Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
GORONTALO - Sempat anjlok pada tahun-tahun sebelumnya, di tengah pandemi COVID-19, kini penjualan sepeda di Gorontalo melesat. Beberapa toko yang awalnya hanya dapat menjual satu hingga dua sepeda sehari, kini dapat menjual lebih dari 30 sepeda setiap harinya. Beberapa ada yang kemudian mengaku dapat peningkatan omset hingga 100 persen.
ADVERTISEMENT
Finny, seorang penjual sepeda di Kota Gorontalo mengungkapkan, jika toko sepeda yang dimilikinya sudah diserbu pembeli sepeda sejak awal Maret. Namun yang dirasakan mulai ramai itu sejak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap 2 di Gorontalo.
“Iya, jadi sejak PSBB tahap 2 di Gorontalo itu, orang sudah banyak yang datang membeli sepeda. Setiap hari ada pembeli, sehari bisa menjual 10 lebih per hari. Dan itu bermacam-macam sepeda. Ada sepeda lipat, sepeda gunung. Kadang juga sampai 20 unit yang laku. Itu baru toko di sini, belum dengan toko saya yang ada di kabupaten sebelah,” katanya. Minggu, (5/7).
Finny sendiri memang memiliki dua toko sepeda. Dari dua toko itu jika dihitung, ada sekitar 30 lebih sepeda yang laku setiap harinya, kendati harga setiap sepedanya naik hingga 50 persen. Ia sendiri melihat, yang paling banyak diburu adalah jenis sepeda lipat. Kedua paling diminati adalah jenis sepeda gunung.
ADVERTISEMENT
“Iya jadi sepeda lipat memang yang paling diburu saat ini. Banyak yang datang mencari sepeda jenis itu. Rata-rata sepeda yang terjual adalah sepeda dengan harga di bawah 10 juta. Kalau yang mampu ya mereka ada juga yang membeli sepeda di atas 10 juta,” ungkapnya.
Finny memang menolak menyebut untungnya dalam nominal rupiah, namun jika ditaksir, keuntungannya dengan menjual sepeda akhir-akhir ini meningkat hingga 75 persen.
“Ya nominalnya yang jelas banyak yah. Karena memang banyak pembeli akhir-akhir ini. Cuma jangan disebut rupiah lah, nanti toko-toko lain merasa saya sombong. Tapi begitu, kira-kira hingga 75 persen ada kenaikan omset. Apalagi sepeda rata-rata naik harga hingga 50 persen. Dan itu bukan dari kami, dari pabriknya langsung memang yang menikan harga. Kami hanya menyesuaikan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Udin, seorang pecinta sepeda mengungkap, memang idealnya di masa pandemi semacam ini adalah bersepeda. Sebab, berdiam diri terlalu lama di rumah membuat ia jadi jarang berolah raga.
“Ya idealnya memang membeli sepeda sekarang-sekarang ini. Lari di gelanggang, banyak orang. Jadi bersepeda kan aman. Untuk mengobati bosan di rumah, bisa sambil bersepeda dan menyehatkan kan. Enak bisa jalan-jalan lagi,” ujarnya.
Udin mengaku ikut membelikan anak-anaknya sepeda. Agar sekeluarga bisa sehat bersama,”saya belikan sepeda untuk anak-anak di rumah. Biar bisa jalan-jalan tanpa takut dibilang tidak patuh terhadap aturan. Ya meski sudah tidak lagi PSBB kan,” tutupnya.
Sebelumnya, jika melihat lebih jauh. Di tahun sebelumnya, para penjual sepeda memang mengeluh rendahnya minat para masyarakat dalam bersepeda. Di tahun-tahun itu, kendaraan bermesin lebih banyak laku ketimbang sepeda. Setiap harinya, hanya ada 1-2 unit sepeda yang laku.
ADVERTISEMENT
“Ya di tahun-tahun kemarin itu, cuma laku setiap harinya hanya 1-2 sepeda. itu saja sudah sangat beruntung. Omset saat itu sangat kecil sekali. Jarang-jarang ada yang beli sepeda. ada yang datang ke toko saja sudah senang,” kata Omen, yang sudah puluhan tahun menjual sepeda di Kota Gorontalo.
-----
Reporter: Wawan Akuba