Konten dari Pengguna

dr. H.Taufiq Hidayat Mendapat Gelar Kehormatan Adat Mandar Banyuwangi

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
24 Agustus 2019 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dr. H.Taufiq Hidayat Mendapat Gelar Keluarga Kehormatan Adat Mandar Banyuwangi@CakWers
zoom-in-whitePerbesar
dr. H.Taufiq Hidayat Mendapat Gelar Keluarga Kehormatan Adat Mandar Banyuwangi@CakWers
ADVERTISEMENT
Bertempat di Galery Adat Mandar Kelurahan Mandar- Banyuwangi , 23/8/2019 warga Kampung Mandar dalam rangka serangkaian memperingati HUT ke 74 RI, mengadakan serangkaian kegiatan diantaranya pemberian gelar keluarga kehormatan kepada dr. H.Taufiq Hidayat , Ketua Dewan Kesenian ( DKB ) Banyuwangi
ADVERTISEMENT
Setelah mendapatkan gelar sebagai keluarga kehormatan, dr. H.Taufiq Hidayat sangat bersyukur karena Keluarga Besar Kampung Mandar telah mengapresiasi apa yang telah dilakukan selaku Ketua DKB dalam mendukung melaksanakan tugasnya memgkoordinir para pelaku seni dan budaya untuk pelestarian adat, tradisi dan budaya di seluruh Kabupaten Banyuwangi.
Menurut sesepuh Puang Isam Datok Daeng Galak, mewakili warga Kampung Mandar Banyuwangi, Pemberian gelar sebagai warga kehormatan Mandar bukanlah pemberian gelar akedemik, melainkan pengakuan yang timbul dari masyarakat atas pengabdian dan jasanya untuk masyarakat Banyuwangi yang multikultur. Puang Isam menyatakan atas nama Dewan Adat Mandar Banyuwangi hari ini Jumat malam sabtu dengan bangga dan bahagia mengangkat Saudara dr. H.Taufiq Hidayat, Ketua Dewan Kesenian Blambangan sebagai warga kehormatan warga Mandar dengan gelar ' DAENG BAJIKNAH ' sebagai keluarga besar Datuk Kapitan Daeng Galak.
Nenek moyang suku mandar yang sekarang masih kuat mempertahankan adat dan tradisi asalnya dari Sulawesi Selatan di Kampung Mandar Banyuwangi juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia
ADVERTISEMENT
Adapun sekilas sejarah kedatangan Datuk Puang Daeng Kapitan Galak ' mbabat alas ' dan mendirikan Kampung Mandar adalah salah satu kampung tertua yang berada di Kabupaten Banyuwangi kota. Kampung yang terletak di pesisir Banyuwangi kota ini ,memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dilepaskan dari era Kerajaan Blambangan dan era Kolonialisme. Saat itu Banyuwangi masih berada pada masa kerajaan Blambangan dan masuknya suku mandar sendiri diperkirakaan pada abad 16 - 17 atas permintaan Raja Blambangan pada masa itu.
Menurut tutur dari keturunan langsung orang pertama yang membuka dan menempati wilayah mandar, kala itu juga diperkuat dari tulisan lontara yang isinya menceritakan pada masa peperangan dahulu kala ,DATUK KARAENG PUANG DAENG KAPITAN GALAK bersama adik laki- lakinya yang bernama DATUK KARAENG PUANG DAENG KAPITAN MACAN beserta juga kerabat sanak saudara dan pasukannya berlayar dari Sulawesi menuju pulau Jawa .Sang adik Datuk Karaeng Puang Daeng Macan dan sebagian kerabat serta pasukan mendiami wilayah Pasuruan yang lebih dikenal dengan nama Mandaranharjo. Sedangkan Datuk Karaeng Puang Daeng Kapitan Galak bersama kerabat lainnya berlayar menuju ujung timur pulau Jawa dan menempati wilayah pesisir Banyuwangi yang memang disediakan oleh kerajaan Blambangan untuk menjaga wilayah tersebut dari serangan musuh Blambangan.
