Menilik Sepeda Peninggalan Pasukan Perang Permesta di Gorontalo

Konten Media Partner
4 Oktober 2019 16:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepeda onthel buatan pabrik Hima asal Belanda, tersimpan baik di museum Purbakala Popa-Eyato, Kota Gorontalo. Jumat, (04/10). Foto : Dok Banthayo.id
zoom-in-whitePerbesar
Sepeda onthel buatan pabrik Hima asal Belanda, tersimpan baik di museum Purbakala Popa-Eyato, Kota Gorontalo. Jumat, (04/10). Foto : Dok Banthayo.id
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID,GORONTALO – Sepeda onthel buatan pabrik Hima asal Belanda, masih tersimpan bagus di museum Purbakala Popa-Eyato Provinsi Gorontalo di Kelurahan Tamalate, Kecamatan Kota Timur, Kota Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Sepeda jadul itu memiliki catatan sejarah perjuangan bagi masyarakat Gorontalo. Kepala Bidang Pengelola Museum, Suharto Nasaru saat ditemui, Jumat (4/10) mengatakan, sepeda tersebut merupakah hibah dari Harry Manueke, warga Desa Hulumo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango.
Sepeda jadul itu memiliki catatan sejarah perjuangan bagi masyarakat Gorontalo. Foto : Dok Banthayo.id
Karena punya catatan sejarah, maka Harry sengaja menghibahkan sepeda tua itu ke museum sejak tahun 2016. Inginnya agar museum merawat sepeda jadul tersebut.
“Ini merupakan sepeda polisi pada zaman dulu. Sengaja kami minta untuk diberikan ke museum agar nantinya masyarakat bisa mengetahui tentang sejarah sepeda tersebut. Sepeda itu akan dirawat agar bisa bertahan lama,” ungkap Suharto Nasaru.
Cerita Sepeda Onthel Bantu Perjuangan Tumpas Permesta
Sepeda Itu merupakan sepeda polisi pada zaman dulu. Foto : Dok Banthayo.id
Harry Manueke, lelaki berumur 80 tahun itu menceritakan asal mula sepeda tua tersebut. Ia mengatakan, sepeda itu milik ayahnya, Jonder Manueke, seorang kepala polisi yang bertugas di lingkungan Kota Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Sepeda tersebut merupakan kendaraan dinas kepala polisi saat itu. Digunakan untuk mengantar surat dan logistik ke kantor polisi yang berada di wilayah lain.
“Waktu itu kendaraan yang sering digunakan hanya ada dua. Yakni, sepeda onthel dan bendi,” kata Herry.
Terang Herry, sepeda tersebut memiliki nilai sejarah yang cukup penting. Sepeda itu juga pernah difungsikan untuk membawa amunisi prajurit Nani Wartabone saat terjadi Perang Rakyat Semesta (Permesta) atau Gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indoensia (PRRI) pada tahun 1958.
Sepeda itu juga pernah difungsikan untuk membawa amunisi prajurit Nani Wartabone saat terjadi Perang Rakyat Semesta (Permesta). Foto : Dok Banthayo.id
“Keinginan PRRI saat itu untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah Republik Indonesia dan membentuk Negara Indonesia Timur. Namun saat itu, pak Nani Wartabone menolak gerakan tersebut dan melakukan perlawanan,” jelasnya.
Lanjut Herry, Nani Wartabone membentuk kelompok yang dinamakan Pasukan Rimba untuk melawan tentara Permesta dengan cara bergerilya. Saat itu pasukan rimba telah mengalami pertempuran di beberapa lokasi. Mereka sempat mencuri senjata di pos tentara Permesta mengunakan sepeda tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saat itu juga sepeda merupakan alat tranportasi yang bisa digunakan untuk misi tersembunyi, karena tidak berbunyi,” terangnya.
Sepeda merupakan alat tranportasi yang bisa digunakan untuk misi tersembunyi, karena tidak berbunyi. Foto : Dok Banthayo.id
Setelah itu, pasukan rimba menarik diri untuk bersembunyi di salah satu hutan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Senjata yang dicuri dibawa oleh para prajurit, sementara amunisi dimuat di sepeda dengan keranjang.
“Setelah terlibat peperangan, pasukan pak Nani Wartabone dibantu pasukan Angkatan Perang Republik Indoensia. Sehingga berhasil menumpas gerakan Permesta di Gorontalo,” jelas Herry.
Dirinya menambahkan, aset sejarah tersebut diharapkan bisa menambah literasi masyarakat dalam mengenal perjuangan pahlawan di Gorontalo. Ditambah juga untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya mengenal sejarah.
“Maka saya dengan sukarela menyerahkan sepeda itu ke museum untuk dijaga,” pungkasnya.
----
Reporter : Rahmat Ali
ADVERTISEMENT
Editor : Febriandy Abidin