Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Kades Beberkan Kendala Pembangunan Musala Suku Laut Pulau Akat di Lingga
10 Januari 2019 11:53 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Kamis 10 Januari 2019, 11:32 WIB

Lingga - Musala untuk warga suku laut Pulau Akat, Desa Laboh, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga belum selesai dibangun. Saat ini bangunan yang berada di tepi laut itu baru berdiri tanpa dinding dan atap.
ADVERTISEMENT
Kepala Desa Laboh, Fadillah mengatakan, pembangunan musala tersebut dianggarkan melalui Anggaran Dana Desa (ADD) tahap II dan III tahun 2018. Ia mengaku, keterlambatan penyelesaian musala itu bukan karena masalah dana.
"Kemarin itu kami mau bangun di wilayah darat, tapi kiblatnya menghadap rumah warga, kan tak mungkin. Jadi kami bangun di laut. Karena kondisi air yang dalam, ini lah jadi kendala kami," kata dia kepada Batamnews.co.id , Kamis (10/1/2019).
Pria yang akrab disapa Loi itu mengaku, untuk pengecoran tongkat saja para tukang butuh waktu lama. Ketika air laut pasang di siang hari, pengerjaan pun dilakukan pada waktu malam.
"Mengecor tiang itu saja dalam satu bulan hanya bisa satu baris, dua baris. Apalagi ketika air dalam, tidak bisa dikerjakan. Bahkan kami sampai malam hari mengerjakannya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lanjut dia, untuk bahan-bahan pembangunan musala tersebut sudah tersedia sejak tahun lalu. Bahkan, upah tukang juga sudah dibayarkan. Hanya saja faktor alam menjadi penghambat proses pengerjaan tersebut.
"Pengerjaan terus kami lakukan. Akhir Desember 2018 kemarin baru bisa didirikan. Tongkat saja baru selesai di cor itu pertengahan Desember. Itu tadi, kondisi alam yang tidak memungkinkan," ucapnya.
Sementara itu, terkait bangunan tersebut yang tidak memiliki dinding nantinya, Loi mengakui hal tersebut. Ia menjelaskan, itu terjadi karena keterbatasan anggaran di tahun 2018.
"Kalau lantai, atap dan yang lainnya akan kami selesaikan karena memang sudah ada. Hanya untuk dinding baru akan kami anggarkan tahun ini. Kami akan selesaikan semuanya," katanya.
Ia berharap, bangunan tersebut dapat segera selesai sehingga dapat dimanfaatkan warga setempat beribadah. Terlebih lagi di perkampungan suku laut Pulau Akat itu belum ada tempat ibadah tersebut.
ADVERTISEMENT
(ruz)
*baca berita lainnya di Batamnews.co.id
Berita ini pertama kali terbit di Batamnews.co.id