Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Raja Namrud Berjuang Melawan VOC
18 Desember 2024 18:28 WIB
·
waktu baca 12 menitTulisan dari Tandiono Bawor Purbaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pahlawan yang terlupakan dari Maisir Onje dan Slinga Purbalingga
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Seseorang disebut pahlawan atau pun kemudian disebut musuh, adalah tergantung kepada kepentingan yang berkuasa. Ketika Hindia Belanda berkuasa, mereka yang melawan akan dianggap sebagai musuh negara. Nama nama seperti Diponegoro, Hasanuddin, Teuku Umar, Imam Bonjol adalah musuh. Namun demikian bagi mereka yang menghendaki kebebasan , maka nama nama tersebut menjadi simbol perlawanan.
Penggunaan simbol simbol tersebut pun sangat dihindari oleh penguasa. Gambar Diponegoro misalnya, bisa menyebabkan seseorang atau sekelompok orang kemudian dipecat dari pendidikannya (Adan Hadisoebroto , tanpa tahun) . Organisasi organisasi politik kebangsaan pun menggunakan tokoh tokoh tersebut dalam kegiatannya
ADVERTISEMENT
Penggunaan untuk dijadikan simbol perlawanan bagi sebuah kesatuan yang kemudian disebut negara. Bayangan yang pada waktu tokoh tokoh ini melakukan perlawanan, mungkin belum dipikirkan. Bahwa suatu saat nanti di tempat tempat mereka berdiri mempertahankan hak, akan terangkai menjadi sebuah negara yang berdaulat. Karena bagaimanapun masing masing dari mereka yang disimbolkan pada waktu itu adalah pemimpin atau penguasa penguasa yang sedang mempertahankan diri atau merebut haknya kembali.
Kondisi pun berbalik, ketika mereka yang dikuasai kemudian berhasil membebaskan diri. Setelah 1945 mereka mereka yang kemudian melawan diubah menjadi pahlawan. Tidak semua otomatis diakui sebagai pahlawan resmi yang diakui oleh sebuah kesatuan baru bernama Negara republik Indonesia. Tentunya dengan segala persyaratan administratif seperti yang diatur oleh Undang Undang. Sebagian lainnya menjadi mitos dan keberadaannya selaku pahlawan berada dalam cerita cerita rakyat. Kita mengenal Si Pitung dari Betawi, Sawunggaling dari Surabaya, ataupun Wong Agung Wilis dari Banyuwangi. Kisah kisah ini kemudian di balut dengan berbagai selimut mistisme, kesaktian dan banyak hal lain di luar nalar manusia. Sebagian lain hilang musnah tidak tercatat dalam sejarah karena memang dihancurkan total, di buang ke tempat lain, sehingga hilang dari memori kolektif masyarakat pendukungnya, atau kemudian masyarakat disekitarnya kehilangan hubungan dengan para “pahlawan” ini. Mereka kadang kadang muncul ketika kemudian ada orang yang entah karena studi ataupun kesenangan menyelami dokumen dokumen lama, dongeng dongeng lama, menemukan penanda dan mencari kebenarannya,
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah “Raja Namrud” dari salah satu wilayah yang saat ini kita kenal sebagai Kabupaten Purbalingga – Jawa Tengah. Raja Namrud yang selama ini kita kenal adalah musuh dari Nabi Ibrahim A.S. Raja Babilonia yang kaya raya, congkak dan sombong. Namun demikian di Purbalingga Jawa Tengah. Bagi mereka yang pernah membaca Buku Graaf “terbunuhnya Kaptan Tack” tentunya mengetahui nya, meskipun mungkin tidak memperhatikannya.
