Berbagi Tanpa Batas Inspirasi dari Budaya Khas Santri

Bayu Fitri Hutami
Seorang pembelajar lulusan S1 Ekonomi Univ Trisakti Jakarta, Karyawan Swasta dan Blogger. Seorang yang senang bercerita dari apaya yang dilihat. didengar dan dirasakan. Semua cerita, ide dan opini dituangkan dalam bentuk tulisan.
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2021 19:36 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bayu Fitri Hutami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Santri sedang mendengarkan kajian di pondok pesantren.
zoom-in-whitePerbesar
Santri sedang mendengarkan kajian di pondok pesantren.
ADVERTISEMENT
Berbagi sejatinya bisa dilakukan siapa saja. Tanpa harus menunggu mempunyai harta banyak dan melimpah. Sesuatu yang dibagi tidak harus berupa materi namun bisa pemikiran, pengetahuan dan tenaga.
ADVERTISEMENT
Berbagi kepada sesama tidak membuat kita otomatis kekurangan harta apalagi sampai jatuh miskin. Justru dengan berbagi semakin membuka celah rejeki dari pintu-pintu lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Era digitalisasi saat ini menyebabkan siapa saja dapat berbagi sesuatu tanpa terhalang ruang dan waktu. Sarana untuk berbagi bisa kita temukan di dunia maya.
Contoh sederhana kita dapat menyalurkan donasi melalui website yayasan sosial di dunia maya. Cara berdonasi semakin praktis berkat bantuan teknologi informasi.

Berbagi dan Santri

Pengalaman berikut adalah kisah adik saya ketika menjadi santri pada sebuah pesantren di Jawa. Menurut adik saya, terdapat budaya khas santri yang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Santri adalah sekumpulan orang yang sedang "mondok" atau tinggal bersama pada satu tempat bernama pondok pesantren. Kegiatan yang dilakukan santri berbasis keagamaan.
ADVERTISEMENT
Umumnya santri menempuh pendidikan formal namun dilengkapi pengetahuan ilmu agama Islam. Kehidupan santri yang rukun dan penuh disiplin tinggi menjadi inspirasi banyak orang.
Kegiatan harian santri tidak bisa bebas begitu saja. Hal ini terjadi karena ruang gerak santri dibatasi oleh pesantren sebagai tempat santri mondok.
Sebagai santri harus bersedia berbagi ketika ada dalam pesantren. Mulai berbagi ruang tidur, berbagi kamar mandi sampai berbagi makanan dan minuman.
Hasil didikan pesantren yang bersifat kekeluargaan membuat para santri merasakan kebersamaan-kebersamaan. Umumnya santri merasa bahwa berada dalam lingkungan pergaulan pesantren seperti layaknya keluarga besar. Bahkan sebagai santri menganggap pesantren adalah keluarga kedua.
Santri menempati pondok pesantren yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Setiap pesantren ada sosok panutan pengganti orang tua. Untuk pesantren laki-laki dipimpin seorang disebut Kyai. Untuk pesantren perempuan dipimpin seorang Nyai.
ADVERTISEMENT

Budaya Khas Santri

Pola asuh pesantren pada santri membentuk suatu budaya. Sehingga sering terdengar jika ada budaya khas santri. Disebut budaya khas santri karena asas berbagi yang kuat yang ditanamkan dalam kegiatan sehari hari.
Berikut jenis-jenis budaya khas santri yang ada di pesantren;
Kebersamaan
Situasi dan kondisi dalam pesantren membuat santri harus bersedia untuk saling berbagi. Mulai dari berbagi ruangan, berbagi tempat untuk belajar sampai berbagi penganan. Inti dari berbagi adalah mengerjakan sesuatu untuk dapat dinikmati bersama-sama.
Saling tolong menolong dalam kesulitan juga dilakukan para santri. Contoh jika ada teman yang kesulitan memahami pelajaran maka akan ada pertolongan. Biasanya santri yang mempunyai kemampuan menguasai pelajaran akan menjadi tutor untuk santri yang belum memahami pelajaran.
ADVERTISEMENT
Kemandirian
Ketika seorang santri memutuskan "mondok" dalam sebuah pesantren maka sifat kemandirian sudah melekat dalam diri. Pesantren mengajarkan para santri untuk berlatih bertahan menjalani hari dari ragam situasi dan kondisi.
Caranya dengan melakukan kegiatan produktif di luar jam belajar formal. Kegiatan yang dilakukan seperti bercocok tanam, memelihara hewan ternak dan sebagainya. Hasil dari kegiatan produktif dikembalikan pada santri untuk pemenuhan kebutuhan harian.
Kekeluargaan
Jauh dari rumah dan orang tua membuat santri seperti mempunyai keluarga baru ketika tinggal di pondok pesantren. Selain itu interaksi santri dengan teman sebaya dari berbagai daerah membuat santri merasakan ikatan kekeluargaan yang erat.

