Pabrik Gula Kabat yang Pertama Berdiri di Banyuwangi Pada 1891

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
21 November 2017 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pabrik Gula Kabat yang Pertama Berdiri di Banyuwangi Pada 1891
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Industri gula sempat “merajai” ekspor Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 hingga tiga dekade awal abad ke-20. Di Banyuwangi pernah didirikan tiga pabrik gula yaitu Kabat, Rogodjampi, dan Soekowidi. Pabrik gula kabat dengan nomer registrasi 131 di bawah perusahan Maatch Tot Expl der Suikerfabriek KABAT, di bawah kepemilikan Jbr AB van Haeften.
ADVERTISEMENT
Pabrik Gula Kabat yang berdiri 1891 memiliki luas lahan tebu 394 bouw dan pada 1915 memiliki luas lahan tebu 684 bouw. Pabrik gula Kabat atau disebut Suikerfabriek KABAT [Sf.Kabat] merupakan onderneming partikulir setelah masa tanam paksa (cultur stelsel) karena pada masa kultur stelsel hanya ada 75 onderneming/ pabrik gula di Jawa, selebihnya sampai terdapat sekitar 195 pabrik gula merupakan konsesi yang terbit setelah tanam paksa.
Pada pertemuan Pengusaha perkebunan Nederlansch Indisch Landbouw Syndicaat (Sindikat Perkebunan Hindia Belanda) tanggal 1 Desember 1916 di Banyuwangi hadir pemilik perkebunan karesidenan Banyuwangi termasuk pemilik pabrik gula Kabat Timmers Verhoever, pemilik pabrik gula Soeko Widi H Zell.
Pabrik Gula Kabat dibangun di zaman kolonial tahun 1891 bersamaan dibangunnya Pabrik Gula Rogojampi. PG Kabat berada di bawah kepemilikan Jbr AB van Haeften di Hindia Belanda. Akibat krisis gula dunia tahun 1918 pabrik gula ini mengalami kesulitan untuk bangkit karena harga gula di pasar internasional turun drastis, banyaknya penyakit tebu,
ADVERTISEMENT
Pada bulan Desember 1896, pabrik gula Kabat dilelang di kantor Surabaya dan ganti kepemilikan. Lelang berlangsung di depan Hebban Vendukantoor di Surabaya. Pada Senin 28 Desember pada pukul 10, Informasi ini di iklankan di Koran Bataviaasch Nieuwsblad 10 Desember 1896
Pabrik gula Kabat terlaporkan terakhir pada 1915 dengan luas lahan 694 bauw. Belum terungkap mengapa pabrik gula Kabat tutup. Dalam buku E.J Brill berjudul 'Drie Geografische Studies Over Java' (1963:377) disebutkan, kontribusi gula Banyuwangi setelah mogoknya dua pabrik gula Kabat dan Rogojampi tersebut menurun tajam. Sehingga penanaman tebu jatuh ke pihak ketiga. Pabrik gula Soekowidi bertahan lebih lama hingga tahun 1925 dengan produksi tebu 1.468 pikul per bauw dan rendemen tebu hingga 9,71 persen.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1930-an, krisis ekonomi menyebabkan harga gula merosot tajam. Akibatnya, banyak industri gula yang gulung tikar. Dalam waktu 4 tahun, jumlah pabrik gula di Jawa yang awalnya beroperasi sebanyak 179 pabrik gula hanya tersisa 54 pabrik. Pada 1957, semua pabrik gula dinasionalisasikan.
Ketika itu Air Tebu masih dianggap Barang Mewah, di jaman dahulu Bahan Pemanis masih menggunakan madu dan umbi-umbian, sampai dengan ditemukannya alat pengepres tebu oleh orang Tionghoa di abad ke-15. Maka dua abad kemudian pengepresan tebu berjalan profesional di Batavia Sf. dikelola oleh orang-orang Tionghoa, sampai kemudian beralih ke tangan VOC.
Bangunan pabrik gula Kabat tepatnya berada di gudang elpiji di depan Kantor Kecamatan Kabat. Di sana masih tersisa puing-puing pembongkaran cerobong asapnya. Jika ditelusuri dari belakang SD 3 Kabat (samping balai desa Kabat) hingga ke selatan, masih tersisa rel lori untuk pengangkutan tebu dan hasil produksi.
ADVERTISEMENT
Konon, setelah ditutup dari fungsinya sebagai pabrik gula, bangunan tersebut dijadikan pabrik beras oleh seorang pengusaha beretnis Arab. Hingga tahun 70-an, cerobong asap dan sisa-sisa penyelepan padi masih bisa ditemui di tempat itu.