Kisahnya terkait dengan sengketa antara Amangkurat II dan Pangeran Puger , ketika Pangeran Puger harus bertahan di Bagelen, dan kemudian mencari dukungan dari Namrud dari Salinga. Raja Namrud ini konsisten sampai mati untuk melawan VOC
Namun demikian tulisan popular sependek yang temukan adalah tulisan Toto Endargo tentang keberadaan Kadipaten Mesir, sebagai penerus Kadipaten Onje dengan pemimpinnya Raden Nur Alim, yang kemudian mendapatkan julukan Namrud. Julukan ini muncul karena Raden Nur Alim menolak panggilan Amangkurat II
ADVERTISEMENT
Tulisan selanjutnya dari Igo Saputra yang menelusuri sebuah peta ku no dari arsip Belanda yang kemudian tertaut dengan data data awal yang disampaikan oleh Toto Endargo. Peta ini adalah peta benteng Maisir tampak dari atas, ketika terjadi penyerangan oleh VOC dan Mataram kepada kadipaten Maisir. Igo Saputra kemudian melakukan penelusuran langsung ke lapangan untuk melihat kondisinya.
Kisah (Raja) Namrud Dari Maisir – Salinga
Dalam judul dituliskan Maisir dan Salinga, penulisan dua wilayah yang berjarak 11 Km ini mengacu dari penulisan dalam dua sumber pemberitaan. Sumber sumber Jawa menyebutkan Salinga sebagai kediaman Raja Namrud, saat ini toponimi Salinga berada di Desa Slinga , Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Sementara sumber sumber Belanda menyebut Maisir. Saat ini Dukuh Maisir , Desa Onje Kecamatan Mrebet.
ADVERTISEMENT
Tokoh Namrud muncul dalam Babad Tanah Jawa dalam episode pertentangan antara Sultan Amangkurat II dan adiknya Pangeran Puger (W.L. Olthof, diterjemahkan oleh HR Sumarsono;2012).
Syahdan waktu itu Pangeran Puger bergelar Prabu Ing Ngalaga, menolak panggilan Amangkurat II dikarenakan mengira bahwa Amangkurat II bukan pewaris tahta Mataram, namun orang Belanda yang menyamar. Hal ini dikarenakan karena Amangkurat II senng menggunakan baju admiral Belanda atau dalam lidah Jawa disebut Amral. Akhirnya peperangan antara kakak beradik ini berlanjut. Dan disuatu saat dalam sebuah peperangan, atas nasehat para pengikutnya maka Amangkurat II melepaskan baju admiralnya. Pada waktu tersebut pasukan Amangkurat II sedang terdesak oleh pasukan Pangeran Puger. Melihat panglima perang ternyata betul kakaknya maka Pangeran Puger segera mengundurkan diri dan berlindung ke Salinga.
ADVERTISEMENT
Di Salinga, Pangeran Puger didukung oleh Raja Namrud, namun demikian meskipun sudah mendapatkan hadiah, Raja Namrud selalu ogah ogahan menyerang Kartasura, sehingga Pangeran Puger berangkat sendiri menyerang Kartasura. Singkat cerita akhirnya terjadi perdamaian antara Pangeran Puger dan Amangkurat II. Kemudian Amangkurat II memerintahkan Mangkuyuda untuk membasmi pemberontakan Raja Namrud. Akhirnya Raja Namrud di tangkap dan di bunuh di Kartasura. Kisah yang hampir sama tertulis dalam Babad Trunajaya – Surapati (Sudibyo ZH dan R soeparmo; 1981) , namun ada beberapa perbedaan yaitu hadiah yang diberikan oleh Pangeran Puger kepada Raja Namrud berupa putri dari kerabat Mataram . Perbedaan lain adalah Raja Namrud terbunuh dalam pertempuran, dan semua laki laki pengikutnya meskipun anak anak harus di bunuh , serta apabila Perempuan akan di tawan dan bawa ke Kartasura.
