengisi kegiatan-kegiatan keagamaan.
“Ibu-ibu ini hebat, mereka bisa membaca Al-quran dan menerjemahkan ke dalam bahasa yang mereka pahami,” ungkap Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway. Belum lama ini.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway, saat mengikuti pengajian. Foto: Dok banthayo
Para lansia ini pun membacakan Al-quran tersebut dengan intonasi dan nada yang disesuaikan dengan ayat-ayat yang dibaca. Diawali dengan bahasa Arab dan langsung diterjemahkan ke bahasa Gorontalo. Agar lebih hafal dan menguasai, para lansia ini membaca Al-quran itu secara bergilir.
“Pembacaan Al-quran dan terjemahan sangat luar biasa. Enak didengar," tambah Fory.
Salah satu contoh barisan terjemahan Al-quran dengan bahasa Gorontalo, yakni:
ADVERTISEMENT
1. Wolo tanggulo Allah ta laba-tutu motoli’anga boli labatutu mommonua. Yang berarti. “Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”
Salah satu contoh barisan terjemahan Al-quran dengan bahasa Gorontalo. Foto: Dok banthayo
Hajira Bima, salah seorang anggota pengajian berusia 70 tahun mengaku senang membaca al-quran dengan terjemahan Gorontalo. Sebab ia lebih bisa memahami kandungan ayat-ayat Al-quran dengan bahasa daerahnya sendiri.
“Saya belajar Al-quran terjemahan Gorontalo sejak tahun 70-an,” kata Hajira.
Kitab suci itu bahkan dibuat dalam satu mushaf Al-quran terjemahan bahasa Gorontalo, yang telah diterbitkan beberapa tahun lalu. Foto: Dok banthayo
Hajira pun mulai mengajarkan keluarganya untuk mengaji dengan menggunakan dua bahasa. Meski menemui kesulitan, namun nenek tersebut tak patah semangat melatih anggota keluarganya.
“Anak dan cucu saya banyak tak mengerti bahasa Gorontalo. Makanya saya ajarkan,” tegasnya.