Serba-Serbi Tunisia, Negeri Mungil Penuh Kisah dan Pelajaran

Diplomat Muda. Masih belajar menulis bersama Kumparan dan Sesdilu 74.
Konten dari Pengguna
26 Mei 2023 14:24
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Baskoro Pramadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pusat kota Tunis, Ibu Kota Tunisia (Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pusat kota Tunis, Ibu Kota Tunisia (Dokumentasi Pribadi).
Kesempatan tinggal di negara baru selalu menawarkan berbagai cerita yang unik dan menarik. Oleh karena itu, penawaran bertugas di Tunisia menjadi sesuatu yang tidak dapat saya lewatkan. Meskipun masih kurang banyak didengar oleh kebanyakan masyarakat kita, Tunisia ternyata menyimpan banyak fakta yang unik dan menarik, antara lain:
1. Negeri Lintas Peradaban
Siapa yang menyangka negeri mungil seperti Tunisia menyimpan banyak kisah sejarah? Dengan posisi strategis di semenanjung utara Benua Afrika, Tunisia pernah menjadi pusat dari berbagai peradaban besar dunia, seperti Carthage, Romawi, Dinasti Aglabid dan Fatimmiyah, serta Ottoman. Sebelum merdeka, Tunisia juga sempat menjadi bagian dari Keprotektoratan Prancis.
Dengan kekayaan kisah sejarahnya, Tunisia diberkahi dengan berbagai peninggalan arsitektur khas masa lalu. Uniknya, peninggalan dari setiap era masih tersimpan dengan rapi di Tunisia meskipun kebudayaan yang dibawa oleh setiap peradaban berbeda-beda. Misalnya, Amphitheater El Djem (peninggalan Kerajaan Romawi) dan Masjid Agung Kairouan (peninggalan Dinasti Aglabid) masih sama-sama berdiri dengan kokoh walau keduanya dibangun di peradaban yang berbeda.
Foto: Tampak dalam Amphitheater El Djem yang masih kokoh (Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Tampak dalam Amphitheater El Djem yang masih kokoh (Dokumentasi Pribadi).
2. Kampung Halaman Para Tokoh Agama
Saya yakin Anda pasti pernah mendengar nama Ibnu Khaldun, salah satu pemikir besar Islam di bidang sosiologi. Namun, mungkin hanya sedikit yang mengetahui bahwa beliau lahir dan tumbuh di Tunisia. Faktanya, Ibnu Khaldun merupakan salah satu tokoh agama yang sangat dibanggakan oleh warga Tunisia. Saking bangganya, Pemerintah Tunisia membangun Monumen Ibnu Khaldun yang hingga saat ini masih berdiri kokoh di jantung kota Tunis.
Selain Ibnu Khaldun, beberapa tokoh besar Umat Katolik rupanya juga berasal dari Tunisia. Tercatat ada tiga orang Paus yang datang dari tanah Tunisia, lho! Salah satunya adalah Paus Gelasius I, yang terkenal sebagai Paus yang mendeklarasikan tanggal 14 Februari sebagai Hari Valentine. Wah, siapa sangka pencetus Hari Valentine lahir dan besar di negeri yang saat ini mayoritas penduduknya adalah Muslim?
Foto: Monumen Ibn Khaldun yang berdiri di pusat kota Tunis (Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Monumen Ibn Khaldun yang berdiri di pusat kota Tunis (Dokumentasi Pribadi).
3. Pemilik Sinagoge Terpenting Umat Yahudi
Meskipun tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, Tunisia ternyata menjadi tempat berdirinya sejumlah sinagoge atau tempat ibadah umat yahudi. Salah satunya adalah Sinagoge Ghriba di Pulau Djerba yang merupakan salah satu tempat ibadah paling sakral bagi umat yahudi. Setiap tahun, umat yahudi dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong menunaikan ‘ibadah haji’ di sinagoge tersebut. Di sekitar Sinagoge Ghriba, terdapat pula perkampungan yang ditinggali oleh komunitas warga yahudi di Tunisia.
Foto: Sinagoge Ghriba di Pulau Djerba, Tunisia (Babnet Tunisie).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Sinagoge Ghriba di Pulau Djerba, Tunisia (Babnet Tunisie).
4. Penutur Banyak Bahasa (Poliglot)
Status Tunisia sebagai lokasi simpang peradaban ternyata juga berpengaruh terhadap cara warga negaranya berkomunikasi. Hal yang paling menonjol adalah kemampuan mereka untuk dapat berbicara dalam lebih dari satu bahasa alias poliglot. Uniknya, bahasa yang umum mereka gunakan bukanlah Bahasa Inggris, melainkan Bahasa Arab dan Prancis. Bahkan sudah tidak mengherankan untuk mendengar penduduk Tunisia menggunakan kata atau istilah Arab dan Prancis dalam satu kalimat! Faktanya, kedua bahasa tersebut memang menjadi mata pelajaran wajib sekolah dasar di Tunisia. Wah, challenging sekali ya!