ADVERTISEMENT
Dari pemberitaan berbahasa Belanda, salah satunya dalam Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië tanggal 21 maret 1936 dituliskan bahwa tanggal 18 November 1681 Pasukan Pangeran Puger berhasil dikalahkan. Pangeran Puger kemudian dikirim Ke Mataram untuk melakukan rekonsiliasi dengan Amangkurat II, sementara Coeper pemimpin pasukan VOC terus melakukan pembersihan terhadap pengikut Pangeran Puger yang bernama Namrud yang bergelar sultan Missier/Mesir. Pada tanggal 15 Desember 1681 di depan benteng pertahanan Namroed yang disebut Missier, di tepi kiri sungai Klawing, di perbatasan antara Poerbolinggo dan Soekaredja, terletak di tengah rawa. Tertulis dalam bahasa Belanda Hier werd een strijd gevoerd zóó bloedig als er nog geen in dezen oorlog gevoerd was atau terjemahannya di sini terjadi pertempuran berdarah yang belum pernah terjadi dalam perang ini. Pertempuran terjadi sepanjang hari , Namrud dan seluruh pimpinan dari Kajoran yang tersisa tewas dalam pertempuran mematikan tersebut. Cooper menawan sekitar 1500 orang dan membawanya ke Kartasura. Sementara dalam Land en volk van Java terbitan 1938 disebutkan bahwa pada tanggal 18 Desember. 1681 dalam pertempuran Mësir, Namrud dan 2.000 pengikutnya terbunuh. Namun nama Namroed masih muncul dalam laporan de jonge. Bahwa kejatuhan Namroed sebagai pemberontak terakhir pada 7 Januari 1682 (Priangan de Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811)
ADVERTISEMENT
Siapakah Raja Namrud?
Setidaknya ada tiga versi yang menyebutkan asal muasal Raja Namrud. Pertama Namrud atau Namrut ini adalah bangsawan dari Kadipaten Onje. Sugeng Prijadi dalam hal ini merujuk kepada folklore yang pencatatannya dilakukan oleh Kartoesoedirdjo
Kedua adalah dari Bali; beberapa pemberitaan Belanda yang ditemukan dan dituliskan pada akhir abad 19 dan awal abad 20 menuliskan Namroed adalah budak dari Bali yang melarikan diri dari Batavia , ketiga berasal dari Makassar, dituliskan oleh H.J. De Graf bahwa Namrud adalah petualang dari Makassar dan budak buronan dari Batavia . Dalam buku tahunan konggres pertama Indische Partij tahun 2012 disebutkan bahwa Namrud adalah bagian dari perlawanan heroik Trunajaya . Dalam babad Trunajaya Surapati, Raja Namrud dihadiahi putri putri cantik dari Kerajaan Mataram, sementara dalam Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië tanggal 21 maret 1936, Raja Namrud beristrikan adik dari Pangeran Puger.
ADVERTISEMENT
Landasan Perjuangan Raja Namrud
Meskipun perlu diteliti secara lebih mendalam dan kritik serta pemeriksaan terhadap sumber. Perlu dicermati kelompok kelompok yang menjadi aliansi dari Raja Namrud. H.J. Graaf dalam the Kajoran Question, menyatakan bahwa setelah Trunajaya dikalahkan VOC dan Amangkurat II di Kediri, maka Raden Kajoran membangun pusat perlawanan baru di Gunung Kidul. Raden Kajoran bekerjasama dengan Raja Namrud (Nimrod), pemimpin kelompok fanatik muslim yang memiliki etnis campuran. Raja Namrud mendirikan perbentengan yang disebut Mesir di daerah Slinga dekat Purbalingga wilayah Banyumas. Tetapi sayangnya usaha Raja Namrud untuk menyerang Mataram di gagalkan oleh VOC. Pangeran Kajoran dan keluarga Kajoran dikenal sebagai bangsawan – ulama dari Kerajaan Mataram
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam bagian sebelumnya dari tulisan ini disebutkan bahwa pimpinan dari Kajoran yang tersisa gugur bersama Raja Namrud.
Informasi lain yang perlu diperhatikan adalah catatan Erwin Solahuddin dalam (Kisah Pangeran Sanghyang Bin Pangeran Senapati Ingalaga Banten ,2023) merujuk ke Uka Tjandrasasmita , menuliskan bahwa Syekh Yusuf dan Pangeran Kidul ketika melakukan gerilya paska ditahannya Sultan Ageng Tirtayasa menelusuri Sungai Citanduy. Gerakan pasukan ini diketahui oleh VOC dan terjadi pertempuran besar, dalam pertempuran ini pasukan Banten mendapatkan dukungan dari pasukan Jawa yang berasal dari Banyumas yang dipimpin Namrud . Kisah lebih detail dituliskan juga oleh Abu Hamid (Syekh Yusuf seorang Ulama Sufi dan Pejuang,2005) bahwa pertempuran tersebut terjadi pada September 1683 .
