Konten dari Pengguna

Tengaran Kota Athena yang Jadi Penanda Zaman

Bayu Rahmat Novita
a wanderer / Sesdilu 63
6 April 2019 12:50 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bayu Rahmat Novita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prolog
Lagu Siko Chorepse Syrtaki mengalun merdu dari pengeras suara komputer portabel saya. Seketika lagu itu membawa alam pikiran saya kembali ke Yunani, khususnya Athena. Ya, lagu tersebut merupakan salah satu lagu populer di Yunani yang banyak dimainkan para musisi dari negara di belahan selatan Eropa tersebut.
ADVERTISEMENT
Berbicara soal Yunani adalah berbicara soal warisan masa lampau yang masih terus dapat dinikmati hingga kini. Tak beda dengan lagu Siko Chorepse Syrtaki. Lagu tersebut berasal dari tahun 1960-an dan diciptakan oleh Giorgos Zampetas (musik) dan Alekos Sakellarios (lirik). Lahir di Athena, Zambetas merupakan salah satu musisi bouzouki yang paling dikenal. Sementara itu, Sakellarios adalah seorang penulis dan sutradara kelahiran Athena dan disebut telah menulis 105 skrip film dan 1.500 lirik lagu.
Berdiri dan Menari Syrtaki adalah judul lagu tersebut jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, judul tersebut menggambarkan dengan pas lirik dan pesan yang ingin disampaikan, yakni ajakan untuk menari syrtaki, bergembira, dan tertawa. Lagu yang pas menggambarkan masyarakat Yunani secara umum: hangat dan tahu cara bergembira.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lagu ini bagi saya juga menggambarkan dengan tepat bagaimana peninggalan masa lampau diperlakukan di Yunani: dikenang dan dirayakan. Lagu ini juga membawa saya kembali mengingat berbagai tengaran di kota Athena, yang sama-sama juga dikenang dan dirayakan, menjadi penanda kota berumur ribuan tahun itu. Tulisan ini adalah mengenai tengaran kota Athena, yang berdiri tegak melewati waktu dan menjadi penanda zaman.
Pemandangan kota Athena dari Bukit Lycabettus. Foto: dokumentasi pribadi.
Monastiraki Square
Perjalanan mengunjungi tengaran di Athena saya mulai dari Monastiraki Square atau Plateia Monastiraki dalam Bahasa Yunani. Bagi saya tempat ini pas untuk memulai perjalanan karena di sinilah saya paling banyak mendengar lagu Siko Chorepse Syrtaki dimainkan secara live maupun rekaman di taverna-taverna (restoran yang menyajikan makanan tradisional Yunani) yang banyak berada di sekitaran Monastiraki Square.
Suasana di Monastiraki Square. Bangunan dengan atap berbentuk kubah dulunya merupakan Mesjid Tzistarakis, sementara bangunan di kanan foto adalah stasiun kereta. Gereja Pantanassa berada di sebelah kiri foto (bangunan dengan bendera-bendera kecil Yunani). Di latar belakang (atas bukit) tampak Parthenon. Foto: dokumen pribadi.
Alun-alun ini hampir tiap waktu ramai dikunjungi orang, baik warga lokal maupun pelancong. Bila kamu ke sini, hampir dipastikan kamu akan menyaksikan banyak orang yang duduk dan menghabiskan waktu. Menikmati secangkir kopi sambil menyaksikan kemegahan Parthenon, ataupun sekadar berbincang dengan handai tolan. Tidak mengherankan, karena selain kaya akan sejarah juga letaknya strategis. Misalnya, dengan berjalan kaki sekitar 10 menit, kamu sudah tiba di salah satu ikon Yunani, Acropolis of Athens.
ADVERTISEMENT
Di sekitar Monastiraki Square ini juga banyak terdapat toko suvenir, restoran lokal, maupun gerai kopi setempat. Bila malam tiba, keramaian juga bertambah dengan kehadiran pedagang asongan yang kebanyakan menawarkan mainan anak berwarna-warni. Selain itu, alun-alun ini juga berbatasan langsung dengan pasar loak (flea market) yang kerap dikunjungi pecinta barang antik. Ditambah lagi terdapat stasiun kereta api di alun-alun ini. Pas.
Monastiraki Square mungkin alun-alun tertua di Athena yang masih ada. Menyaksikan jejak waktu melintasi kota ini. Berdiri di atas kota tua Athena, peninggalan masa lalu dapat kita saksikan hingga kini. Di sisi utara, kamu dapat menemukan Gereja Pantanassa yang dibangun pada abad ke-10.
