Konten dari Pengguna

Sekali Lagi, Terimakasih Pak Jokowi

7 Juni 2018 9:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bara Mahendra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekali Lagi, Terimakasih Pak Jokowi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Selamat Pagi! Akhir-akhir ini banyak sekali berita heboh di negeri kita ini, dari masalah pohon plastik, tempat sampah impor, terorisme sampai kasus seorang mantan artis yang tersedak. Entah tersedak apa, mungkin akibat terlalu semangat berbuka pakai pisang. Keriuhan ini membuat kita lupa akan satu hal penting yang sejak lama selalu terjadi namun tidak terjadi lagi di era Jokowi. Tentu ini semua adalah berkat kerja keras dan cerdas dari Pak Jokowi beserta jajarannya. Apa itu?
ADVERTISEMENT
Mungkin banyak pembaca yang tidak menyadari kalau Ramadhan saat ini harga-harga pangan relatif stabil. Tidak hanya terjadi pada Ramadhan tahun ini saja, tapi tahun sebelumnya pun pemerintah berhasil mengkontrol harga pangan dipasaran saat bulan puasa tiba. Tentu ini adalah salah satu hasil kerja keras pemerintah yang bisa dirasakan oleh banyak masyarakat di Indonesia. Kalau jalan tol di Papua kan hanya penduduk sana yang merasakan, begitu juga harga BBM yang sama, listrik yang masuk ke pelosok-pelosok daerah, dan sebagainya.
Seorang teman saya yang pengusaha kuliner skala UKM bercerita kepada saya bagaimana ia begitu senang dengan harga-harga yang stabil. Bagi dirinya yang pengusaha harga stabil sungguh membantunya dalam perencanaan selama bulan puasa. Ia juga menceritakan bagaimana kondisi saat ini jauh lebih baik dibandingkan dulu, menurutnya jaman dulu harga bisa bergantian naik. "Dulu itu, hari ini cabai naik lalu beberapa hari kemudian turun. Nanti giliran bawang yang naik melejit, lalu setelah 2-3 hari turun lagi. Setelah itu giliran daging sapi yang naik, begitu terus." Pola seperti itu menurutnya merupakan indikasi bahwa ada yang memainkan supply ke pasar-pasar.
ADVERTISEMENT
Harga bahan pangan memang relatif stabil, meski sempat ada kenaikan diawal bulan puasa tapi itu terjadi akibat para pedagang yang sengaja mencoba meraup keuntungan lebih diawal puasa, sementara harga ditingkat supplier tetap stabil. Teman saya ini membeli beberapa bahan-bahan utamanya dari supplier langsung, sementara untuk bumbu-bumbu ia beli dari pasar.
Lalu saya jadi berpikir, kenapa baru sekarang ini harga-harga bisa dijaga agar stabil? Kenapa jaman dulu tidak bisa? Kenapa Jokowi bisa dan kenapa yang dulu-dulu tidak bisa? Apa bedanya?
Mungkin para pembaca Seword yang cerdas-cerdas sudah paham betul bahwa baru kali ini pemerintah tegas dan berani melawan para mafia. Yup, mereka-mereka para penimbun bahan pangan adalah contoh kecil dari mafia-mafia yang ada di Indonesia. Ini baru kasus kecil yang terasa langsung oleh kita semua bagaimana pemerintah saat ini berani berhadap-hadapan dengan kelompok-kelompok egois yang hanya mementingkan kekayaan dirinya saja. Diluar kasus kecil ini ada banyak kasus mafia yang skala besar yang juga diberantas oleh pemerintahan Jokowi seperti mafia migas.
ADVERTISEMENT
Tapi gak perlu dulu melihat yang diatas-atas sana, yang terasa langsung saja dulu oleh kita, rakyat biasa yang sehari-hari bekerja keras demi keluarga. Tentunya ketika supply bahan pangan dipermainkan, kita lah yang merugi. Harga tiba-tiba melejit dan kita tidak mampu berbuat apa-apa lalu terpaksa mengeluarkan sejumlah uang lebih hasil kerja keras kita sehari-hari. Sementara itu para penimbun dengan liciknya mengeruk keuntungan, menguras uang kita yang diperoleh secara halal. Dan lebih menyakitkan lagi ketika tindakan semacam itu dibiarkan oleh pemerintah hanya karena Presidennya takut punya musuh. Tentunya kondisi seperti ini tidak adil dong, kita kerja keras eh ada bedebah yang dengan seenaknya merampas uang kita.
Tapi kini berbeda dan tentu para penimbun merasa gerah hidup di era Jokowi. Bagi mereka kenangan dengan mantan begitu indah hingga sulit dilupakan, sulit move on. Pasti kesal, pasti dendam, lah pemasukannya berkurang drastis sementara tetangganya yang PNS tahun ini dapat THR lebih. Jadi wajar jika kemudian mereka melakukan segala cara, menghasut, memfitnah, hingga memaki pemerintah agar kehidupannya yang dulu bisa kembali lagi.
ADVERTISEMENT
Ini kasus masih mafia kecil lah, yang permainannya masih di pasar-pasar tradisional. Bayangkan mafia yang lebih besar lagi dengan uang yang digitnya mungkin mentok di layar ATM. Apa yang bisa mereka lakukan dengan uang sebanyak itu? Sudah pasti mereka melawan dan kita semua bisa melihat efeknya, yaitu begitu masifnya serangan-serangan kepada Pak Jokowi. Bayangkan dari mulai para penimbun, mafia, koruptor hingga pengkhianat bangsa semua bersatu padu melawan Jokowi. Bagi saya semua ini artinya Pak Jokowi sudah seperti tameng bagi rakyat Indonesia. Ia hadapi semua sampai difitnah macam-macam. Ia dituduh anti Islam padahal ia muslim sejati, dia dituduh PKI padahal PKI telah lama bubar. Ibunya hingga anaknya pun tak luput dari fitnah dan caci maki.
ADVERTISEMENT
Kalau saya yah, kalau ingat pengorbanan beliau, rasanya hati ini tidak tega untuk sampai menghina beliau. Tapi tentu lain bagi mereka yang tidak punya hati.
Jadi sekali lagi, terimakasih Pak Jokowi.