Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
"PKI Bangkit Lagi ?"
14 Maret 2017 9:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Bayu Priyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maret 1966, bulan yang penuh 'arti' bagi perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa.
ADVERTISEMENT
"Belajar dari sejarah", sebuah kalimat pendek yang diucapkan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno. Bukan tanpa maksud, ucapan Soekarno yang begitu singkat itu malah sarat akan makna di dalamnya. Terlebih untuk kondisi bangsa saat ini yang sedang dilanda banyak 'problematika' dan krisis identitas kebangsaan.
Kembali melihat ke "belakang" pada medio Maret 1966, ternyata begitu banyak peristiwa yang terjadi. Mulai dari di keluarkannya kebijakan "SUPERSEMAR", tentang "penanganan kondisi negara" yang tidak pasti pada masa itu. Sebagai akibat dari peristiwa "Gerakan 30 September 1965" yang dilakukan oleh PKI (G 30-S/PKI). Walaupun kemudian hari pasca 'lengsernya Soeharto, "SUPERSEMAR" dipertanyakan 'isinya'. Karena hingga saat ini tidak diketahui di mana keberadaan 'Arsip" yang begitu penting itu. Dalam teori sejarah, jika tidak didukung oleh "FAKTA" keras maka masih bisa diragukan kebenarannya. Terlebih SUPERSEMAR adalah arsip negara yang sangat penting.
ADVERTISEMENT
Peristiwa berikutnya masih di bulan Maret 1966, tepatnya pada tanggal 12 Maret 1966 dikeluarkan sebuah kebijakan yang 'Maha Penting". Soekarno yang dianggap sebagai 'pelindung' PKI (Partai Komunis Indonesia) menyatakan membubarkan partai tersebut. Bukan hanya partainya, namun seluruh organisasi turunannya yang berafiliasi kepada PKI yang berazas sama, dan berlindung di bawah naungannya. Walaupun masih perlu ditelusuri 'kebenarannya', "apakah ini murni Soekarno atau ada yang memakai dan atau memaksa Soekarno melakukannya".
Asvi Warman Adam sejarawan LIPI malah "terang-terangan" menyatakan bahwa "Soeharto" yang 'menggunakan" Soekarno untuk membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya. Dengan maksud agar Soekarno "kehilangan" dukungan dari para anggota dan simpatisan PKI yang saat itu diperkirakan jumlahnya mencapai 3 juta orang.
Jelasnya adalah, medio Maret 1966 merupakan titik balik bagi bangsa Indonesia menuju era pemerintahan dengan ideologi dan pemahaman baru. terlepas itu adalah usaha yang benar-benar murni atas 'kehendak rakyat', atau memang karean 'strategi' politk yang begitu sempurna, untuk menduduki kursi kekuasaan negeri.
ADVERTISEMENT
Kini saatnya kita melihat sesuatu permasalahan secara utuh, tidak hanya dari satu sudut pandang. Karena pada dasarnya setiap manusia punya sudut pandangnya sendiri. Yang terpenting adalah bagaiman setiap perbedaan cara pikir, cara pandang jangan menjadi alat 'perpecahan', tapi mari jadikan sebagai alat berdiskusi menuju kedepan yang lebih baik, saling memahami, mengisi, dan mengoreksi.
Waspada terhadap setiap usaha untuk menghancurkanbangsa ini itu sebuah keharusan. Namun jangan karena kewaspadaan itu, membuat kita bisa seenaknya saja 'mencap' orang-orang yan gtidak 'sepaham/ sealiran' dengan kita adalah musuh yang harus dihancurkan. Terlebih jika pola pikir orang-orang sudah harus dibuat 'seragam lagi'. maka kita akan masuk ke lubang sama. Buat apa tahun 1998 terjadi REFORMASI kalau begitu ?
ADVERTISEMENT
Mari kita berpikir danbertindak lebih bijak, lebih baik, dan menggunakan budi pekerti yang baik, jujur dan luhur. Karena budi pekerti yang baik, jujur dan luhur adalah sebnar-benarnya jati diri bangsa Indonesia.