Konten Media Partner

Menanti Matahari Terbit di Danau Perintis, Gorontalo

2 Juli 2019 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Danau Perintis di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, saat pagi hari. Selasa, (2/7) Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Danau Perintis di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, saat pagi hari. Selasa, (2/7) Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Kabut pagi dan kicauan burung menemani saya menikmati tenangnya air Danau Perintis di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Mentari perlahan mulai tampak, seolah menyuguhkan berjuta pesona alam yang tak terkira. Tak heran banyak penikmat pagi dan senja yang rela menempuh jarak jauh untuk menikmati keindahan Danau Perintis.
Pagi ini, Selasa (2/7), terlihat beberapa orang sedang lari pagi dan bersepeda. Salah satunya Bucok (25 tahun), pemuda yang setiap pagi gemar berlari di sekitar danau. Ia merupakan warga sekitar.
Kabut menutupi hampir semua permukaan danau. (Foto: Istimewa)
Menurut Bucok, Danau Perintis tak hanya sebuah danau dekat tempat tinggal, namun seperti surga kecil yang mampu memberikan ketenangan dan keindahan dalam satu waktu.
"Keindahan yang diberikan setiap hari berbeda. Semuanya indah," katanya.
Sama halnya dengan Halim (30 tahun), seorang warga yang datang dari Kelurahan Tomolobutao Selatan, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo. Ia rela menempuh jarak jauh demi menikmati keindahan Danau Perintis di pagi hari.
ADVERTISEMENT
"Menikmati pagi di Danau Perintis sudah menjadi rutinitas saya setiap hari, karena memang tempat ini sejuk dan bagus," jelasnya.
Kabut menutupi hampir semua permukaan danau. (Foto: Istimewa)
Wisata Danau Perintis Minim Fasilitas
Meski banyak dikunjungi masyarakat, Danau Perintis minim fasilitas. Tempat wisata itu cukup membutuhkan perhatian pemerintah kabupaten maupun provinsi.
"Dibutuhkan sentuhan lebih oleh pemerintah," kata Bucok, menyayangkan minimnya fasilitas.
Bahkan menurut Bucok, lantaran tidak disediakan toilet umum, pengunjung danau harus menumpang ke kamar mandi di rumah warga.
"Biasanya mereka hanya datang buang air kecil di rumah warga, salah satunya rumah saya," ungkapnya.
Kabut menutupi hampir semua permukaan danau. (Foto: Istimewa)
Sejarah Danau Perintis
Saya mendatangi Kasim Una (73 tahun), warga setempat, untuk menanyakan sejarah Danau Perintis. Menurutnya, dahulu--sebelum danau terbentuk--di lokasi itu hanya berdiri sebuah pohon yang dikenal dengan nama 'tumbamayu'.
ADVERTISEMENT
"Asal katanya 'tumbango' yang berarti pohon sagu. Waktu itu pohon tersebut selalu bergoyang mengikuti arah angin," jelasnya.
Panorama pagi Danau Perintis yang memanjakan mata. (Foto: Istimewa)
Lalu terjadilah musim kemarau dan pohon tumbamayu pun mati. Oleh masyarakat, lokasi itu dijadikan kebun. Lama-kelamaan tempat itu digenangi air--warga Gorontalo menyebutnya 'balangga'. Kemudian air di balangga digunakan warga untuk mengairi sawah.
Kasim menambahkan, pada tahun 1959, Balangga diberi nama Danau Perintis dan dijadikan tempat wisata. Pencetusnya adalah Nani Wartabone.
"Danau ini juga kerap menjadi tempat memancing ikan bagi banyak masyarakat," imbuh Kasim.
----
Reporter: Rahmat Ali - Mirna Ahaya
Editor: Febriandy Abidin