Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fenomena War Takjil, Bukti Nyata Pluralisme di Indonesia.
7 April 2024 0:59 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Bayu Oktaviandy Hermansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang selalu ditunggu oleh umat islam diseluruh dunia, bahkan di Indonesia datangnya bulan suci Ramadhan juga disambut meriah oleh umat beragama lain (non muslim).
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadhan 2024 sepertinya akan menjadi salah satu bulan Ramadhan yang berkesan di Indonesia, seperti yang kita ketahui dari platform media social TikTok, Instagram dan You Tube, ada tren yang cukup unik yaitu perang berburu makanan atau yang dikenla dengan istilah ‘War Takjil’.
Secara harfiah, war takjil adalah pertarungan untuk mendapatkan takjil yang dilakukan muslim dan non-muslim sebagai bahan candaan. Banyak warganet yang membagikan di media sosial tentang keluhan kehabisan takjil jauh sebelum waktu berbuka puasa. Keluhan ini dibalas oleh orang non-muslim yang memamerkan sedang memborong takjil.
Di media sosial, berbagai konten tentang war takjil banyak beredar. Ada konten terkait pedagang takjil yang menanyakan agama pembelinya. Isu agama yang kerap sensitif ini pun tidak membuat war takjil jadi permasalahan, justru menjadi penyemarak Ramadan tahun ini.
ADVERTISEMENT
BENTUK PLURALISME
Pluralisme adalah sikap dan keyakinan bahwa perbedaan dalam pandangan, agama, kepercayaan, etnisitas, budaya, dan latar belakang sosial adalah sesuatu yang bernilai dan penting dalam masyarakat.
War takjil menunjukkan bukti keharmonisan antarumat beragama. Warga muslim dan non muslim bersama-sama berbelanja dalam nuansa Ramadan. Kehangatan yang terpancar merupakan manifestasi kehidupan masyarakat yang rukun dan damai. Hal ini dibuktikan dengan ramainya pembicaraan war takjil oleh seorang pendeta gereja Tiberias Indonesia.
“Soal agama kita toleran, kalau soal takjil kita duluan, jam 3 kita standby pas yang lain lagi lemes-lemesnya, walaupun ada yang bilang nanti pas paskah mereka belanja duluan, kita paskah pake kinder joy,” ungkap pendeta.
Kelakar pendeta tersebut di respon oleh Habib Ja’far, seorang pendakwah yang tersohor saat ini dengan konten Log-innya. Habib Ja'far mengunggah ulang video pendeta tersebut yang mengajak jemaahnya berburu takjil. "Dalam agama memang kita toleran, tapi soal log in kita duluan," balas Habib Jafar.
ADVERTISEMENT
Banyak yang senang dengan euforia membeli takjil. Namun, ada skala prioritas yang kadang harus dimengerti oleh orang-orang yang tidak berpuasa. Salah satunya, ketika menjelang waktu berbuka para pembeli diharapkan mendahulukan orang-orang yang berpuasa.