Memeluk Pohon: Merayakan Hari Pohon Sedunia ala Gorontalo

Konten Media Partner
21 November 2019 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang warga tengah memeluk pohon pada Perayaan Hari Pohon se-Dunia. Kamis, (21/11). Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga tengah memeluk pohon pada Perayaan Hari Pohon se-Dunia. Kamis, (21/11). Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Pagi di Gorontalo. Untuk sejenak orang-orang yang peduli terhadap lingkungan hidup berkumpul dalam rangka merayakan "Hari Pohon se-Dunia" hari ini (21/19). Mereka ramai-ramai memeluk pohon. Setiap orang bebas memilih pohon mana yang akan dipeluk.
ADVERTISEMENT
Festival Peluk Pohon digelar di SMA Negeri 2 Limboto, Kabupaten Gorontalo. Diinisiasi oleh sekumpulan aktivis lingkungan yang menyebut diri sebagai Biodiversitas Gorontalo (Biota). Memeluk pohon memang tidak lama, hanya berlangsung beberapa menit. Tapi dengan begitu, mereka yang memeluk pohon yang mayoritas siswa-siswi SMA, kemudian sadar, bahwa pohon layak mendapatkan pelukan itu. Karena peran pohon yang banyak menyumbang oksigen untuk manusia.
Dalam rangkaian yang sama, festival pohon yang digelar sederhana di halaman sekolah tersebut, juga diisi dengan kuliah singkat tentang manfaat pohon. Tentang bagaimana pohon menjadi sangat penting terhadap ekologi manusia.
Setiap orang bebas memilih pohon mana yang akan dipeluk. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Dalam materinya, Ririn yang merupakan salah satu anggota Biota mengungkapkan, pohon punya banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia. Salah satu hal yang ia jelaskan adalah bagaimana peran pohon dalam menangkal gas buang kendaraan berupa karbon dioksida di udara serta polutan.
ADVERTISEMENT
Cara kerja pohon adalah menyerap karbon dioksida sekaligus menghasilkan oksigen untuk dibuang ke udara. Bahkan, gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan yang dikemudikan sejauh 26 ribu mil (41842,944 Km), mampu diserap oleh satu hektar pohon dewasa dalam satu tahun.
Festival Peluk Pohon digelar di SMA Negeri 2 Limboto, Kabupaten Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Juga menurut Ririn, pohon ini penting sebagai tumbuhan yang mampu mengendalikan suhu dan kelembapan udara. Terkait suhu ini, juga penting diperhatikan, pasalnya Gorontalo dianggap memiliki suhu yang panas. Bahkan sudah menjadi istilah bahwa daerah yang dikenal sebagai "Serambi Madinah" ini disinari oleh dua matahari. Sehingga kebutuhan pohon memang sangat tinggi di Gorontalo.
Di depan pelajar SMA, Ririn juga menjelaskan bagaimana pohon mampu meningkatkan kemampuan berpikir. Sehingga keberadaannya menjadi penting sebagai tempat untuk siswa dalam berkonsentrasi maupun mencari inspirasi.
Kegiatan itu diinisiasi oleh sekumpulan aktivis lingkungan yang menyebut diri sebagai Biodiversitas Gorontalo (Biota). Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
“Jika lagi belajar, terus buntu, maka dengan duduk di bawah pohon pasti kemampuan berpikir jadi lebih meningkat. Inspirasi mudah di dapat,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Mengapresiasi keikutsertaan dan antusias para siswa, dalam festival peluk pohon ini juga ada bagi-bagi botol minum. Siswa hanya cukup menjawab pertanyaan yang diajukan. Jika benar, maka bisa membawa pulang botol minum. Bagi-bagi botol minum ini juga merupakan gerakan untuk mengurangi konsumsi air minum kemasan plastik sekali pakai oleh Biota.
