Melihat Panitia Pilkades Kenakan Baju Adat Gorontalo

Konten Media Partner
13 November 2019 19:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panitia pilkades mengenakan pakaian adat Gorontalo. Rabu, (13/11). Foto : Dok Banthayo.id
zoom-in-whitePerbesar
Panitia pilkades mengenakan pakaian adat Gorontalo. Rabu, (13/11). Foto : Dok Banthayo.id
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO – Sebanyak 87 desa di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, serentak menggelar pemilihan kepala desa (Pilkades) 2019. Tempat pemungutan suara (TPS) di Desa Keramat, Kecamatan Tapa, tampil beda. Mereka mendekorasi pendopo bernuansa adat Gorontalo, hingga panitia menggunakan pakaian adat.
ADVERTISEMENT
Ketua TPS Desa Keramat, Kahar Dianupe, Rabu (13/11) mengatakan, dipilihnya nuansa adat pada TPS tersebut lantaran Desa Keramat sejak dulu dikenal dengan daerah adat. Sebagai daerah adat, maka panitia berinisiatif menggunakan pakaian adat saat berlangsungnya pemilihan kepala desa setempat.
Panitia mendekorasi pendopo bernuansa adat Gorontalo, hingga panitia menggunakan pakaian adat. Foto : Dok Banthayo.id
“Ini baru pertama kali dilakukan. Dengan maksud sebagai daya tarik agar partisipasi masyarakat dalam menyalurkan hak pilih akan lebih meningkat,” jelas Kahar.
Konsep ini sengaja dibuat, selain bentuk simbol pelestarian kearifan budaya lokal, juga merupakan promosi ke masyarakat luar tentang filosofi baju yang ada di Gorontalo. Seperti “takoa”, yakni pakaian adat yang digunakan oleh panitia laki-laki. Sementara untuk panitia perempuan menggunakan baju adat “sunti” atau “madipungu”.
Konsep ini sengaja dibuat, selain bentuk simbol pelestarian kearifan budaya lokal. Foto : Dok Banthayo.id
Baju adat ini, jelas Kahar, merupakan pakaian yang khusus digunakan untuk menyambut tamu pada setiap kegiatan resepsi. Baik itu resepsi pernikahan di Gorontalo, maupun resepsi pemilihan atau pelantikan.
ADVERTISEMENT
“Pakaian adat ini dipakai oleh para penjamuan undangan. Jadi, dari para pengamanan hingga panitia TPS menggunakan pakaian adat resepsi, untuk menerima tamu atau warga yang memilih di TPS ini,” jelas Kahar.
Baju adat tersebut merupakan pakaian yang khusus digunakan untuk menyambut tamu pada setiap kegiatan resepsi. Foto : Dok Banthayo.id
Tambahnya, ia berharap konsep adat itu bisa membawa dampak kepada para pemimpin atau kepala desa yang terpilih. Agar dalam memimpin roda pemerintahan di Desa Keramat, bisa sesuai dengan tuntunan dan syariat agama. Nantinya apa yang di cita-citakan masyarakat setempat bisa terlaksana.
“Seperti falsafah kita di Gorontalo, adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah. Maka saya yakin dengan konsep pemimpin seperti itu bisa memakmurkan masyarakat di desa ini,” pungkasnya.
----