Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten Media Partner
Relokasi Aspol Jadi Kabar Baik untuk Pelestarian Tinggalan Benteng Nassau
16 Juli 2020 11:08 WIB
![Benteng Nassau, secara fisik tidak lagi ada. Seluruh bangunannya tertimbun di bawah tanah di permukiman aspol. Kamis, (16/7). Foto: Dok banthayoid (Wawan Akuba)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1594871722/llcwedz2tfedfdi86k76.jpg)
ADVERTISEMENT
GORONTALO - Dalam dua bulan terakhir ini, dua kali banjir bandang menghantam permukiman Kota Gorontalo yang ada di bantaran Sungai Bone. Luapan sungai besar yang mengalir dari arah Suwawa, Kabupaten Bone Bolango itu, memorakporandakan wilayah hulu sungai yang ada di Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo. Tak terkecuali Asrama polisi (Aspol) Polres Gorontalo Kota. Kerugiannya buka main. Mencapai hingga miliaran rupiah. Sebab, di lokasi itu juga dibangun gedung-gedung penyimpanan alat personel. Makanya, lokasi tersebut dinilai tak lagi layak untuk lokasi aspol, karena rawan banjir yang bisa saja mengancam keselamatan personel polisi dan keluarganya.
ADVERTISEMENT
Sehingga Polda Gorontalo berencana merelokasi Aspol Polres Gorontalo Kota ke Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat. Lokasi itu sejauh 3,2 kilometer dari lokasi sebelumnya, dan merupakan hibah Pemerintah Kota untuk Polda Gorontalo. Luasnya sekitar 3,8 hektar (ha). Kapolda Gorontalo, Irjen Pol Adnas, bersama Wali Kota Gorontalo, Marten Taha, telah meninjau lokasi tersebut.
Namun sebetulnya, jika melihat sejarah, permukiman aspol tersebut sebenarnya memang tidak layak ditinggali. Sebab, ia sendiri dibangun di atas reruntuhan Benteng Nassau. Benteng yang dibangun oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada zaman kolonial belanda. VOC sendiri adalah sebuah persekutuan dagang milik kolonial Belanda, yang masuk ke Indonesia, dan lantas melirik Gorontalo karena kekayaan alamnya. Benteng itu runtuh karena bencana dan kini secara fisik tidak lagi ada. Seluruh bangunannya tertimbun di bawah tanah di permukiman aspol tersebut.
ADVERTISEMENT
Faiz, seorang arkeolog Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Gorontalo mengatakan bahwa dari pelbagai literatur, disebutkan runtuhnya Benteng Nassau akibat banjir bandang dan tsunami yang menerjang lokasi tersebut. Sehingga secara historis, lokasi tersebut memang tidak layak untuk dibangun permukiman warga.
“Bahwa memang lokasi itu, secara historis, lokasi Benteng Nasau itu memang terpendam atau tenggelam (di dalam tanah) itu disebabkan oleh bencana. Bencana banjir dan juga dugaannya di situ tsunami. Sehingga lokasi itu memang tidak cocok dibangun permukiman yang padat penduduk. Jadi memang lokasi padat penduduk tidak layak di situ. Jadi sangat tidak strategis tempatnya. Sehingga benteng (Nassau saja) hancur. Luluh lantah begitu saja,” kata Faiz
Lagian menurutnya, dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Gorontalo, Kecamatan Hulonthalangi, di mana permukiman aspol itu dibangun, masuk dalam zona hijau. Kawasan itu menurut Faiz, akan dikembangkan menjadi kota warisan budaya dan perdagangan, serta kota religi.
ADVERTISEMENT
“Secara langsung saya meminta ketika wilayah aspol dijadikan zona hijau, itu tidak menutup kemungkian kami (BPCB) akan masuk untuk mengintervensi (dan) menyingkap (bukti) Benteng Nasau. (Sehingga) tidak semata menjadi hutan kota atau ruang hijau semata, tetapi ada ruang hijau yang berbasis tinggalan cagar budaya atau tinggalan arkeologis,” katanya.
Maka ketika kabar relokasi aspol mencuat, tentu menjadi angin segar. Baik dalam hal mengungkap misteri Benteng Nassau, maupun secara kemanusiaan, dan pelestarian cagar budaya. “Sebab penggalian (ekskavasi Benteng Nassau) dapat dilakukan dengan bebas. Kalau kami dari BPCB, tentu itu menjadi hal yang bagus, karena di satu sisi kan kita punya kepentingan terkait dengan keberadaan Benteng Nasau yang sudah terpendam di bawah tanah. Relokasi aspol ya tentu bisa kami jadikan upaya untuk menyingkap atau mengungkap keberadaan Benteng Nasau dengan penelitian upaya-upaya pelestarian dari BPCP Gorontalo,” ucapnya.
Sejauh ini memang bukti tinggalan benteng dan sejarahnya, masih terus diupayakan untuk dikumpulkan. Letaknya yang ada persis di permukiman aspol menyulitkan para peneliti untuk melakukan penggalian situs sejarah tersebut. Dalam kurun waktu 2018 hingga 2019, setidaknya dua kali kegiatan ekskavasi dilakukan di apol tersebut. Pada penggalian pertama, ditemukan sebuah septic tank yang diyakini bekas benteng. Lalu, pada penggalian kedua, ditemukan sejumlah benda-benda kecil yang bisa menjadi bukti adanya Benteng Nassau.
ADVERTISEMENT
“Kendalanya itu adalah bangunan permanen yang tidak mungkin kita eksavasi dengan permukiman yang padat penduduk. Tentu itu menimbulkan konflik. Dan itu bisa memicu konflik karena namanya lokasi padat penduduk tentu strukur yang ada di Benteng Nasau itu kan perlu kita singkap. Siapa tahu ada di bawah rumah masyarakat,” tutup Faiz.
-----
Reporter:Wawan Akuba