Sementara itu, bila kamu melihat ke selatan, Mesjid Tzistarakis, pasti akan menarik perhatianmu. Bangunan ini dibangun pada masa Ottoman tahun 1759 dan saat ini dipergunakan sebagai Museum of Greek Folk Art. Tidak jauh dari masjid itu, kamu dapat menemukan Perpustakaan Hadrian (Hadrian's Library) yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 132-134 Masehi pada masa Romawi dan merupakan perpustakaan terbesar di Athena pada masanya.
ADVERTISEMENT
Syntagma Square
Sekarang mari lanjutkan perjalanan kita ke arah timur Monastiraki Square, berjalan kurang lebih 12 menit melewati kawasan perbelanjaan Ermou, kamu akan menemukan Syntagma Square atau Plateia Sintagmatos dalam Bahasa Yunani. Selain Monastiraki Square, mungkin inilah alun-alun paling dikenal di Athena.
Sering dirujuk sebagai pusat kota Athena, alun-alun ini menjadi pusat kegiatan tidak hanya warga Athena, namun juga masyarakat Yunani. Dari perayaan tahun baru, hingga demonstrasi menentang kebijakan Pemerintah. Menjadi tempat perayaan atau berduka.
Tampak massa yang akan segera melewati Syntagma Square. Sudut pandang foto adalah dari sisi utara Syntagma Square. Foto: dokumentasi pribadi.
Lokasi alun-alun ini tepat berada di seberang Gedung Parlemen Yunani. Di sekitar alun-alun ini juga banyak terdapat kantor instansi Pemerintahan Yunani, Kedutaan Besar asing ataupun perwakilan organisasi internasional. Restoran, gerai kopi, ataupun toko? Banyak. Strategis pula karena transportasi di Athena dan daerah satelit di sekitarnya berpusat di sini, menjadikan alun-alun ini sebagai lokasi akhir atau awal pemberangkatan.
ADVERTISEMENT
Naik kereta atau bus dari Bandar Udara Eleftherios Venizelos? Pasti melewati alun-alun ini. Mau ke daerah pantai Glyfada? Pakai tram yang memulai perjalanan dari dekat alun-alun ini.
Disebutkan bahwa sejarah alun-alun ini berawal pada awal abad ke-19 saat ibu kota Kerajaan Yunani pindah dari Nafplio ke Athena pada tahun 1834. Alun-alun ini dirancang untuk menjadi salah satu alun-alun pusat di kota Athena. Awalnya alun-alun ini dinamakan Palace Square karena berhadapan dengan istana raja (saat ini menjadi Gedung Parlemen Yunani).
Namun pada tahun 1843 berubah nama menjadi Syntagma Square atau Constitution Square untuk mengenang dikabulkannya tuntutan dari rakyat dan militer kepada Raja Otto untuk memberi Konstitusi Yunani yang pertama. Hingga kini alun-alun ini tetap menjadi pusat ekonomi, sosial, dan politik masyarakat Yunani.
ADVERTISEMENT
Gedung Parlemen Yunani
Tepat di seberang Syntagma Square berdiri megah bangunan abad ke-19 yang saat ini merupakan Gedung Parlemen Yunani. Awalnya, bangunan berwarna krem ini dipergunakan sebagai istana Raja Yunani. Dibangun berdasarkan rancangan arsitek Bavaria, Friedrich von Gärtner, peletakan batu fondasi dilakukan pada tahun 1836. Raja Otto dan Ratu Amalia mulai menempati bangunan ini pada 1843.
Namun, beberapa pembangunan, bangunan bergaya neo-klasik ini masih terus berlangsung hingga 1847. Setelah Kerajaan Yunani dihapus melalui Referendum 1924 untuk menjadi republik kedua, bangunan ini dipergunakan untuk berbagai keperluan. Akhirnya, pada bulan November 1929 Pemerintah Yunani memutuskan bangunan ini menjadi Gedung Parlemen Yunani. Bangunan ini berbatasan langsung dengan National Garden.
Gedung Parlemen Yunani (Βουλή των Ελλήνων) yang dulunya merupakan istana Raja Yunani. Menganut sistem unikameral, Parlemen Yunani terdiri dari 300 anggota yang terpilih untuk masa jabatan 4 tahun. Saat ini Presiden Parlemen Yunani dijabat oleh Nikos Voutsis dari Partai SYRIZA. Foto: dokumentasi pribadi.
