Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten Media Partner
Sirkulasi Eddy, Sebabkan Gelombang Tinggi di Gorontalo
14 Januari 2020 20:14 WIB
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Masyarakat Gorontalo dibuat panik, terutama untuk mereka yang bermukim di daerah pantai. Hal ini karena gelombang tinggi yang terjadi di sejumlah wilayah pesisir. Seperti yang terjadi pada Minggu 12 Januari 2020, di Pantai Wisata Botutonuo, Desa Botutonuo, Bone Bolango. Di hari itu, sejumlah wisatawan yang sedang asyik menghabiskan waktu libur dibuat heboh lantaran ada beberapa dari teman mereka terhanyut oleh arus balik gelombang tinggi .
Lima wisatawan domestik yang merupakan siswa sekolah dan perguruan tinggi di Gorontalo tersebut diseret ombak hingga 50 meter dari garis pantai. Bersyukur, saat itu ada masyarakat yang menyelamatkan dengan peralatan seadanya.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, sebenarnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Pusat Meteorologi Maritim, pada Sabtu 11 Januari 2020, telah mengeluarkan peringatan tentang gelombang tinggi di situs lembaganya. Peringatan itu dikeluarkan pukul 06.00 WIB dan berlaku hingga Selasa 14 Januari 2020, pukul 07.00 WIB.
Peringatan dini gelombang tinggi merupakan informasi prakiraan gelombang untuk beberapa hari yang diinformasikan karena adanya potensi gelombang tinggi lebih dari 1,25 meter dan bertahan selama 12 jam ke depan di sekitar perairan Indonesia dan berlaku maksimal dua hari sejak dikeluarkan dan diperbaharui setiap ada perubahan dan sebelum masa berlakunya habis.
Dalam peringatan tersebut, BMKG menyebut adanya sirkulasi eddy di Perairan Barat Aceh. Pola angin di wilayah Indonesia bagian Utara umumnya bergerak dari Barat Laut ke Timur Laut dengan kecepatan empat hingga 25 knot. Kecepatan yang sama juga terjadi di wilayah Selatan Indonesia dari Barat Daya ke Barat Laut. Kondisi ini yang kemudian mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut. Di laut Sulawesi dan Perairan Sulawesi, dilaporkan akan terjadi gelombang dengan ketinggian 1,25 hingga 2,50 meter.
Wahyu Guru Imantoko, Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Gorontalo mengungkapkan bahwa memang pengaruh gelombang tinggi itu adalah angin. Dan umumnya, bulan Januari untuk sebagian wilayah di Indonesia termasuk Gorontalo, sudah masuk musim angin barat.
“Bulan Januari ini perlu diwaspadai ketinggian gelombangnya. Terutama wilayah yang paling intens itu di sebelah Utara Gorontalo. Namun tidak menutup kemungkinan, di bagian Selatan Gorontalo juga akan terjadi gelombang tinggi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data klimatologi tentang ketinggian gelombang, sepanjang bulan Januari ini, potensi gelombang tinggi mungkin terus terjadi di Provinsi Gorontalo. Dan dari data tersebut, di tanggal 12 Januari, terpantau peningkatan ketinggian gelombang di laut Teluk Tomini mencapai 2,5 meter.
“Kami juga sudah melakukan distribusi informasi terkait gelombang itu melalui aplikasi sosial media yang kami punya, tapi ternyata masih ada orang yang tidak bisa menjangkau informasi tersebut. Kejadian kemarin di pantai wisata itu mungkin saja karena masyarakat tidak mengetahui potensi gelombang tinggi itu,” ujarnya.
Dari data pantauannya, Wahyu mengatakan bahwa hingga tiga hari ke depan, di wilayah selatan Gorontalo masih ada potensi terjadi gelombang dengan ketinggian 0,75 meter, sedangkan untuk wilayah Utara Gorontalo, gelombang diperkirakan akan mencapai hingga 1,5 meter. Angka itu menurutnya sudah paling rendah.
ADVERTISEMENT
Walaupun begitu, kondisi cuaca itu sangat dinamis. Sehingga akan terus berubah. Selain gelombang tinggi, di bulan Januari ini juga ada potensi lain yang menurutnya perlu diwaspadai, yaitu pembentukan awan-awan cumulonimbus yang juga akan menyebabkan hujan.
Untuk ketinggian gelombang yang mencapai satu meter hingga lebih, menurut Wahyu perlu diwaspadai oleh para nelayan. Karena untuk kapal besi besar, biasanya mereka melaut pasti melalui kepala pelabuhan, sehingga akan mudah dikontrol. Dengan peringatan BMKG, tentunya jika memang dianggap berbahaya, kapal-kapal ini tidak akan diizinkan berlayar.
“Namun yang sulit adalah nelayan yang berangkat tanpa melalui kepala pelabuhan perikanan. Berangkat dari depan rumahnya, dan tanpa menerima peringatan dari siapa pun. Artinya berangkat sendiri. Jadi tentu, jika tidak tahu terkait kondisi cuaca, pasti akan sangat berbahaya untuk dia,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Untuk isu tsunami yang kemudian dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dibantah oleh Wahyu. Menurutnya isu yang cepat beredar di beberapa platform media sosial itu memang tidak benar. Karena tsunami terjadi karena gempa dengan kriteria tertentu, sedangkan sama sekali tidak terasa gempa. Jadi masyarakat menurutnya jangan termakan isu bohong seperti itu.
“Ya hoaks tentang tsunami itu. Saya pikir perlu untuk diklarifikasi melalui media masa. Di media sosial kami juga intens melakukan peringatan kepada masyarakat. Jangan percaya hoaks-hoaks yang beredar yang justru memperburuk keadaan,” katanya.
Wahyu menghimbau masyarakat untuk memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran. Menurutnya, jika kecepatan angin di permukaan lebih dari 15 knot atau 30 km/jam, dan ketinggian gelombang di atas 1,25 meter, maka tentu akan sangat berbahaya untuk perahu nelayan.
ADVERTISEMENT
----
Reporter: Wawan Akuba