ADVERTISEMENT
Meski kemudian informasi gerilya bersama antara Syekh Yusuf dan Namrud ini membutuhkan pengkritisan dan pendalaman lebih lanjut. Dari data disebutkan bahwa Raja Namrud dikalahkan pada Desember 1681, sementara pertempuran Syekh Yusuf yang didukung Namrud terjadi pada September 1683. Namun berbeda dari pemberitaan Jawa yang menyebutkan Namrud dibunuh di Kartasura; dari pemberitaan Belanda disebutkan Namrud gugur di Maisir, sementara pada waktu itu yang terbunuh dalam perang lebih dari 2000 orang, apakah ada kemungkinan Namrud lolos dari pembantaian VOC dan Mataram ?
Dari dua informasi tersebut menunjukkan bahwa Raja Namrud melakukan aliansi dengan siapapun yang melawan VOC , lebih spesifik lagi aliansi yang dilakukan Raja Namrud terlepas dari kepentingannya , mempunyai corak ke Islaman yang menonjol, yaitu keluarga Pangeran Kajoran dan gerilya Syekh Yusuf dan pengikut Sutan Ageng Tirtayasa Banten.
Raja Namrud dalam konstelasi politik Jawa dan Nusantara abad 17
ADVERTISEMENT
Perjuangan Raja Namrud melawan VOC dan Mataram, harus diletakkan dalam konstelasi politik Jawa dan Nusantara di akhir abad 17. Di akhir abad 17, VOC sedang berusaha menancapkan kepentingannya di bidang ekonomi dan perdagangan. Sementara Kerajaan Kerajaan di Nusantara dalam kondisi tidak stabil maupun dikalahkan. Ketidakstabilan secara politik inilah yang menyebabkan kemudian kekuasaannya digrogoti oleh VOC. Kerajaan Gowa Talo dikalahkan, yang menyebabkan para pejuang nya tersebar di banyak wilayah khususnya Jawa. Kesultanan Banten diadu domba dan akhirnya dikalahkan. Kerajaan Cirebon juga takluk (Firliyani Tiya Defiani, 2016 ) ; begitu juga Kerajaan Mataram setelah dikoyak koyak dengan berbagai situasi akhirya banyak menyerahkan wilayahnya kepada VOC.
Dalam hal ini VOC menciptakan hegemoni dan dominasi terhadap Kerajaan Kerajaan di Jawa. Sejarah membuktikan bahwa siapapun yang tidak didukung VOC pasti akan kalah atau dikalahkan, seperti yang terjadi dengan Sultan Ageng Tirtayasa ketika melawan Sultan Haji. Pangeran Puger, Pangeran Kajoran, Trunajaya, Raja Namrud, ketika berhadapan dengan Amangkurat II. Atau riwayat selanjutnya ketika Amangkurat III harus berhadapan dengan Pangeran Puger. Hegemoni juga dilakukan melalui unsur kebudayaan oleh VOC, hal ini tercermin dari kesukaan Amangkurat II terhadap baju admiral Angkatan laut VOC, sehingga Amangkurat II lebih dikenal sebagai Amangkurat Amral . Dalam pemberitaan jawa salah satu sebab kenapa konflik antara Pangeran Puger dan Amangkurat II tidak segera terselesaikan.Hal ini adalah akibat dugaan Pangeran Puger bahwa yang menjadi Raja adalah bukan kakaknya, namun orang Belanda, karena selalu berpakaian admiral Belanda . Keberadaan nama Raja Namrud, juga diasumsikan sebagai julukan untuk merusak citra yang bersangkutan sebagai tokoh yang melakukan perlawanan terhadap VOC dan Amangkurat II. Apalagi penamaan Raja Namrud hanya terdapat dalam pemberitaan Belanda dan Jawa yang dihasilkan oleh penguasa berbentuk Babad. Asumsi tersebut dikaitkan dengan data tentang masuknya agama Islam ke wilayah Purbalingga , khususnya wilayah Raja Namrud berkuasa adalah jauh sebelum nya. Berdasarkan kisah kisah legenda di wilayah tersebut , daerah tersebut pernah didatangi oleh Sunan Kalijaga pada masa Ki Tepus Rumput, atau Adipati Onje pertama yang berkuasa di masa Kerajaan Demak. Dilanjutkan oleh kehadiran Ngabdullah Syarif Raden Sayyid Kuning atau Raden Sayyid Kuning. Raden Sayid Kuning, salah seorang pendakwah yang merupakan murid dari Walisanga (Andri Dwi Putra dan Rr. Terry Irenewaty, M. Hum,2016 ) . sehingga sangat mustahil bahwa kemudian tidak mengenal nama Namrud yang dalam agama Islam adalah musuh Nabi Ibrahim A.S..