ADVERTISEMENT
Sebagai petinggi yang pertama kali membuka lahan yang masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Kampung Mandar hal tersebut dikarenakan wilayah tersebut didiami oleh suku Mandar. Pada awal masa itu untuk teritorial wilayah yang disebut Mandaran di pesisir timur yang diberikan kurang lebih 7 km ke utara dan 7 km ke selatan, dengan titik 0 km berada di Kampung Mandar saat ini hingga mencakup daerah Tanjung sampai Pakis .
Seiring berjalannya waktu saat dibukanya jalur perdagangan di Kampung mandar pada abad 18 juga dihuni oleh warga dari suku Melayu, dari etnis Arab, etnis Tionghoa dan yang paling banyak dari Madura . Dari percampuran ini keberadaan keturunan dari Datuk Karaeng Puang Kapitan Galak melakukan, ' amalgamasi ' perkawinan campur dengan warga ethnis arab ethnis tionghua suku madura suku jawa dan juga suku osing (suku asli di kabupaten Banyuwangi) meskipun telah terjadi perkawinan campur akan tetapi Eksistensi dari keturunan Datuk Karaeng Puang Kapitan Galak masih bisa ditemui dan tidak bisa dilepaskan perannya dalam Dinamika bermasyarakat hingga saat ini hal tersebut ditandai dengan masih adanya Ritual Adat Saulak (Ritual untuk pernikahan. khitanan. hamil 7 bulanan) hingga Ritual Adat Petik Laut yang kesemuanya memiliki nilai sejarah mistis dan sakral yang dilakukan oleh masyarakat kampung mandar pada khususnya. Ritual ini wajib dilakukan turun menurun oleh keturunan dari suku mandar yang pelaku adatnya adalah keturanan langsung dari Datuk Karaeng Puang Daeng Kapitan Galak.
ADVERTISEMENT
Menurut Wahyu Indah, mahasiswa Unair Surabaya dari jurusan ilmu sejarah yang sedang menyusun skripsi tentang suku mandar di Banyuwangi, menyampaikan seiring berjalannya waktu keberadaan suku mandar tetap sentral meski hidup diantara suku-suku lainnya. Bedasarkan penelitiannya dengan landasan teori ' Dominasi Budaya '
beberapa poin yang utama atas kedatangan orang-orang timur dari Sulawesi ( Mandar khususnya, yang kemudian diikuti dengan suku bugis makassar ) dengan tokoh sentral Datuk Kapitan Daeng Galak beserta pasukan dan keluarganya ke Blambangan diantaranya memberikan sumbangsih terhadap beberapa sektor, diantaranya :
-Menjadi sekutu militer Blambangan
-Membangun wilayah perdagangan di Blambangan Timur Khususnya
-Menjadi salah satu simbol masuknya Islam di Blambangan di Abad 17
ADVERTISEMENT
-Turut menyebarkan Islam di Blambangan Timur (Banyuwangi Kota)
-Menjadi pembabat Alas , pemangku adat Istiadat di wiliyah Mandaran khususnya Kampung Mandar saat ini.
Sedangkan dr. H.Taufiq Hidayat yang malam itu ditasbihkan sebagai warga kehormatan Kampung Mandar, menyatakan sangat bergembira serta barbahagia dan sejak saat ini akan bersama-sama warga mandar lainnya akan menghidupkan warisan leluhur nenek moyang mereka. Sebagai Ketua DKB, Banyuwangi ini adalah miniatur Indonesia yang multikultur termasuk didalamnya adalah suku mandar. " Saya sangat bahagia secara bersama-sama warga Mandar di Banyuwangi bisa nguri-nguri adat mandar. Kebiasaaan adat mereka tetap lestari, demi kebaikan bersama untuk menghormati para leluhurnya. " ujar dr. H.Taufiq Hidayat.
Lebih lanjut dr. H.Taufiq Hidayat menyampaikan bersama jajaran pengurus DKB lainnya akan menampilkan masyarakat adat Mandar dalam Festival Kuwung bulan Desember nanti, adat dan tradisi mandar akan bersama masyarakat Osing, Jawa, Madura, Bali, Arab, Melayu, Tionghoa sebagai gambaran bahwa di Banyuwangi keberagaman suku-suku itu bisa hidup berdampingan, hidup rukun dan sejahtera, tambah dr. H.Taufiq Hidayat.(KRTH.ILHM/BTD)
ADVERTISEMENT