Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Surat Untuk Para Pembuat Gaduh
20 Februari 2017 11:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Bayu Priyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salam penuh kesal, untuk anda sekalian para penyebar fitnah dan pemecah bangsa beserta "turunannya".
ADVERTISEMENT
Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya besar yang tidak layak dihormati. Rasanya ingin sekali tangan ini menampar mulut, dan tangan anda sekalian. Agar kalian segera tersadar atas ulah yang tak pernah memberi pencerahan bagi rakyat dan bangsa ini. Juga bagi anda sekalian para "pembantunya" yang ikut menyebarkan fitnah dan hoax, hingga membuat semakin "cepat" permusuhan antar anak bangsa.
Apa kalian tidak pernah berpikir barang sedikit saja, apa dampak yang bisa terjadi dari ulah kalian semua?
Konflik dan konflik pastinya.
Masyarakat tidak semuanya bisa menyadari segera bahwa mereka sedang "diperalat". Yang mereka pahami hanyalah, orang yang dianggap sebagai "panutan" tengah di dera banyak "masalah". Padahal jika sudah didapat maunya oleh anda para "pembuat gaduh" (KEKUASAAN). Saya yakin pasti rakyat yang berkonflik demi anda semua akan dilupakan.
ADVERTISEMENT
Jangan kalian kotori "media" sosial kami dengan broadcast sampahmu. Jangan kalian berlindung dibalik jubah kesucian HAM, suku, kelompok bahkan agama. Kesucian HAM, suku,kelompok apalagi agama bukan "alat" untuk meraup keuntungan dan kekuasaan apalagi melanggengkan kekuasaan-mu atau tuan mu. Apa kalian tidak sadari, atas ulah kalian semua, kami para pendidik bangsa ini mendapat "PULUNG" yang sangat besar.
Bagaimana cara kami menjelaskan kepada generasi penerus bangsa ini?
Merekalah sebenar-benarnya pewaris dan pemilik bangsa ini ke depan. Bukan anda para pembuat gaduh pengejar kekuasaan. Kerap setiap peserta didik mempertanyakan, "siapa yang benar dan harus didukung serta diikuti Pak/Bu guru?"
Apa kalian para pembuat gaduh tak pernah belajar dari sejarah?
Bagaimana sebuah negara besar seperti Yugoslavia yang begitu "majemuk" seperti bangsa kita, begitu mudahnya hancur dan pecah berkeping-keping karena isu murahan. Atau jika dirasa itu terlalu jauh di luar negeri sana. Coba ingat ini:
ADVERTISEMENT
Kenapa hingga ada Keraton Jogjakarta dan Surakarta, padahal sama-sama pewaris Mataram ?
Kenapa Cirebon punya banyak raja, padahal sama-sama keturunan Syarif Hidayatulloh?
Cukup contoh itu hai para pembuat gaduh..?
Jika kehancuran itu sudah terjadi pada bangsa ini..!
Jangan salahkan kami para pendidik..! Hai para pembuat gaduh !
Karena tidak sanggup kami berjuang "SENDIRI"..!
Semoga kalian semua segera sadar. Kami hanya bisa berharap dan berdoa, untuk mendapatkan yang "terbaik" bagi bangsa Indonesia tercinta.
BELAJARLAH DARI SEJARAH.
BELAJAR SEJARAH BUKAN UNTUK MEMBUATMU PINTAR, TAPI UNTUK MEMBUATMU LEBIH BIJAKSANA.
Salam dari rakyat yang juga seorang pendidik.