Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memaknai Kosa Kata, Menghargai Keragaman Bahasa Daerah
15 Juli 2024 12:06 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bayu Fitri Hutami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belajar dari kontoversi penamaan aplikasi "SiPepek" yang menjadi viral karena masalah pemaknaan berbeda, kita bisa melihat dari sudut pandang "helicopter view".
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Ethnologue, Indonesia mempunyai 715 bahasa daerah. Banyaknya jumlah bahasa daerah yang di miliki menjadikan Indonesia sebagai negara pemilik terbanyak bahasa daerah kedua setelah Papua Nugini dengan 840 bahasa daerah.
Tak terkecuali kosa kata kontoroversi yang menjadi nama sebuah aplikasi dari sebuah program pemerintah daerah. Nama aplikasi SiPepek adalah sebuah program pemerintah daerah yang dibuat Pemkab Cirebon.
Adapun aplikasi Pemda Cirebon ini bernama SiPepek yang mempjnyai kepanjangan Sistem Informasi Administrasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Adapun program dari apliaksi ini ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan dan jaminan kesehatan bagi masyarakat setempat.
Penamaan aplikasi ini menjadi viral "hanya" karena beda pelafalan bagi orang yang di luar daerah Cirebon. Padahal beda pelafalan tentu saja beda arti.
ADVERTISEMENT
Empat suku kata awal Pepek yang berasal dari bahasa Cirebon dan Jawa secara umum dibaca dengan lafal huruf "e" setara dengan pengucapan pada kata "penulis".
Jika kata "Pepek" dibaca seperti huruf "e" pada kata "penulis" maka artinya adalah lengkap atau komplit.
Bagi orang daerah Cirebon sendiri tidak ada masalah dengan penamaan aplikasi SiPepek karena masyarakat Cirebon memahami makna kata "Pepek" sebagai "Komplit atau Lengkap"
Yang menjadi masalah dan berkembang menjadi kontroversi ketika orang di luar daerah Cirebon melafalkan kata SiPepek dengan cara melafalkan huruf "e" seperti pada lafal kata "Sate".
Alhasil pelafalan kata SiPepek dengan lafal huruf "e" seperti pada kata "Sate" mempunyai arti yang berbeda dengan sebelumnya. Pada daerah tertentu konotasi kata "Pepek" menjadi negatif karena disangkutkan pada alat kelamin.
ADVERTISEMENT
Kasus ini menjadi semakin ramai ketika digulirkan dalam media sosial. Ragam orang menanggapi dengan opininya masing-masing dan sebagian besar meminta nama aplikasi tersebut diganti.
Melihat fenomena ini kita bisa menyimpulkan bahwa pemaknaan arti dari bahasa daerah masih minim. Jika ada perbedaan arti pada satu kata yang sama di beberapa daerah berbeda biasanya satu sama lain akan beradu pendapat.
Ujung-ujungnya terjadi pelecehan terhadap makna kata bahasa daerah sendiri yang tidak digunakan sebagai mana tujuannya dan pada tempatnya.
Seperti pada kasus aplikasi SiPepek, sebenarnya sah saja digunakan hanya dan untuk dipergunakan di kalangan warga Cirebon. Toh artinya positif dan bisa menjelaskan program kerja pemda setempat.
Untuk orang di luar daerah Cirebon, sebisa mungkin mencari info terlebih dahulu mengenai arti kata daerah. Jika sudah mengetahui artinya hargai perbedaan arti jika ternyata kata tersebut mempunyai arti berbeda dengan yang pernah diketahui.
ADVERTISEMENT
Poin Of View dari kasus ini kita sebagai manusia yang terlahir di Indonesia dengan berbagai ragam bahasa daerah harus mau belajar mencari tau terlebih dahulu, bisa menerima dan menghargai perbedaan.
Jadi jangan pernah merasa lebih baik dan paling mengetahui segala hal tanpa mau mengahrgai perbedaan. Belajar lagi yukk