Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
"USBN & UN", Siapa Takut !
17 Maret 2017 8:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Bayu Priyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berjuang sepenuh asa demi mengejar mimpi-mimpi.
Kalimat itu setidaknya bisa memberi gambaran atas apa yang dilakukan oleh pelajarsekolah ini. Seiring semakin dekatnya waktu pelaksanan Ujian Sekolah secara nasional ( USBN dan UN ). Para pelajar kelas XII SMA Islam Dian Didaktika yang terletak di batas kota Jakarta dan Jawa Barat (Cinere-Depok), rela memberikan segenap waktu dan segala usahanya untuk mempersipkan diri mereka guna menghadapi Ujian Sekolah bersifat nasional, yaitu USBN dan UN.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak memperdulikan pergulatan politik yang sedang mewarnai wajah negeri ini. Baik itu kasus pilkada, korupsi, atau perebutan kursi kekuasaan. Dalam benak mereka yang ada adalah, bisa mengerjakan soal ujian dengan sebaik-baiknya, lalu mendapatkan hasil yang terbaik. Karena ini adalah gerbang menuju akhir pendidikan mereka di tingkat sekolah, dan pintu menuju pendidikan tinggi guna menapaki tangga kesuksesan yang sudah di cita-citakan, dan diharapkan oleh sang orang tua.
Hal yang baru dan unik dilakukan oleh SMA Islam Dian Didaktika-Cinere Depok. Sekolah yang juga merupakan tempat Gloria ‘Sang Paskibraka Fenomenal’ itu, ternyata memiliki pola persiapan menghadapi Ujian bersifat nasional yang berbeda dari sekolah pada umumnya.
SMA Islam Dian Didaktika berusaha memadukan sistem belajar sekolah umum dengan pola pembelajaran di pesantren, LSI ( Layanan Super Intensif ) namanya.
ADVERTISEMENT
Selama lebih kurang satu minggu menjelang Ujian bersifat nasional dilaksanakan, siswa kelas XII ‘harus’ menginap di sekolah untuk persiapan. Ketua panitia kegiatan tersebut yang juga guru SMA Islam Dian Didaktika, DR. Achmad Ramadoni, MM., menuturkan:
“Mereka belajar dari pagi sampai malam. Dengan pola; pagi sampai ashar belajar di kelas, lalu dilanjut sore dengan games yang mengasah otak kanan. Kemudian menjelang maghrib hingga isya mereka mengaji, sholat berjamaah dan berdoa serta dzikir bersama. Malam belajar lagi hingga sekitar pukul 21.30, lalu istirahat. Sekitar pukul 04.00 kegiatan dimulai lagi dengan melakukan sholat tahajud dan tadarus hingga subuh tiba.”
Pola itu dilakukan selama kurang lebih satu minggu, dengan harapan bisa melatih kedisplinan siswa, juga agar lebih fokus belajar dibanding di rumah yang memiliki banyak ‘gangguan’ (TV, gadget dan sejenisnya– gadget dan sejenisnya dilarang dibawa pada kegiatan ini). Juga untuk mengisi sisi spiritualitas mereka melalui; mengaji, sholat berjamaah, tahajud dan berdzkir serta doa bersama. Sehingga bisa membentuk manusia-manusia yang tidak hanya pintar ilmu tapi juga ‘beragama yang baik’.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan slogan SMA Islam Dian Didaktika, “ Budi Pekerti Pertama dan Utama”.
Semoga usaha gigih dan doa tulus mereka berbuah ‘hasil yang manis’.