Konten dari Pengguna

Mengapa Ujung Jalan Raya Pos Daendels Tidak Berakhir di Banyuwangi?

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
23 Agustus 2017 22:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rencana jalan raya Pos Anyer-Banyuwangi (Foto: dok:pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Rencana jalan raya Pos Anyer-Banyuwangi (Foto: dok:pribadi)
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya pembangunan Jalan Raya Pos ini adalah mutlak kebijakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda (yang dilaksanakan oleh Herman Willem Daendels sang pemangku kebijakan) demi memprioritaskan pembangunan jalan raya untuk kelancaran mobilisasi pengangkutan kopi dan tanaman lain dari Pulau Jawa serta untuk memudahkan trasportasi sampai ke daerah-daerah pedalaman. Di samping itu, jalan raya ini pun digunakan untuk mengirimkan surat-menyurat, yang oleh Dandels kemudian pengelolaannya diserahkan pada dinas POS Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Jalan Raya Pos (Grote Postweg) dimulai ketika kedatangan Gubernur Jendral Perancis dalam masa Napoleon Bonaparte .Pembangunan Jalan Raya Pos ini terjadi pada masa transisi pemerintahan dari Kompeni Belanda (VOC) ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels tiba di Pulau Jawa pada tahun 1808, dan berencana untuk membangun Jalan Raya Pos yang menghubungkan wilayah Anyer, sebelah barat Banten Hingga Banyuwangi yang kurang lebih berjarak 800 mil, pembangunan Jalan Raya Pos ini semata-mata bertujuan untuk mempermudah pengangkutan dan kelancaran perjalanan serta jarak tempuh.
Pada tanggal 5 Mei 1808, Daendels melakukan perjalanan dari Buitenzorg atau sekarang adalah Bogor menuju Semarang dan terus sampai ke Jawa bagian timur. Jalan yang ia lewati ini tidak sepenuhnya adalah jalan baru, ada beberapa jalan yang memang sudah ada sebelumnya. Pembangunan jalan raya ini merupakan hal yang luar biasa, karena jalan ini menghubungkan ujung barat ke ujung timur Pulau Jawa dan melewati banyak daerah di Pulau Jawa serta dibangun untuk kelancaran geliat perekonomian pada waktu itu.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya pembangunan jalan ini dibayarkan secara borongan, tetapi pada perkembangannya dilakukan secara kerja paksa.
Untuk memuluskan mega proyeknya tersebut, Daendels mewajibkan setiap penguasa pribumi untuk memobilisasi rakyat dan diberikan target pembuatan jalan sekian kilometer. Ironisnya, setiap ada priyayi atau penguasa pribumi yang gagal mencapai target maka Daendels akan memerintahkan tentaranya untuk menghukum mereka termasuk juga para pekerjanya dengan hukuman MATI.
Dengan kepemimpinan tangan besinya itu, Jalan Raya POS hanya diselesaikan dalam waktu satu tahun saja. Prestasi yang luar biasa pada masanya yang membuat nama Daendels dan Jalan Raya POS mendunia hingga saat ini.
Dari Buku Dephub Ditjen Pos dan Telekomunikasi,1980, di Asembagus terdapat stasiun pos terakhir. Dari sini terdapat jalan orang selebar dua meter menyusur hutan lebat sejajar Selat Bali hingga Kali Tikus [sekitar Wongsorejo], Banyuwangi. Jalan Anyer-Panarukan itu sebenarnya bukan sepenuhnya jalan baru.
ADVERTISEMENT
Untuk sebagian, Daendels hanya memperbaiki dan melebarkan jalan tersebut, seperti disebutkan dalam sumber- sumber Inggris. Perbaikan jalan terus dilakukan selama 14 tahun setelah dimulai. Buktinya, pada tanggal 10 Mei 1810, ada laporan bahwa besi dan baja yang diperlukan dalam pembangunan jalan raya ini.
Pada awalnya, Jalan Raya POS bermula dari Anyer (Banten) dan berakhir di Panarukan (Jawa Timur), namun kemudian diperpanjang hingga ke Banyuwangi. Tahun 1811 pembangunan jalan tahap kedua ini sampai ke banyuwangi. Titik akhir jalan di ujung Timur yang dimaksudkan sebenarnya bukan Panarukan, tapi berujung di Banyuwangi.
Kenapa tidak tertulis sampai di Banyuwangi? Menurut analisa dan data-data lainya, jalan ke Banyuwangi terputus dari Sumberwaru hingga ke Bajulmati, pada ruas jalan ini hanya dibangun setapak selebar dua meter.
ADVERTISEMENT
Dari Bajulmati, jalan baru dibangun dan diperlebar hingga ke Banyuwangi, seperti yang tertera di peta Residentie Bezoeki Afdeeling Banjoewangi 1815 - 1856.
Adapun jalan dari Sumberwaru hingga ke Bajulmati tidak dilakukan perlebaran lagi lantaran banyak serangan binatang buas kala itu. Karena pertimbangan keselamatan inilah, akses menuju Banyuwangi ini pun tidak dilanjutkan.
Titik nol Jalan Groote Postweg ini, menurut data peta tahun 1815 dan keterangan beberapa sejarawan ada di sekitar pendopo hingga Kampong Klembon, Kelurahan Singonegaran. Dulu titik nol ini juga pernah dipakai untuk tempat persembahyangan orang china yang meninnggal.
Sedangkan titik nol bagian selatan berada di Sekitar Perliman Banyuwangi. Jalan ini tidak dibangun di masa Deandles.
Pembangunan Jalan dari Genteng hingga ke Banyuwangi, titik nolnya berada di Perliman dan masih belum dibangun jalan ke Kumitir.
ADVERTISEMENT