Revitalisasi Inggrisan,Bangunan Cagar Budaya era Kolonial Banyuwangi

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
4 November 2019 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koleksi gambar Kartu Pos Belanda Asrama Inggrisan banyuwangi Tahun 1911
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi gambar Kartu Pos Belanda Asrama Inggrisan banyuwangi Tahun 1911
ADVERTISEMENT
Revitalisasi Inggrisan , sebagai potensi bangunan Cagar Budaya era Kolonial segera dilakukan, hal tersebut sebagai materi rapat koordinasi pada hari jumat, 1 Nopember 2019 bertempat di Sekretariat Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Rapat Koordinasi dipimpin oleh Ir. Choliqul Ridho , MSi diikuti oleh Disbudpar Banyuwangi, Dinas PU Banyuwangi, Kodim 0825 Banyuwangi, Geopark Banyuwangi dan Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Banyuwangi. Rapat Koordinasi dilakukan dengan mengundang narasumber utama Bapak Edy Tri, TACB Propinsi Jatim yang memimpin Tim selama dua hari di lokasi Inggrisan Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutan mengawali rapat koordinasi terkait Revitalisasi Inggrisan, Choliqul Ridha memberikan arahan agar Tim bekerja hati-hati dengan mengkedepankan azas pelestarian sehingga hal yang perlu dirubah atau diganti jangan sampai meninggalkan estetika untuk mempertahankan cagar budaya Inggrisan, papar Ridha, jumat, 1- Nopember 2019. Selanjut Tim dengan narasumber Edy Tri akan bekerja selama dua hari untuk membuat kajian sebagai dasar Revitalisasi Inggrisan. Menurut Edy Tri ( TACB ) Propinsi Jatim sebagai narasumber untuk merevitalisasi Bangunan Cagar Budaya Inggrisan harus berorientasi dan berpedoman pada azas pelestarian. Revitalisasi Cagar budaya Inggrisan berguna untuk memunculkan potensinya dengan memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau landscap budaya asli berdasarkan kajian. Revitalisasi ini dilakukan dengan menata kembali ruang, nilai budaya, dan menguatkan informasi tentang cagar budaya, merujuk Pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Revitalisasi dalam arti kesiapan cagar budaya itu sendiri untuk direvitalisasi.
Team Cagar Budaya Banyuwangi dan TACB Propinsi Jatim saat Berkunjung di asrama inggrisan
Revitalisasi sebagai upaya untuk memvitalkan kembali suatu bangunan yang dulunya pernah vital / hidup, akan tetapi kemudian berlanjut kemunduran / degradasi. Mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan perbaikan yang diberikan perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Mendukung revitalisasi harus mendukung dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Kegiatan revitalisasi dapat dilakukan dari aspek keunikan lokasi dan tempat bersejarah. Demikian juga, revitalisasi juga dilakukan dalam rangka mengubah citra bangunan cagar budaya dalam aksi revitalisasi membutuhkan kajian fisik dengan cermat dan super hati- hati, papar Edy Tri.
ADVERTISEMENT
Salah satu peninggalan penting yang masih terdapat di Asrama Inggrisan adalah bukti-bukti yang menunjukkan adanya Stasiun kabel telegraf itu dibuat oleh perusahaan Inggris British-Australian Telegraph Company pada tahun 1870. Perusahaan Inggris tersebut memasang kabel bawah tanah dari Banyuwangi ke Darwin, Australia. Rute ini merupakan salah satu bagian dari proyek menghubungkan dunia melalui kabel. Asrama Inggrisan yang bertulis “Burn Brothers Rotunda Works 3 Blackfriars Road London S.E.”. Identitas rumah kabel telegraf pada tutup gorong-gorong, Inggris yang memproduksi benda-benda kedap air, di antaranya kabel kedap air. Selain itu, di peta Belanda yang dirilis pada tahun 1800-an tertera Asrama Inggrisan tersebut sebagai Kabelhuis alias Rumah Kabel
Kunjungan Team Cagar Budaya Banyuwangi dan TACB Propinsi Jatim saat Berkunjung di asrama inggrisan
“di era Kolonial rumah ini juga di sebut Rumah Padjang, mungking dikarenakan rumahnya Mencolok dan Memanjang dan juga pekerjanya kala itu banyak diambil dari Orang buangan dari jajahan inggris di disingapura, karena penduduk lokal banyak yang takut, saat pengalian kabel ditemukan reruntuhan Kuil, menurut mereka itu sangat disakralkan, mereka tidak mau melanjutkan pekerjaan pengalian tsb, Lokasi Kuil ini, mungkin sekitar penggalian dari inggrisan hingga wongsorejo, tidak diketahui secara persis lokasinya. Pos stasiun kabel di banyuwangi terdiri dua tempat yaitu di pulau santen dan Pulau Tabuhan, dari stasiun kabel inggrisan disambungkan lagi lewat darat hingga di wongsorejo menuju pulau tabuhan” Ujar kang munawir Pegiat Sejarah banjoewangie tempo Doeloe.
ADVERTISEMENT
Selain itu di sekitar Asrama Inggrisan juga terdapat tidak kurang tujuh buah ruang bawah tanah. Ruangan itu berukuran kurang-lebih 1,5 m x 2 m x 2 m, dengan dinding berwarna putih bersih tanpa ada lumut sekalipun. Keberadaan ruang bawah ini dikemukakan oleh Suwarno, penghuni asrama Inggrisan yang sekaligus ketua RT setempat.
Kemudian pada tahun 1870 ketika Inggris membangun jaringan kabel bawah laut di Banyuwangi, bangunan itu menjadi Stasiun Kabel Telegraf dan para pekerjanya banyak diambil dari orang buangan inggris yang dibawa dari singapura. Barangkali kondisi itu yang menyebabkan bangunan tersebut disebut "Asrama Inggrisan". Meskipun sebetulnya pemerintah Inggris tidak pernah menggunakan asrama itu sama sekali, hanya para pekerja kabel telegraf. (KRTH.ILHM/WER)
ADVERTISEMENT