Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Mengenal 7 Warna Pakaian Adat Gorontalo dan Filosofinya
24 Agustus 2019 14:52 WIB
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO – Ada tujuh warna yang identik dengan pakaian adat Gorontalo. Warna tersebut terdiri dari merah, hijau, kuning, ungu, cokelat, hitam, dan putih. Masing-masing warna memiliki makna filosofi yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Dewan Adat Gorontalo, Abdullah Paneo, menjelaskan tujuh warna itu selalu digunakan pada beragam upacara di Gorontalo, seperti resmi pemerintahan, upacara adat, pernikahan, pembaiatan, dan kedukaan. Di mana warna yang digunakan dalam masing-masing upacara berbeda-beda.
“Pakaian adat tersebut memiliki ciri khas warnanya masing-masing. Itu sudah menjadi kebudayaan masyarakat Gorontalo,” jelas Abdullah Paneo, Sabtu (24/8).
Paneo menuturkan, selain warnanya berbeda-beda, pakaian adat Gorontalo juga memiliki sebutannya sendiri-sendiri. Ada pakaian adat 'bubato' yang biasa digunakan oleh pemimpin daerah, seperti gubernur, wali kota, dan bupati. Sementara itu, para pengawal pemimpin menggunakan pakaian adat 'buatilobala'.
Ada juga pakaian adat yang dikhususkan untuk prosesi pernikahan, yakni 'makuta', 'walimono', 'biliu', dan 'payungga'. Selain itu, ada pula sebutan khusus untuk pakaian adat momen kedukaan.
ADVERTISEMENT
Abdulah menerangkan, masing-masing warna memiliki makna dan arti tersendiri. Berikut ini Banthayo beri ulasannya.
Warna merah memiliki arti keberanian dan tanggung jawab. Dengan harapan, masyarakat Gorontalo memiliki semangat serta bertanggung jawab atas daerahnya.
Warna hijau memiliki arti kesuburan, kedamaian, kesejahteraan, dan kerukunan. Dalam arti, masyarakat Gorontalo harus memegang teguh persatuan serta menjaga tali persaudaraan.
Warna kuning emas memiliki arti kemuliaan, kejujuran, kesetiaan, dan kebesaran. Warna itu menggambarkan seorang kepala daerah harus bijaksana dalam memimpin daerahnya.
Warna ungu memiliki arti kewibawaan dan keangungan. Ini juga merupakan karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Warna hitam memiliki arti keteguhan dan ketakwaan kepada Tuhan. Sebagaimana Gorontalo dikenal dengan Serambi Madinah dan tradisi masyarakatnya mengacu pada ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Warna cokelat memiliki arti tanah. Maksudnya, setiap manusia pasti akan kembali ke tanah, menjumpai kematian, dan dikubur.
Warna putih memiliki arti kesucian dan kedukaan.
“Perpaduan tujuh warna tersebut sering kali banyak kita temui pada proses pernikahan. Seperti pakaian adat 'makuta' dan 'walimono' yang digunakan untuk pengantin pria. Sedangkan pakaian adat 'biliu' dan 'payungga' digunakan untuk pengantin wanita,” jelasnya.
Sementara itu, kata Abdulah, warna untuk upacara adat Gorontalo hanya identik dengan empat warna saja: Merah, hijau, kuning emas, dan ungu.
Ia menambahkan, psikologi warna ini sebenarnya bersifat universal dan lazim ditemukan di kelompok masyarakat tradisional. Bahkan, banyak juga kebudayaan di luar Indonesia yang memiliki pemaknaan yang sama pada warna tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada masyarakat Gorontalo, warna-warna tersebut merupakan representasi dari budaya Kerajaan Gorontalo yang disebut “Duo Lo Limo Pohalaa”, yang artinya dua kerajaan inti dari lima bersaudara, yakni Kerajaan Gorontalo dan Kerajaan Limboto.
“Pakaian adat sebagai salah satu bukti dari peninggalan kebudayaan masyarakat Gorontalo yang memiliki arti mendalam,” pungkasnya.
----
Reporter: Rahmat Ali
Editor: Febriandy Abidin