Konten dari Pengguna

Upacara Adat "Seblang Bakungan" Ritual Tarian Magis Banyuwangi

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
27 Agustus 2019 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mbah Sup seorang wanita berusia 70  tahun penari seblang Bakungan - Photo@ISTIMEWA
zoom-in-whitePerbesar
Mbah Sup seorang wanita berusia 70 tahun penari seblang Bakungan - Photo@ISTIMEWA
ADVERTISEMENT
Tradisi adat Seblang yang telah berlangsung selama ratusan tahun kembali diselenggarakan masyarakat sebagai upacara bersih desa Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Minggu 25/8/2019. Ritual Seblang Bakungan merupakan rangkaian tarian yang dibawakan oleh wanita tua dalam kondisi trans dengan menarikan gerakan-gerakan magis yang membuat ritual ini menjadi tontonan menarik dan mampu menghipnotis para tamu, penonton diantaranya wisatawan lokal maupun manca negara.
ADVERTISEMENT
Mbah Sup seorang wanita berusia 70 tahun yang telah menari seblang merupakan keturunan mbah Misnah yang telah pensiun menjadi seblang karena sudah ujur beberapa tahun silam. Dalam ritualnya, setelah pawang membacakan mantra , sesaat maka seblang langsung kerasukan roh dan menari mengikuti irama gending yang mengiringinya.
Menurut Astorik, Camat Glagah, bagi masyarakat Kelurahan Bakungan Kecamatan Glagah, tradisi dan budaya Seblang Bakungan ini bukan sekedar cara untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga cara untuk menguatkan gotong royong, pemahaman dan pelestarian budaya. Sehingga tradisi dan budaya lokal tetap tumbuh subur di tengah-tengah modernitas yang terus berkembang di masyarakat.
Usai prosesi Ider bumi, warga Bakungan menyiapkan prosesi ritual adat seblang dengan cara menyuguhkan bermacam – macam ubo rampe, yang terdiri dari tumpeng, pecel petek, tumpeng ketan parutan kelapa muda dan gula merah ( enten-enten ) suruh kinangan ayu, kembang Dermo/ untaian bunga, tumpeng takir, boneka,caping/ topi petani, cemeti,singkal / alat membajak dan kelapa gading, tebu hitam, Sekar setaman, kemenyan yang terus dibakar selama ritual seblang berlangsung. Ritual adat Seblang dimulai usai selamatan dengan makan bersama-sama pecel pethek / Ingkung.
ADVERTISEMENT
Obor yang dinyalakan di depan rumah warga menambah suasana mistis Usai makan bersama, penari masuk pentas yang ditempatkan di depan balai dusun , wanita tua itu langsung tidak sadarkan diri dan menari dalam keadaan trans selama kurang lebih empat jam mengikuti irama gending – gending dan syair-syair yang di bawakan sinden. Salah satu gendingnya adalah Kembang Gadung , Ketika pada adegan gending ini para penonton berebut membeli untaian bunga darmo, yang dipercayai akan mempermudah mendapatkan jodoh, pelaris usaha, obat penyakit dan penyubur tamaman bagi yang mempercayainya.
Upacara ritual adat Seblang Bakungan mempunyai makna ; Seblang adalah singkatan dari “Seb = meneng ; Lang = langgeng ” meneng ( diam ) dan langgeng ( dalam keadaan trans ) selama kurang lebih empat jam sampai usainya pertunjukan , dalam kondisi trans Mbah Supani ( 70 tahun ) melakukan ritual penghormatan terhadap Dewi Sri dan arwah-arwah leluhur yang masih diyakini oleh masyarakat Bakungan ikut menjaga keseimbangan alam dan lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pada abad 18 di Bakungan yang masih berupa hutan lebat yang ditumbuhi kembang bakung terjadi ‘ pageblug’ penyakit menyerang manusia , hewan dan tumbuhan- tumbuhan-tumbuhan, maka oleh sesepuh desa Bakungan saat itu diadakan ritual pengusiran hama penyakit dengan melakukan upacara penghormatan terhadap Dewi Sri berupa tari-tarian dengan gerakan tangan menolak atau simbolisasi dari mengusir hama dilakukan oleh Mbah Witri ( pelaku Seblang Bakungan pertama) dengan iring-iringan tetabuhan dengan nada slendro khas suku Osing saat itu, para sesepuh desa Bakungan memanggil arwah-arwah yang mendiami sumber mata air penawar, sumber Sukmo ilang, alas petahunan, alas Purwo dan alas Baluran, maka dibacakan mantra dengan media dua bilah keris lurus ( tilamsari ) dan keris Luk lima Pendowo cinarito , roh-roh Danyang ( penjaga empat penjuru mata angin desa Bakungan ) merasuk ke raga Mbah Witri maka ‘trans’ lah Mbah Witri sambil menari dengan gerakan-gerakan tangan seolah-olah menolak / mengusir yang dilakukan nya secara monoton sambil diiringi musik dan gending-gending : Seblang lakento, podo nonton, kembang menur, kembang pepe, kembang gadung, kembang abang, layar-layar Kumendung, Sukmo ilang, mendem gadung, manjer kiling, jaran dawuk, ugo-ugo dan terakhir erang- erang dengan mengacung- ngacungkan dua bilah keris sebagai perlambang perang dan mengusir segala macam penyakit yang menyerang manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Upacara adat Seblang bertujuan untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan alam melalui selamatan bersih desa, agar Masyarakat Bakungan mendapatkan berkah keselamatan dan kesehatan melalui alam disampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, itulah doa-doa yang disampaikan pemuka adat di Sumber mata air penawar yang juga dipercaya warga dapat memberikan , keberkahan, keberuntungan dan awet muda.(KRTH.ILHM/BTD)