Konten Media Partner

Mengenal Tanjung Keramat, Wilayah Terasing di Kota Gorontalo

1 April 2019 23:24 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bagian depan makam Tanjung Keramat di Dusun I, Kelurahan Tanjung Keramat, Kecamatan Hulondalangi, Kota Gorontalo, Senin (1/4). Foto: Burhan Undu
zoom-in-whitePerbesar
Bagian depan makam Tanjung Keramat di Dusun I, Kelurahan Tanjung Keramat, Kecamatan Hulondalangi, Kota Gorontalo, Senin (1/4). Foto: Burhan Undu
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Tulisan "Tanjung Keramat" terpampang jelas di taman yang terletak di wilayah Dusun I, Kelurahan Tanjung Keramat, Kecamatan Hulondalangi, Kota Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Tulisan itu menyatu dengan bangunan berkubah kuning. Ukuran bangunan itu sekitar lima meter persegi, lengkap dengan bendera putih.
Di dalam bangunan itu terdapat makam yang menjadi sejarah awal penamaan Kelurahan Tanjung Keramat. Namun, tak ada orang di kelurahan tersebut yang mengetahui dan bisa dimintai keterangan tentang asal-usul makam itu.
Makam keramat berkubah kuning ini menjadi sejarah penamaan Kelurahan Tanjung Keramat. Foto: Burhan Undu
Penjaga makam, Wahab Abdullah, pun tidak mengetahui cerita tentang orang yang dimakamkan di tempat itu. Ia mengatakan bahwa penjaga makam sebelumnya yang mengetahui asal-usulnya.
Namun, orang yang mengetahui sejarah makam itu telah meninggal beberapa tahun lalu. Wahab Abdullah menjadi penerus lantaran prihatin dengan kondisi makam yang kotor dan tak terurus.
Wahab juga mengatakan, sebelum ia mengurus makam tersebut, banyak hewan lepas yang memasuki tempat tersebut. Bahkan ia dan warga sekitar pernah memergoki beberapa pasangan muda-mudi yang memadu kasih di makam tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami serahkan ke pihak kelurahan untuk diberikan pembinaan,” katanya, Senin (1/4).
Karena alasan itulah, Wahab memagari makam itu, agar pengunjung tidak sembarang masuk di tempat yang dikeramatkan oleh warga setempat.
Kondisi makam yang mulai terawat membuat lokasi itu banyak diziarahi. Para peziarah datang dari berbagai daerah, seperti Kota Manado, Makasar, dan Surabaya. Namun, sangat disayangkan, kebanyakan warga sekitar tidak mengetahui sejarah makam tersebut.
Tak ada jejak dan keterangan lengkap yang bisa ditemui dibagian dalam makam. Foto : Burhan Undu
Beruntung, Pemerintah Kelurahan Tanjung Keramat menulis nama orang yang dimakamkan di sana. Mereka mencatat nama "Lubaya".
Dalam catatan sejarah kelurahan, makam tersebut dikeramatkan warga karena mengeluarkan bau harum. Selain itu, makam tersebut tidak ditumbuhi semak dan pohon. Padahal, di sekitar makam banyak ditumbuhi semak liar.
ADVERTISEMENT
Semua keanehan yang dimiliki makam tersebut, membuat warga sekitar menamainya makam keramat.
Pada tahun 2003, wilayah itu memisahkan diri dari Kelurahan Pohe. Tanjung Keramat diambil untuk menamai wilayah tersebut.
Selain makam keramat, di tempat itu juga terdapat sebuah gua yang disebut masyarakat dengan nama "Baya lo milate" (Wajah mayat). Tempat itu sulit dikunjungi karena terletak jauh di bawah tubir.
Krisis Air Bersih
Kelurahan Tanjung Keramat berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo. Sebagian wilayah itu adalah pegunungan gersang dan bagian lain merupakan pesisir Teluk Tomini. Kelurahan itu menjadi salah satu yang mengalami krisis air di Kota Gorontalo.
Lantaran krisis air itu, hampir setiap rumah di sana memiliki tandon air berukuran 100 liter hingga 5000 liter.
ADVERTISEMENT
Dampak itu dirasakan oleh pegiat Usaha Kecil Menengah (UKM) Tuna Tomini, Rahmin Moha (40 tahun).
Tandon Air yang disiapkankan warga di depan rumah untuk menampung air bersih. Foto: Renal Husa
Dia mengaku kesulitan mengolah ikan tuna menjadi aneka penganan, seperti bakso dan abon, yang sudah digelutinya. Air, menurutnya, sangat penting untuk proses produksi.
Selain ikan tuna, air adalah bahan utama untuk mengolah bahan baku lain untuk usahanya. Dia mengaku, menghabiskan puluhan liter air untuk membersihkan ikan yang akan diolah.
"Belum termasuk merebus, mencuci, dan digunakan sehari-hari," imbuhnya.
Krisis air itu, diakui Rahmin, telah berlangsung lama. Meski sudah dipasangi pipa air PDAM, tetapi hal itu tidak mengatasi masalah kekurangan air bersih. Air yang bersumber dari PDAM hanya bisa keluar selama 15 menit, setiap hari.
ADVERTISEMENT
Tak mau berharap pada pipa tersebut, Rahmin dan warga sekitar berpatungan untuk membeli air dari tangki milik PDAM berukuran 5000 liter dengan harga Rp 250 ribu. Namun, hanya cukup untuk empat rumah saja.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga harus berjalan kaki menuju sumber air. Foto: Burhan Undu
Pejabat Sementara Lurah Tanjung Keramat, Arfan Botutihe, mengatakan mereka pernah bekerja sama dengan Pemerintah Kota Gorontalo untuk membangun tempat penampungan air.
Namun, hal tersebut tidak berjalan lancar, lantaran suplai air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 355 kepala keluarga.
Air dari pipa PDAM, lanjut Arfan, tidak bisa memenuhi krisis air. Terlebih, saat kapal tangki milik Pertamina sedang dilabuhkan, warga harus menunggu seminggu agar air bisa mengalir.
Akan tetapi, Arfan memaklumi hal tersebut, karena kejadian serupa juga dirasakan oleh kelurahan yang berada di pesisir Kecamatan Hulondalangi.
ADVERTISEMENT
---
Reporter : Renal Husa
Editor : Febriandy Abidin