Menelusuri Praktik Prostitusi Online di Bulan Ramadan

Konten Media Partner
22 Mei 2019 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi prostitusi. Foto: Basith Subastian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi prostitusi. Foto: Basith Subastian/kumparan
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Terdapat sejumlah lokasi di Kota Gorontalo yang diduga dijadikan tempat prostitusi online. Tempat-tempat itu tetap beroperasi meski di bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Para pekerja seks komersial (PSK) dan pelanggan melakukan transaksi lewat jejaring media sosial. Lalu mereka bertemu di indekos atau perumahan.
Minggu (19/5), Banthayo.id menemui seorang PSK di salah satu perumahan yang ada di Kota Gorontalo. Ayu (35), bukan nama sebenarnya, adalah PSK yang datang dari luar Gorontalo. Ia mengaku melakukan transaksi di indekos karena aman.
"Tamu yang datang sebelumnya berkomunikasi lewat dalam satu aplikasi, hingga transaksi selesai kami pun mengirim alamat. Biasanya nama yang tertera di aplikasi itu bukan nama asli kami agar identitas tidak terbongkar," ungkapnya.
Mereka bekerja secara kelompok di aplikasi online. Namun, bagi pelanggan tetap, mereka tak perlu pakai jejaring sosial. Biasanya, menurut Ayu, satu tim terdiri dari enam sampai 10 orang.
Ilustrasi prostitusi online
Seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Gorontalo juga terlibat layanan prostitusi online di bulan Ramadan. Namanya Jelita (18), bukan nama sebenarnya. Saat ditemui Banthayo.id pada Senin (20/5), ia mengaku sering melayani pejabat daerah. Pelayanan prostitusi itu mulai dari pijat hingga hubungan cinta semalam.
ADVERTISEMENT
"Tergantung waktu lamanya kencan dan pelayanan yang disukai pelanggan," ungkap Jelita, saat ditemui di salah satu indekos.
Dalam perbincangan itu, Jelita menerangkan tarif yang biasa dipatok para PSK bervariasi, dari Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu.
"Khusus yang sudah punya pekerjaan, dipatok agak sedikit mahal. Sementara untuk teman kencan seusia mereka, itu dipatok sebesar Rp 300 ribu," terangnya.
Praktik prostitusi mereka lakukan karena memenuhi kebutuhan selama Ramadan. Sebagai biaya pulang kampung dan ongkos hidup anak rantau. Begitulah Jelita mengakui.
"Minimal saat lebaran kami punya uang untuk bisa pulang dan saat pulang kampung ada yang kami bawa buat lebaran nanti," ungkapnya.
Ilustrasi pekerja seks komersial (PSK). (Foto: Shutterstock)
Tanggapan Pemerintah Daerah
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Gorontalo, Abubakar Luwiti saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya melarang keras tempat hiburan malam yang dibuka saat bulan Ramadan. Apalagi tempat prostitusi. Namun, dengan modus prostitusi online membuat pihaknya susah untuk menindaki hal itu.
ADVERTISEMENT
"Memang agak susah juga, apalagi prostitusi online. Pasti antara PSK dan calon pelanggan bertemu di satu tempat, jadi yang kami upayakan saat ini yaitu mengunakan sistem sisir melakukan sweeping di tempat-tempat yang berpotensi, seperti indekos dan penginapan," tandasnya.
Tambahnya, kejahatan seksual adalah kejahatan yang masif dengan berbagai model bisnis. Para pelaku akan terus berinovasi mencari cara agar praktik ini berjalan aman.
"Namun kami akan upayakan praktek haram ini akan berkurang di Kota Gorontalo," tutupnya.
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandy Abidin