ADVERTISEMENT
Dalam menegakkan dominasinya maka VOC menggunakan persuasi berupa kesepakatan terhadap mereka mereka yang mau bekerjasama . Hal ini terjadi terhadap Kerajaan Cirebon , maupun pihak pihak yang meminta bantuan kepadanya seperti Sultan Haji dari Banten, maupun Sultan Amangkurat II , dan kemudian di waktu selanjutnya adalah Pangeran Puger. Tetapi juga menggunakan kekerasan untuk menumpas mereka yang tidak mau tunduk ataupun menolak kekuasaan VOC seperti terjadi pada Sultan Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, Syekh Yusuf , Trunojoyo, Untung Surapati, Pangeran Kajoran, dan Raja Namrud. Kondisi kondisi inilah yang kemudian menimbulkan ketergantungan pihak pihak yang ditaklukkan tersebut kepada kuasa dan senjata VOC
Namun demikian upaya upaya hegemoni dan dominasi yang dilakukan oleh VOC tidak lah dilakukan dengan mudah. Upaya ini mendapatkan perlawanan yang keras. Aliansi yang dilakukan Raja Namrud dengan Pangeran Kajoran; atau kemudian Raja Namrud dengan Syekh Yusuf; atau aliansi lain antara Kraeng Galesong, Trunojoyo , dan Pangeran Kajoran juga aliansi antara Syekh Yusuf dengan Sultan Ageng Tirtayasa, menunjukkan aliansi multi bangsa dan etnis dalam melawan VOC ; Perlu didalami lebih lanjut apakah ada nilai nilai bersama seperti nilai nilai Islam yang mengikat perlawanan tersebut. apalagi diketahui beberapa tokoh tokoh tersebut juga mempunya basis pengetahuan agama yang mumpuni bahkan disebut ulama. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Islam menjadi ideologi alternatif yang menyalakan perlawanan.
ADVERTISEMENT
Perlawanan ini didukung oleh keberadaan para pejuang dari Kerajaan Gowa Tallo, yang tersebar pasca dikalahkannya Sultan Hasanuddin. Dalam hal ini, mereka menyebar dan hidup bersama suku suku dan etnis lainnya. Pengalaman dan kesadaran yang tinggi untuk tidak berada di bawah kekuasaan VOC, membuat mereka terlibat , mendukung , berjaringan bahkan menjadi pimpinan dari proses proses perlawanan terhadap VOC sepanjang abad 17 di seluruh Nusantara antara lain di Jawa.
Diakhir tulisan ijinkanlah kami mengutip kan peristiwa peristiwa penting perlawanan dalam sejarah Nusantara maupun dunia yang ditulis dalam kronik . Catatan ini terdapat laporan tahun pertama dari Indische Partij
Pada bulan Desember 1681 terjadi pertempuran berdarah antara Belanda dan Namroed, bagian dari perlawanan heroik yang dilakukan Truna Djaya di rawa rawa Banyumas. Namroed gugur.
ADVERTISEMENT
Dan menjelang tanggal gugurnya Namroed dan pengikutnya menurut pengabaran sejarah pada 18 Desember, maka sudah selayaknya kita menelisik keberadaanya melalui sumber sumber sejarah yang otentik. Sumber sumber sejarah yang saat ini berada di Negara Belanda, maupun di Indonesia sendiri. Termasuk di dalamnya menggali kisah kisah yang mungkin masih bisa ditemukan di kalangan masyarakat tempat Benteng Maisir berada, ataupun ke tempat para tawanan dari Maisir dan Slinga tersebut dibawa.