Konten Media Partner

Mengunjungi Gua Ular, Benteng Warga Gorontalo kala Penjajahan Jepang

14 April 2019 20:52 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu Gua persembunyian di zaman perang yang berada di pegunungan dusun Botuhuwayo, Desa Barakati, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo. (Minggu, 14/4/. Foto : Burdu/banthayoid)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu Gua persembunyian di zaman perang yang berada di pegunungan dusun Botuhuwayo, Desa Barakati, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo. (Minggu, 14/4/. Foto : Burdu/banthayoid)
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID - Masa pendudukan Jepang di Indonesia banyak menorehkan catatan sejarah. Bukti-bukti histori kehadiran Jepang bisa ditemui dalam berbagai bentuk.
ADVERTISEMENT
Di Gorontalo, ada gua yang dimanfaatkan masyarakat untuk bersembunyi dari kejaran Jepang. Meski belum terbukti, cerita gua itu melegenda hingga saat ini.
Minggu (14/4), Banthayo.id berkesempatan mengunjungi gua tersebut. Lokasinya berada di pegunungan Dusun Botuhuwayo, Desa Barakati, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo.
"Ada dua gua yang akan kita jumpai. Keduanya tidak berjauhan," ungkap Mahmud (27), seorang warga di sana yang menjadi pemandu jalan.
Tim banthayoid bersama pemandu jalan mengbadikan gambar saat berada di dalam gua ular. ( Foto : Burdu/banthayoid)
Banthayo.id harus menempuh lima kilometer dari pusat kecamatan dengan kendaraan roda dua untuk tiba di lokasi. Sampai di kaki gunung, perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki. Motor tak bisa menembus, sebab lintasan hanyalah jalan setapak.
Perjalanan memakan waktu 20 menit dengan menyusuri hutan lebat hingga mencapai mulut gua.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan, tak ditemukan penanda lokasi. Jika tidak menggunakan pemandu lokasi, kemungkinan pengunjung bisa nyasar.
Mahmud ditemani tiga orang kawannya. Di perjalanan mereka bercerita, dahulu pernah bertemu kawanan ular yang berdiam di dalam gua yang menjadi tujuan Banthayo.id.
Ular yang mereka temui di gua adalah piton berukuran besar. Sehingga masyarakat mengenal gua itu sebagai istana ular.
Gua yang sangat lebar ini, kini melegenda dengan sebutan Gua Ular. ( Foto : Burdu/banthayoid)
"Biasanya mereka ada di dalam gua," kata Mahmud.
Cerita gua ular bikin was-was. Setiba di gua, tim Banthayo.id masuk secara perlahan bersama pemandu jalan. Harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir, sebab mulut gua menjulang ke bawah.
Banthayo.id tidak melihat ada ular di dalam gua yang memiliki panjang 6x4 meter dengan ketinggian sekitar empat meter. Di sana hanya ada kelelawar yang bergelantungan.
ADVERTISEMENT
"Suhunya dingin, tidak seperti gua yang satunya lagi. Kalau gua ini ukurannya yang paling besar. Dahulu banyak jejak kulit ular di tempat ini," ungkap Risman (30), pemandu lainnya.
Bagian dalam gua sangat gelap, dan bau kotoran kelelawar. ( Foto : Burdu/banthayoid)
Tak lama kemudian Banthayo.id dipandu mengunjungi gua yang berada di sebelahnya. Cara masuknya harus berjalan berjongkok. Sebab tinggi pintu sekitar 120 sentimeter.
Udara di dalam gua begitu hangat dan pengap, ditambah bau busuk yang menyengat hidung. Hal itu kontras dengan gua pertama yang Banthayo.id kunjungi.
Mahmud kedua kalinya mengunjungi gua ini. Kali pertamanya, ia menemukan seekor ular besar di dalam gua.
"Kalau sore hari mereka akan kembali ke tempat ini. Karena penasaran, saya melihat secara langsung ular tersebut. Dan memang benar ukuran tubuhnya sangat besar, kurang lebih panjangnya enam meter," ujar Mahmud.
Tim Banthayoid, berdiskusi dengan pemandu jalan sebelum masuk ke gua yang ke dua. ( Foto : Burdu/banthayoid)
Gua Jadi Tempat Bersembunyi
ADVERTISEMENT
Hasan Aliu (50), seorang warga di sana menerangkan sejak terjadi peperangan di wilayah Gorontalo, memang masyarakat berbondong-bondong untuk mencari tempat yang bisa menyelamatkan nyawa mereka.
Mereka pergi melarikan diri ke hutan. Di sanalah warga menemukan dua gua tersebut.
"Gua yang terbentuk secara alami ini memang memiliki cerita mistis. Hingga sekarang tidak sembarangan orang bisa mengunjungi gua ular tampa pengawal atau pemandu yang berpengalaman," jelas Hasan.
Mulut gua yang sempit membuat tim banthayoid dan pemandu jalan harus berjalan merangkak masuk ke dalam gua ke dua. ( Foto : Burdu/banthayoid)
Menurut Hasan, hingga kini belum ada masyarakat ataupun hewan yang digigit ular. Ia juga mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati jika ingin berkunjung ke tempat tersebut. Apalagi hutan tersebut telah menjadi sarangnya hewan liar yang seketika bisa membahayakan diri pengunjung.
"Tapi ular-ular yang ada di gua itu sudah jarang terlihat, karena banyak yang menangkapnya untuk dijual," tutupnya.
ADVERTISEMENT
-----
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandy Abidin