Foto: Koran Harian di Tunisia berbahasa Arab dan Prancis (Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Koran Harian di Tunisia berbahasa Arab dan Prancis (Dokumentasi Pribadi).
5. Negara Arab Tanpa Makanan Khas Arab
Sebelum berangkat penugasan ke Tunisia, saya sudah membayangkan akan sering menyantap sajian khas negara-negara Arab, seperti nasi mandhi atau nasi kebuli. Sayangnya, realita di lapangan ternyata berbeda jauh dari apa yang dibayangkan. Di Tunisia, saya hampir tidak bisa menemukan penjual santapan khas Arab tersebut. Warga Tunisia ternyata lebih suka menyantap hidangan khas Mediterania seperti roti dan pasta. Mereka bahkan hampir tidak pernah mengkonsumsi nasi, kecuali sebagai hidangan pelengkap.
Walaupun begitu, kekecewaan saya terobati setelah mencoba beberapa menu khas Tunisia, seperti Couscous dan Ojja. Sajian Tunisia rupanya tidak kalah lezat dari santapan ala negara-negara Arab, walaupun cita rasa kuliner nusantara tetap yang nomor satu buat saya.
Foto: Ojja, salah satu santapan khas Tunisia (Voyage Tunisie).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Ojja, salah satu santapan khas Tunisia (Voyage Tunisie).
6. Lembaga Pendidikan Islam Tertua
Mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa Tunisia memiliki institusi pendidikan Islam yang tertua di dunia, yaitu Universitas Az-Zaitunah. Kampus Az-Zaitunah didirikan pada tahun 737 M, atau sekitar dua abad lebih dulu dari Universitas Al-Azhar di Mesir yang baru berdiri pada tahun 970 M. Nama Universitas Az-Zaitunah terinspirasi dari hasil bumi utama di Tunisia, yaitu buah zaitun. Tunisia memang tercatat sebagai salah satu produsen sekaligus eksportir minyak zaitun di dunia.
Saat ini, sejumlah pelajar Indonesia juga terdaftar sebagai mahasiswa di kampus ini, lho! Setidaknya ada sekitar 200 mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menuntut ilmu di Universitas Az-Zaitunah. Rata-rata mereka menuntaskan pendidikan sampai dengan jenjang S-2 di Tunisia, walaupun ada juga yang langsung kembali ke tanah air setelah lulus jenjang S-1.
Foto: Universitas Az-Zaitunah di Tunis (Instagram PPI Tunisia).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Universitas Az-Zaitunah di Tunis (Instagram PPI Tunisia).
7. Kedekatan historis dengan Indonesia
“Where are you from?”
“Tunisia.”
“Oh yes, I know Indonesia.”
“No, not Indonesia. I am from Tunisia.”
Begitulah testimoni (atau mungkin keluhan) dari sejumlah kawan di Tunisia mengenai warga asing yang seringkali salah mendengar Tunsiia sebagai Indonesia. Kalau dipikir-pikir wajar sih, karena cara pengucapan nama kedua negara kita memang hampir serupa.
Tapi tahukah Anda bahwa kedekatan Indonesia dan Tunisia bukan hanya dari sekedar nama? Kedua negara secara resmi membuka hubungan diplomatik pada tahun 1960. Namun, hubungan kedua bangsa telah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Faktanya, Indonesia turut berperan dalam mendukung proses kemerdekaan Tunisia dan Prancis.
Peran Indonesia dapat dilihat antara lain melalui penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 di Bandung di mana perwakilan Tunisia, yang waktu itu belum merdeka, turut berpartisipasi. Selain itu, founding father Tunisia, Habib Bourguiba, juga sempat berkunjung ke Indonesia saat tengah memperjuangkan kemerdekaan Tunisia. Oleh karena itu, tidak heran jika Habib Bourguiba menyambut kunjungan pertama Presiden Soekarno ke Tunisia pada tahun 1960 dengan sangat baik. Selain Presiden Soekarno, Presiden Soeharto dan Presiden Megawati Soekarno putri juga sempat melakukan kunjungan kenegaraan ke Tunisia guna mempererat hubungan baik antara kedua negara.
Foto: Kunjungan Presiden Soekarno ke Tunisia (Dokumentasi Kemlu RI).
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Kunjungan Presiden Soekarno ke Tunisia (Dokumentasi Kemlu RI).
Nah, ternyata banyak ya fakta-fakta unik dan menarik dari Tunisia! Sebenarnya masih banyak lagi fakta lain yang tidak kalah menarik mengenai negara ini. Kalau ingin tahu hal-hal unik lainnya, tunggu tulisan saya selanjutnya di rubrik ini ya!