Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![Kue Cucur merupakan kuliner tradisional khas Gorontalo. Keberadaannya memiliki sejarah yang sulit dilupakan. Di daerah Gorontalo, kue ini sering di sebut tutulu. Rabu, (24/7). Foto : Mirna Ahaya/banthayoid](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1563965206/vz3wf9yltyjjpmfq5yqr.jpg)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Kue cucur selalu dihidangkan di setiap acara adat di Gorontalo. Masyarakat menyebutnya sebagai kue "tutulu".
ADVERTISEMENT
Ketua Adat Tapa, Yamin Husain mengatakan, kue cucur memiliki filosofinya. Yakni pinggir cucur yang berbentuk menengadah ke atas bermakan meminta doa serta magfirah kepada tuhan.
"Olehnya kue cucur selalu ada dalam setiap doa acara adat," katanya, Rabu (24/7).
Di upacara adat, cucur selalu dipadukan dengan kue yang memiliki warna sejenis dengan rasa berbeda. Kue itu disebut "pariya".
Kue cucur bisa ditemukan di seluruh Gorontalo. Banthayo.id menemui Sulastri (40), pembuat kue cucur di Desa Longalo, Kecamatan Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Proses membuat cucur cukup mudah. Hanya memerlukan gula merah, tepung terigu serta tepung beras dan kacang sebagai pelengkap.
Bentuk kue cucur yang unik membuat tampilannya menarik untuk dinikmati, ditambah dengan rasa gula merah yang sangat terasa.
ADVERTISEMENT
"Dibutuhkan waktu 5-7 menit untuk satu biji kue cucur," tutul Sulastri.
----
Reporter : Rahmat Ali, Mirna Ahaya
Editor : Febriandy Abidin