Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Menilik Megahnya Patung BJ Habibie di Gorontalo
22 Juni 2019 12:35 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO - Patung Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, berdiri megah di depan gerbang utama Bandar Udara Djalaluddin, Gorontalo. Posisinya membelah Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Patung itu menjadi perhatian pengendara yang melintasi jalur tersebut, seperti pengakuan Risman (25), seorang penunggang motor.
"Baru lihat saya, jadi singgah sebentar untuk ambil foto," imbuhnya.
Patung B.J Habibie memiliki tinggi tujuh meter dan lebar tiga meter. Dengan pakaian adat Gorontalo--disebut Takowa--patung itu memegang miniatur pesawat dan menghadap Bandar Udara Djalaluddin, Gorontalo.
Kemiripan wajah patung B.J. Habibie dengan aslinya diakui warga. Bahkan patung itu sangat identik dengan budaya Gorontalo, karena dipakaikan pita warna emas di peci, yang menandakan sudah bergelar Pulangga--gelar adat di Gorontalo.
"Saya salut desainernya. Dengan pakaian adat yang dikenakan, menandakan B.J. Habibie juga tokoh nasional berdarah Gorontalo," ujar Halim Kusuma (43), warga setempat.
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo, Irwan Pulukadang, mengatakan proyek patung tersebut diawali dengan proses seminar pada 24 Oktober 2017 yang dihadiri oleh seniman, sosiolog, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh adat.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya ada 27 nama yang diusulkan. Nama-nama tersebut diseleksi hingga mendapatkan beberapa nama, di antaranya B.J. Habibie, Hans Bague Jassin, J.S. Badudu, Thayeb Mohamad Gobel, dan Djalaluddin Tantu. Kemudian, melalui proses perundingan, maka nama B.J. Habibie keluar sebagai figur patung," jelas Irwan.
Kemudian, lanjut Irwan, pemerintah melakukan sayembara untuk mendapatkan desain patung. Mahasiswa asal Makasar, Sulawesi Selatan, yang menjadi pemenangnya.
"Kalau tidak salah ingat dia adalah mahasiswa arsitektur. Untuk desainnya itu dibayar Rp 50 juta," jelasnya.
Tambahnya, lalu pemerintah melakukan lelang kepada para pengukir patung. Seniman dari Yogyakarta, Lutse Lambert Daniel Morin dan Suwardi, menjadi pemenang lelang, dengan nilai kontrak Rp 1,7 miliar.
"Namun, pada awalnya kami masih meminta persetujuan dari Pak Habibie untuk bisa membuat patung serupa dengannya," pungkas Irwan.
ADVERTISEMENT
----
Reporter: Rahmat Ali
Editor: Febriandy Abidin