PERJUANGAN SAYUWIWIT DAN JAGALARA

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
25 Agustus 2017 23:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PERJUANGAN SAYUWIWIT DAN JAGALARA
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Januari 1772, Mas Surawijaya mengangkat pejabat-pejabat baru sebagai pemimpin perjuangan;
ADVERTISEMENT
(1) Daeng Tokontu/Mas Jagalara/Jogopati II/Wong Abang/Ki Abang di Bayu.
(2) Mas Gagak Baning di Bondowoso bersama Senopati Hanggapati.
(3) Bagus Patrakusuma/Mas Serandhil dan Mas Sekar di Pagambiran-Pesanggaran.
(4) Mas Ayu Wiwit/Sayuwiwit (The Queen Emperor of Mounth Raung) dan Mas Ayu Prabu di Padang Alun-Gunung Bayu. (5) Mas Surawijaya di Puger bersama Senopati Sindhu Bromo.
Berhasil membebaskan Puger, Jember, dan Sentong dari tangan kompeni hingga mundur ke Basuki.Gubernur Johannes Robert van der Burgh segera memerintahkan Steenberger (Jember) dan Reigers (Panarukan) untuk merebut kembali Jember.
1 Oktober 1772, Gezaghebber R. Fl. Van der Niepoort (1772-1784) memerintahkan Kapten Heinrich beserta pasukan Expedisi V untuk menyerangan kembali benteng Bayu.Pasukan Blambangan di Bayu yang dipimpin oleh Mas Jagalara/Jagapati II bersama Bapa Endha/Keboundha meneruskan perjuangan.Mereka membuat Sunga jebakan berisi bambu runcing.
ADVERTISEMENT
Peltu Mirop dan Peltu Dijkman membawa 900 pasukan bersenjata meriam mengepung bersama pasukan Kapten Heinrich dan Vaandrig Jenigen dengan 1.500 orang pasukan.
5 Oktober 1772, pagi hari pasukan kompeni dipimpin Vaandrig Guttenburger dan Koegel dari Basuki telah masuk Sentong.
11 Oktober 1772, Letnan Imdeken dan Kapten Heinrich menggempur Bayu menggunakan meriam hingga luluh lantak rata dengan tanah.Pagi itu, Benteng Bayu akhirnya dapat direbut oleh kompeni.Rumah-rumah dibakar habis.Mas Jagalara gugur dan perang Bayu II dapat diakhiri.
Kapten Heinrich mendapat rampasan beberapa jenis senjata berupa 10 buah meriam dan 30 mortir ukuran 4 dim milik pejuang Bayu.Para prajurit kompeni pribumi mendapat rampasan 100 pucuk senjata berlaras panjang dan 30 ekor kuda serta masih banyak lainnya.
ADVERTISEMENT
Rombongan Bapa Endha/Keboundha sebanyak 500 orang pengikutnya terpaksa meninggalkan benteng Bayu menuju pantai laut selatan hingga kemudian meneruskan perjungan mereka di Nusa Barong yang telah dihuni 1.000 orang pengungsi yang menghuni tujuh kampung di pulau tersebut.
Baru pada tanggal 24 Oktober 1772, Residen Schophoff, memerintahkan penarikan pasukan kompeni dari Bayu.Setelah itu, Kapten Heinrich memerintahkan agar para pejuang Blambangan yang berhasil ditangkap untuk dibantai, kepala-kepala dipenggal dan digantung di pohon-pohon. Sebagian yang masih hidup diangkut ke Teluk Pampang untuk dihukum mati dengan cara ditenggelamkan di laut. Tubuhnya diikat pada batu-batu besar.
Diceritakan bagaimana ratusan orang yang tertangkap dalam pengejaran dibawa ke Benteng Teluk Papang, delapan orang wadwa agung dipisahkan dari lainnya, yang dikumpulkan seperti kambing.Dengan tangan terikat, mereka dimasukkan ke dalam penjara dari bambu dan dijaga ketat.Puluhan serdadu Kompeni melaksanakan eksekusi dengan pedang mereka yang tajam.Para tawanan dipenggal kepalanya kemudian tubuh mereka dibelah empat.Eksekusi ini sangat mengerikan untuk dilihat. Semua tewas tanpa mengeluarkan suara apa pun. Kepala dan bagian-bagian tubuh orang-orang Blambangan yang telah dipotong, ditancapkan di ujung bambu dan dipertontonkan sebagai peringatan bagi penduduk lainnya.
ADVERTISEMENT
Sampai tanggal 7 November 1772 sudah ada 1.000 orang yang tertangkap dan dihukum mati.Schophoff ‘mengamankan’ 264 orang Blambangan yang sudah bersumpah setia kepada kompeni ke Surabaya.Prajurit pribumi kompeni merebut para wanita dan anak-anak Blambangan sebagai hasil rampasan perang.
Tahun 1773, pejuang-pejuang Blambangan di Nusa Barong melakukan perlawanan pada kapal-kapal Belanda di Puger untuk membantu Sayuwiwit dan Mas Surawijaya.Saat Puger dikepung Sayuwiwit gugur di lereng GunungBayu, Mas Surawijaya dan Sindhu Bromo ke Nusa Barong.(Mas Aji Wirabhumi)
Ilustrasi Sayu Wiwit Oleh Wyak Kent Ali