Konten Media Partner

Upiah Karanji, Kopiah Khas Gorontalo yang Jadi Langganan Gus Dur

18 Mei 2019 14:59 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hadjirah Abdullah, Hasil kerajinan kopiah keranjang wanita ini  pernah dipakai Mantan Presiden Aburahman Wahid ataw Gus Dur. Kamis, (16/5.) Foto : Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Hadjirah Abdullah, Hasil kerajinan kopiah keranjang wanita ini pernah dipakai Mantan Presiden Aburahman Wahid ataw Gus Dur. Kamis, (16/5.) Foto : Istimewa
ADVERTISEMENT
BANTHAYO.ID, GORONTALO - Kopiah keranjang adalah anyaman khas Gorontalo atau yang dalam bahasa daerah sering juga disebut sebagai upiah karanji. Salah satu tokoh Indonesia yang setia mengenakan upiah karanji adalah Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur. Gus Dur kerap terlihat mengenakan upiah karanji saat tampil ke publik.
ADVERTISEMENT
Banthayo.id berkesempatan menyambangi pengrajin upiah karanji, Hadjirah Abdullah (63), atau biasa disapa Ta No’u, di Desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, Kamis (16/5).
Mantan Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid atau Gus Dus saat mengenakan Kopiah Keranjang, hasil tangan pengrajin Gorontalo. (Foto : Istimewa )
Hadjirah merupakan salah satu pengrajin kopiah khas Gorontalo. Pada masa kepemimpinan Soeharto, Hadjirah mendapat penghargaan atas karyanya. Tahun 1996, ia juga sempat mendapat penghargaan dari politikus Surya Paloh. Karenanya, Hadjirah diberi kesempatan membuat kopiah keranjang yang digunakan Gus Dur.
Sampai saat ini Hadjirah Abullah atau Ta No'u masih aktif menjalanai pekerjaanya sebagai pengrajin Kopiah Keranjang. (Foto : Istimewa)
"Sekitar tahun 2000 saya didatangi oleh beberapa utusan dari Istana Negara. Mereka mengatakan Presiden Gus Dur ingin pesan upiah karanji," jelasnya.
Kejadian tersebut tentu saja tak pernah dilupakan Hadjirah. Bahkan selalu terkenang sebagai satu kebanggan dari pengrajin upiah karanji.
Proses Pembuatan Upiah Karanji
Sandiaga Salahudin Uno, pengusaha berdarah Gorontalo kerap mengenakan Kopiah Keranjang. (Foto;Istimewa)
Proses pembuatan untuk menghasilkan satu upiah karanji terbilang sulit. Sehingga diperlukannya waktu yang lama dalam proses menganyam upiah karanji.
ADVERTISEMENT
Yani Ulapanili (54), warga Desa Batu Layar, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, mengatakan upiah karanji dianyam dari rumput liar. Warga menyebut bahan baku itu sebagai mintu yang liat dan kuat.
"Pembuatan satu kopiah keranjang bisa memakan waktu tiga hari. Sehingga dalam sebulan, pengrajin hanya bisa membuat delapan buah," katanya.
Yani Ulapanili, salah seorang pengrajin Kopiah Keranjang yang ada di Desa Batu Layar, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, (Foto : Burdu/banthayoid)
Proses pembuatan upiah karanji dimulai dengan mencari mintu. Dibutuhkan 15 hingga 20 potongan mintu dengan panjang dua meter untuk pembuatan satu kopiah.
Mintu kemudian dibelah menjadi empat bagian, kemudian dijemur selama enam jam untuk mengeringkan atau menghilangkan kadar air pada batang.
Mintu, tanaman liar yang banyak tumbuh di hutan, menjadi bahan dasar pembuatan Kopiah Keranjang. ( Foto : Burdu/banthayoid)
Selanjutnya mintu yang telah kering diraut dan dianyam menjadi upiah karanji.
"Bentuk kopiah keranjang bervariasi, ada yang berbentuk konvensional ada pula yang berbentuk bulat," tuturnya.
Kopiah Keranjang bertuliskan Provinsi Gorontalo yang siap dipasarkan. (Foto:Burdu/banthayoid)
Tambah Yani, harga kopiah keranjang bervariasi. Mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu, tergantung kualitasnya.
ADVERTISEMENT
----
Reporter : Rahmat Ali
Editor : Febriandy Abidin