Festival pohon digelar sederhana di halaman sekolah tersebut. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
“Kami (Biota) pikir kegiatan penyadartahuan tentang pohon ini penting untuk para siswa. Mereka harus tahu bahwa gerakan sadar pohon tidak boleh berhenti di menanam dan merawat saja, namun juga harus berani menjaga. Karena kadang kala, pohon yang sudah ditanam dan dijaga, ketika sudah besar, lalu ditebang. Kalau sudah sadar, minimal ada perlawanan ketika pohon yang sudah besar ditebang oleh orang lain,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Nur Dea Wahab, salah satu siswi mengungkapkan, kegiatan ini menjadi trigger untuk dirinya agar lebih peduli terhadap pohon di sekitar. Menurutnya, selama ini memang kesadaran siswa akan keberadaan pohon masih kurang. Bahwa pohon menjadi sebegitu penting untuk hidup, masih banyak siswa yang belum tahu menurutnya.
"Di kegiatan ini saya juga banyak belajar tentang jenis-jenis pohon. Pokoknya menambah wawasan soal pohon," katanya.
Kegiatan penyadartahuan tentang pohon ini penting untuk para siswa. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Ia sebagai siswi juga menghimbau agar masyarakat di luar sana tidak secara sembarangan menebang pohon. Sebagai manusia yang memiliki ketergantungan pada oksigen, menurutnya memang harus merawat tanaman yang secara alami menghasilkan oksigen tersebut.
SMA Negeri 2 Limboto Sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional
Para pelajar menghimbau agar masyarakat tidak sembarangan menebang pohon. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Mengelilingi SMA N Negeri 2 Limboto, seperti berada di tengah hutan. Setiap sudut sekolah ini ditanami pohon dan bunga. Pot-pot bunga kreasi siswa berjejer rapi dan diwarnai. Hanya lapangan olahraga saja yang merupakan lahan terbuka di sekolah itu.
ADVERTISEMENT
Tidak heran, sekolah ini di tahun 2015 meraih penghargaan dari Menteri Lingkungan dan Kebudayaan RI sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional. Karena dianggap sebagai sekolah peduli dan berbudaya lingkungan.
Setiap sudut sekolah itu ditanami pohon dan bunga. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Adiwiyata memiliki makna sebagai tempat yang ideal bagi seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam kehidupan sosial, khususnya di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Empat komponennya adalah sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum sekolah berbasis lingkungan, kegiatan sekolah berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan.
Penghargaan tersebut, yang juga menjadi motivasi Biota dalam memilih sekolah ini sebagai lokasi pelaksanaan Festival Peluk Pohon 2019.
Tahun 2015 SMA N Negeri 2 Limboto, meraih penghargaan dari Menteri Lingkungan dan Kebudayaan RI sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Ben Mulyono Rauf, Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Limboto mengungkapkan, dirinya senang karena menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan lingkungan semacam ini. Apalagi sekolah ini pernah meraih penghargaan adiwiyata, sehingga semangatnya sama. Yakni menjaga lingkungan.
ADVERTISEMENT
“Setiap tahun memang kami selalu melakukan penanaman pohon. Bahkan karena saking banyaknya pohon yang ditanam, saat ini kami tak memiliki lahan lagi untuk ditanami. Sehingga pernah bibit pohon itu dikembalikan,” ungkapnya.
Tahun 2015 SMA N Negeri 2 Limboto, meraih penghargaan dari Menteri Lingkungan dan Kebudayaan RI sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
Tidak berhenti di situ, agar sampah yang ada mampu diolah lagi, di sekolah ini juga ada bank sampah dan kegiatan pengomposan. Edukasi siswa-siswi dalam memperlakukan sampah juga telah dibentuk sehingga mereka tahu ke mana sampah yang mereka hasilkan dibuang.
Tahun 2015 SMA N Negeri 2 Limboto, meraih penghargaan dari Menteri Lingkungan dan Kebudayaan RI sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional. Foto : Dok Banthayo.id (Wawan Akuba)
“Kalau sampah plastik itu langsung ke bank sampah, sedangkan sampah makanan, rumput dan daun langsung dibuang siswa ke pengomposan. Pengelolaannya pun untuk fasilitas itu (bank sampah dan pengomposan) memang secara swadaya. Jadi memang tidak menggunakan dana sekolah. Untuk pengomposan, ada guru yang memang ditugaskan menangani itu,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
----
Reporter : Wawan Akuba