Konten Media Partner

BMKG: Siap-siap Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Kering

12 Maret 2019 15:20 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi
Batam - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan kemarau di atas normal bakal terjadi di beberapa wilayah di Indonesia tahun ini. Secara umum, puncak kemarau tahun ini diprediksi pada bulan Agustus - September 2019.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menuturkan musim kemarau lebih kering dari normalnya diprediksi terjadi di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian Selatan dan Utara, sebagian Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Merauke.
"Kami ingatkan pemda dan seluruh masyarakat untuk waspada dan bersiap terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih," ujar Herizal dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2019).
Dalam analisisnya, El-Nino Lemah dan Indian Ocean Dipole (IOD) tidak akan banyak memengaruhi peralihan musim kali ini, maka kondisi musim kemarau 2019 nanti diperkirakan akan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan monsun Australia dan gangguan cuaca berupa gelombang atmosfer tropis skala sub-musiman yaitu MJO (madden julian oscillation).
ADVERTISEMENT
"Tidak terdapat indikasi kejadian anomali iklim Samudera Hindia, IOD yaitu osilasi suhu permukaan laut yang tidak beraturan di mana Samudra Hindia bagian barat menjadi lebih hangat secara bergantian dan kemudian lebih dingin daripada bagian timur lautan," terangnya
Aktifnya El-Nino Lemah diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap Sirkulasi Monsun. Kajian historis pengaruh El-Nino Lemah terhadap curah hujan menunjukkan dampak yang tidak nyata terhadap sebaran curah hujan di Indonesia.
"Apalagi pada saat periode Maret-April-Mei, yang mana pada umumnya dampak El-Nino tidak seragam di Indonesia, sehingga dimungkinkan pula tidak memengaruhi peralihan musim hujan menuju musim kemarau," tuturnya.
Sementara itu, terkait awal musim kemarau 2019 Herizal juga menyampaikan bahwa datangnya musim kemarau berkaitan erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia).
ADVERTISEMENT
Peralihan peredaran angin monsun itu akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada Maret 2019, lalu wilayah Bali dan Jawa pada April 2019, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2019 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2019.
(ude)
*baca berita lainnya di Batamnews.co.id
Berita ini pertama kali terbit di Batamnews.co.id