Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Peran Kelompok Sosial di Desa Linggoasri Melawan Ekstremisme Agama
29 September 2023 19:06 WIB
Tulisan dari bawontri muayanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ditengah-tengah berita mengenai ekstremisme agama sering kali muncul, ada sebuah desa inspiratif yang patut dicontoh. Terletak di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, desa ini berhasil menerapkan nilai-nilai moderat dan membangun hubungan hormanis antara warga dengan beragam keyakinan agama. Kelompok sosial di desa ini menerapkan moderasi beragama dengan mengakomodasi lima agama yaitu Hindhu, Islam, Budha, Katolik, dan Kristen. Melalui strategi komunikasi yang efektif, desa ini mampu menjaga kerukunan antara umat beragama, melestarikan adat kebudayaannya, mempromosikan toleransi, dialog antar agama juga pemahaman yang lebih baik ditengah-tengah masyarakat mereka.
ADVERTISEMENT
Ekstremisme agama adalah ancaman global yang dapat merusak kerukunan sosial dan keamanan lingkungan tersebut. Kelompok radikal sering kali berusaha memanipulasi keyakinan agama untuk mencapai tujuan ideologis mereka. Dalam konteks ini, desa-desa memiliki peran kunci dalam menghadapi tantangan ini. Pendidikan yang diberikan kepada generasi muda dianggap sebagai kunci untuk masa depan yang lebih baik. Dengan memberikan pemahaman yang tepat mengenai agama dan nilai-niai kemanusiaan, dapat membantu mencegah generasi mendatang terjerumus ke dalam sikap ekstremisme.
Yang menarik di Desa Linggoasri adalah bagaimana masyarakat merangkul semua latar belakang agama dan budaya. Dalam menggambarkan persatuan keberagaman merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa, mereka membuktikan bahwa agama-agama yang berbeda dapat hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati. Kelompok sosial Desa Linggoasri, melalui kegiatan keagamaan mereka saling mendukung untuk memperkuat kerukunan dan persatuan di tengah masyarakat mereka. Salah satu peran penting kelompok sosial ini adalah mengorganisir acara dan kegiatan yang mendukung kerukunan antar agama. Mereka saling mengadakan pertemuan lintas agama dan diskusi keagamaan bersama. Acara yang memberikan kesempatan bagi warga desa untuk lebih memahami keyakinan dan tradisi agama satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Kelompok sosial di Desa Linggoasri, seperti IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) dan PRADA (Pemuda-pemudi Hindhu). Dua kelompok sosial yang berkomitmen untuk memajukan toleransi dan pemahaman antar agama dikalangan generasi muda. Mereka telah berhasil menciptakan lingkungan di Desa Linggoasri dimana beragamnya keyakinan agama diterima dengan penuh toleransi, dan pemahaman yang lebih baik tentang satu sama lain. Semangat kolaborasi ini juga telah menjadi sumber inspirasi bagi komunitas dalam upaya memerangi ekstremisme agama dan mempromosikan perdamaian serta pemahaman antar agama yang lebih mendalam. Salah satu alasan mengapa kelompok sosial di Desa Linggoasri menjadi pilar penting dalam melawan ekstremisme agama adalah karena mereka memiliki kedekatan yang kuat dengan komunitasnya.
Pendekatan moderasi beragama yang diadopsi oleh kelompok sosial di Desa Linggoasri tidak hanya mencakup aspek-aspek keyakinan agama, tetapi juga melibatkan tindakan nyata untuk memperkuat hubungan antar umat beragama. Mereka telah membangun jaringan yang kuat dari berbagai komunitas keagamaan dan budaya di desa mereka. Desa Linggoasri ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi desa lainnya, dalam membangun kerukunan antara umat beragama. Inisiatif kelompok sosial di Desa Linggoasri telah menginspirasi banyak desa lain, menunjukkan bahwa kolaborasi dan pemahaman antar agama dapat menjadi kunci untuk mengatasi ekstremisme agama di seluruh Indonesia. Ditengah dunia yang sering muncul konflik agama, kita perlu menghargai dan mendukung upaya-upaya seperti ini. Desa Linggoasri telah membuktikan bahwa perdamaian dan harmoni antar agama adalah mungkin, bahkan ditengah keragaman keyakinan agama.
ADVERTISEMENT
Oleh : Bawon Tri Muayanah (Mahasiswa UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan)