Konten dari Pengguna

Festival Kopi Gombengsari Banyuwangi & Tandon Air Peninggalan Belanda

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
19 Agustus 2019 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar anas Ikut dan melihat Proses Membuat Kopi @Kang Ilham
zoom-in-whitePerbesar
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar anas Ikut dan melihat Proses Membuat Kopi @Kang Ilham
Kabupaten Banyuwangi terus memperkaya atraksi wisata agronya . Tidak hanya pantai namun agrowisatanya juga berkembang. Salah satunya, para pemuda yang tergabung dalam Pokdarwis dusun Sumberwaru desa Gombengsari dengan swadaya bahu membahu mengangkat potensi puluhan hektar kebun kopi menjadi sebuah festival yang mengambil lokasi di Sumbergedor, tandon air 2500 m2 yang dibangun masa kolonial Belanda tahun 1925 dan beroperasi sejak tahun 1927 yang mensuplai kebutuhan air bersih ke seluruh kota Banyuwangi dan sekitarnya. Didukung oleh hutan yang masih asri seluas 12 hektar memang layak ditawarkan, sebagai paket wisata kebun kopi hingga agro wisata lainnya.
ADVERTISEMENT
Wisata Kopi terletak di Lingkungan Sumberwaru Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro Banyuwangi. Desa ini terkenal dengan perkebunan kopi rakyatnya. Hampir setiap rumah di sana, menanam kopi di pekarangan rumah dan kebunnya. Warga Gombengsari sebagian besar menggantungkan hidupnya dari kebun kopi.
"Kopi kami ini enak rasanya, hasilnya melimpah, tapi kok tidak terlalu berdampak pada ekonomi kami. Saat itu, yang kami lakukan hanya tanam, panen, lalu biji kopinya kami jual. Orang lain yang mengolah biji kopinya, kata Hariyono tokoh pemuda Gombengsari yang sering dipanggil Ha'O. Dia sebagai pelopor perubahan di Gombengsari, Ha'O yang mengajak warga khususnya para pemuda mulai memproses kopi sendiri, memproduksi bubuk kopi untuk meningkatkan nilai jual kopinya.
ADVERTISEMENT
"Kita olah bijinya jadi bubuk kopi, kita brand, lalu kita pasarkan sendiri. Dan ternyata, secara ekonomi jauh lebih menguntungkan," jelas Ha'O
dr.Taufiq Hidayat Bersama Warga Gombengsari Ikut Hadir dalam Festival Kopi @Kang Ilham
Tidak hanya berhenti di situ, warga desa Gombengsari juga memperkenalkan potensi kopi yang dimilikinya melalui atraksi wisata . Mereka lalu membuat paket wisata edukasi kopi. Di sini, wisawatan akan dikenalkan berbagai proses kopi.
"Kami tawarkan paket wisata lengkap. Mulai tracking kebun kopi, terlibat memetik kopi, pemrosesan biji kopi secara tradisional, hingga minum kopi dan menyantap kuliner dan buah lokal khas Gombengsari," katanya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam even itu tidak seperti biasanya, memberi sambutan hanya singkat, sepertinya kurang berkenan kalau apa yang diselenggarakan masyarakat Sumberwaru diatas tandon Sumbergedor itu disebut Festival Kopi karena sepi pengunjung dan, penataannya belum layak disebut Festival padahal lokasi ini memiliki potensi pariwisata yang sangat tinggi. Saya menyempatkan kesini meski acara ini bukan agenda Banyuwangi Festival. Ide awal dari bawah supaya dikelola lebih bagus, belajarlah dari daerah selatan, Kemiren misalnya. Prosesing kopi Pokdarwis bisa mempelopori bagaimana
ADVERTISEMENT
cara memproses, penyajian yang bervariasi tiap daerah juga menjadi salah satu atraksi yang menarik bagi wisatawan," kata Anas.
"Bukan hanya petani kopi Saya kira, tapi juga masyarakat bisa meraih keuntungan dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke mari," jelas Anas
Sumber Air Gedor di bangun Belanda Tahun 1927 @Kang Wers
Meski terlambat tapi ketua DKB, H. Taufik Hidayat sangat terkesan dengan alam Sumbergedor tempat berlangsungnya acara, sebagai ketua DKB tetap memberi suport kepada jajaran Forpimka, kades dan pokdarwis Sumberwaru Gombengsari yang sempat menemaninya ngobrol dengan para budayawan yang juga hadir pada even itu. Menurut H. Taufik datang ketempat ini juga sambil bernostalgia mengenang ketika akhir tahun tujuh puluhan dirinya sering diajak bapaknya nyambangi kebun kelapa disekitar Sumbergedor ini, bahkan Taufik kecil sering mandi di pembuangan tandon air Sumbergedor dibagian bawah
ADVERTISEMENT
Sementara menurut Sastrawan gaek Fatah Yasin Noor yang mendampingi H. Taufik Hidayat ketua DKB menghadiri even di Sumbergedor , " Kalau saya paham kenapa bupati marah saat ngasih sambutan di event Festival Kopi Gombengsari ". Penciuman bisnisnya jalan. Bukan karena sepi dan kurang meriah. Tapi beliau merasa kecolongan. Camat Kalipuro dan Lurah Gombengsari seperti sengaja menyembunyikan lokasi Gedor yang sungguh instagrameble ini. Kenapa Gedor baru dimunculkan sekarang. Bupati kecewa berat. Beliau pantas marah. Dan untuk menggarap Gedor, rasanya, sudah terlambat. Sebentar lagi dia lengser. Sesungguhnya Gedor sangat layak "dijual" ke investor. Tapi itu terlambat. Sangat sangat terlambat, hehe, kata Fatah sambil mengekeh.(KRTH.ILH/BTD)