Mengenal "Bako Hati", Pernik Doa 40 Hari di Gorontalo

Konten Media Partner
11 November 2019 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bako hati berbentuk kerucut melambangkan silaturahmi. Senin, (11/11). Foto : Dok Banthayo.id (Rahmat Ali)
zoom-in-whitePerbesar
Bako hati berbentuk kerucut melambangkan silaturahmi. Senin, (11/11). Foto : Dok Banthayo.id (Rahmat Ali)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Setiap daerah memiliki ritual berbeda untuk mengenang 40 hari kepergian almarhum/almarhumah. Di Gorontalo, sebagian besar masyarakat muslim akan menyediakan “bako hati” didoa 40 hari tersebut. Bako hati adalah sebuah wadah untuk mengisi uang koin dan kue kering. Ukurannya sekitar kepalan tangan yang berbentuk kerucut. Berbahan dasar karton. Warnanya biru.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bako hati memiliki arti bagi yang melaksanakannya. Pemangku adat di Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Irwan Kadir (45) menjelaskan, bako hati didoa itu disebut “Hileyiya”. Artinya memaparkan simbolik alat dan makanan. Sesuatu yang memiliki makna dan bentuk komunikasi pendekatan manusia kepada Sang Khalik, yang menciptakan, menurunkan, memelihara, dan menentukan.
Bako hati selalu ada di setiap doa 40 hari atas meninggalnya seseorang yang beragama Islam di Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id (Rahmat Ali)
“Bako hati akan dibagikan kepada orang-orang yang datang didoa 40 hari. Bako hati bermaksud mengingatkan kenangan indah dari yang meninggal dunia dengan tujuan silaturahmi antara tamu dengan keluarga almarhum/almarhumah agar terus terjalin dengan baik,” kata Irwan.
Bako hati yang dibagikan memiliki dua jenis. Bako hati berwarna putih akan diberikan kepada pemimpin negeri. Warna biru akan berikan kepada tamu dengan jumlah yang berbeda. Untuk bawahan dari pimpinan negeri akan mendapatkan tiga bako hati. Tamu umum dua bako hati. Serta anak-anak yang hadir mendapatkan satu bako hati.
Bako hati memiliki dua warna yakni, putih dan biru langit yang berarti suci dan kebesaran. Foto : Dok Banthayo.id (Rahmat Ali)
“Di setiap ritual itu memiliki filosofi yang berhubungan dengan masa peralihan kehidupan manusia di bumi. Seperti tingkat kedudukan seseorang dan juga warna kehidupan yang dimiliki seseorang. Putih yang berarti suci, sudah menjadi tuntunan agama Islam dalam setiap kematian. Sama halnya dengan warna biru langit, yang berarti kebesaran dari Maha Pencipta. Yang menghidupkan dan mematikan seseorang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Tambahnya, ritual ini sudah dilaksanakan masyarakat sejak zaman dahulu. Upacara adat istiadat yang berlandaskan ajaran Islam sebagai agama yang telah dianut suku Gorontalo sejak abad pertengahan sebelum Masehi. Syariat yang dijunjung dalam pelaksanaan ritual tersebut adalah fardu kifayah.
Bako hati memiliki dua warna yakni, putih dan biru langit yang berarti suci dan kebesaran. Foto : Dok Banthayo.id (Rahmat Ali)
Melalui bentuk seperti itu, tampak relasi agama dan budaya lokal dalam masyarakat Gorontalo. Hidup dalam rukun dan kedamaian yang sangat kuat tanpa adanya gesekan.
“Karena kita di Gorontalo masyarakatnya cenderung mengedepankan rasa kekeluargaan, toleran, mengutamakan kerja sama secara kolektif dalam berbagai hal,” pungkasnya.
-----