Budaya Santri Menjadi Inspirasi

Melihat budaya santri yang penuh nilai kebersamaan dan gotong royong maka tak salah jika banyak pihak dari luar yang terinspirasi untuk meneladani budaya tersebut. Masalahnya bagaimana budaya khas santri dapat terus bertahan di era digitalisasi seperti saat ini?
ADVERTISEMENT
Sekarang hampir semua kegiatan masuk dalam ranah digital. Kita sering melihat sebagian orang cenderung asyik dengan diri sendiri. Sebagian besar orang sibuk dengan gawai atau piranti elektronik masing-masing.
Rasa kekeluargaan, kemandirian, dan kebersamaan di dunia nyata seperti tenggelam dan berpindah ruang ke dunia maya. Sebagian besar orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar monitor untuk bertemu muka secara virtual sambil berkegiatan. Hal ini tidak bisa dihindari karena perkembangan teknologi informasi sudah demikian pesat.
Jika kita ingin mengadopsi budaya khas santri dalam hal berbagi dan sejalan dengan perkembangan teknologi maka caranya adalah sebagai berikut;
1. Bijak menggunakan media dan perangkat digital
Berikan batasan waktu ketika menggunakan perangkat digital. Sebaiknya ada pembagian waktu antara dunia maya dan dunia nyata. Sehingga waktu untuk menjalin hubungan dengan orang terdekat seperti keluarga atau orang satu rumah masih bisa dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kebersamaan dengan orang terdekat atau keluarga tidak bisa digantikan untuk kedua kalinya. Sehingga gunakanlah waktu sebaik mungkin untuk membina kebersamaan.
2. Sampaikan pesan kemanusiaan dan perdamaian
Penggunaan perangkat digital sebaiknya penuh dengan pesan perdamaian. Hindari ujaran kebencian atau sebaran berita yang belum teruji kebenarannya. Ketika hendak menyebarkan pesan sebaiknya dilandasi dengan keilmuan.
Gunakan media digital untuk memecahkan solusi dengan budaya gotong-royong. Misalnya membantu mencarikan donor darah, membantu mencarikan inkubator bayi, membantu mencarikan tabung oksigen untuk yang membutuhkan dan sebagainya.
3. Membuat konten digital bernuansa positif
Budaya khas santri yang bernuansa kemandirian dapat menjadi inspirasi untuk orang lain. Misalkan membuatkan konten positif ketika berkegiatan dalam pesantren. Membuat konten positif ketika sedang mengadakan bakti sosial dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT

Berbagi Tanpa Batas

Melihat budaya khas santri yang mengedepankan nilai-nilai perdamaian, membuat banyak pihak menaruh simpati sekaligus terinspirasi. Tak jarang bantuan datang diberikan kepada berbagai pondok pesantren tempat santri menimba ilmu baik berupa fasilitas maupun materi. Seperti IndiHome yang tergerak untuk membantu pondok pesantren dengan tujuan ikut mendukung kegiatan para santri.
Pemberian bantuan yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional tahun ini diharapkan dapat menjadi inspirasi banyak pihak. Selain itu dengan banyaknya dukungan kepada santri dan pondok pesantren diharapkan bermunculan karya-karya inovatif dan kreatif dari para santri di pondok pesantren. Selamat Hari Santri Nasional.