Selain ramai dikunjungi oleh orang yang ingin mengabadikan gambar gedung ini, bangunan ini juga ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menyaksikan pergantian penjaga gedung yang merupakan unit khusus di tentara Yunani yang disebut Evzones. Prosesi pergantian berlangsung tiap satu jam sekali tiap hari di mana upacara pergantian yang diiringi band militer berlangsung tiap hari Minggu jam 11:00 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Athenian (Neoclassical) Trilogy
Melangkahkan kaki ke arah utara dari Gedung Parlemen akan membawa kamu ke Jalan Eleftherios Venizelos. Jalan yang dahulu dikenal dengan nama Jalan Panepistimiou ini merupakan rumah bagi 3 bangunan Neoklasik Athena yang terkenal: The Athenian (Neoclassical) Trilogy. Tiga bangunan bergaya arsitektur Neoklasik ini sungguh memukau. Berdiri dengan elegan di tengah salah satu jalan paling sibuk di Athena, ketiga bangunan tampak kontras dengan lingkungan sekitarnya.
Gedung Academy of Athens. Tampak patung Dewi Athena sedang memegang tombak. Di sebelahnya adalah Dewa Apollo. Patung di depan Dewi Athena merupakan patung Plato. Di sebelahnya (tertutup pohon) adalah patung Socrates. Foto: dokumentasi pribadi.
Berjalan kaki selama 7 menit akan membawa kamu untuk bertemu dengan yang pertama dari yang tiga: The Academy of Athens. Patung Dewi Athena dan Dewa Apollo yang menjulang tinggi di sisi kanan dan kiri gedung seolah menjadi penjaganya sekaligus mengawasi kota tua Athena.
ADVERTISEMENT
Tak jauh dari kedua patung dewa-dewi Yunani tersebut, berdiri patung dua filsuf terkenal Yunani, Plato dan Socrates. Bangunan yang terinspirasi oleh Propylaia di Acropolis of Athens ini didesain oleh arsitek Theophile Hansen dan Ernst Ziller dan dibangun pada tahun 1859-1885.
Gedung University of Athens. Di bagian atas gedung tampak mural warna-warni yang dirancang oleh seniman Austria Carl Rahl dan dilukis oleh pelukis Polandia Eduard Lebiedzki setelah meninggalnya Carl Rahl. Gambar di tengah mural sepanjang kurang lebih 45 meter tersebut adalah Raja Otto. Foto: dokumentasi pribadi.
Di sebelah utara bangunan ini, kita akan menemukan yang kedua dari yang tiga: The University of Athens. Bangunan ini merupakan bangunan pertama yang didirikan dari ketiga bangunan The Athenian (Neoclassical) Trilogy. Bangunan ini didesain oleh Christian Hansen dan mulai dibangun pada tahun 1864.
Bangunan ini menjadi dasar penamaan lama jalan ini, Panepistimiou yang memang berarti universitas. Kini, bangunan ini dipergunakan sebagai kantor administrasi universitas sekaligus berbagai upacara resmi dan wisuda universitas.
Gedung National Library. Terdapat patung Panagis Vallianos, seorang dermawan Yunani, di bagian depan gedung. Foto: dokumentasi pribadi.
Setelah The University of Athens, dipisahkan oleh Jalan Riga Fereou, berdiri bangunan ketiga, yakni The National Library. Arsiteknya adalah Theophil Hansen dan dibangun pada tahun 1888-1902. Koleksi buku perpustakaan ini mencapai dua juta volume buku dan terbitan berkala serta lebih dari 4.500 manuskrip. Salah satu di antaranya adalah edisi pertama buku cetak dalam Bahasa Yunani yang berasal dari tahun 1476.
ADVERTISEMENT
Mount Lycabettus
ADVERTISEMENT
Berjalanlah selama lebih kurang 15 menit ke arah timur Trilogi Neoklasik Athena dan kamu akan menemukan tengaran berikutnya. Kamu tidak akan melewatkan tengaran yang dikenal juga sebagai Lycabettos, Lykabettos atau Lykavittos. Tengaran ini merupakan sebuah bukit kapur sekaligus merupakan titik tertinggi di Athena dengan ketinggian mencapai 277 meter.
Terdapat banyak legenda mengenai bukit ini. Mulai dari tempat serigala (lycos dalam Bahasa Yunani berarti serigala) hingga berasal dari batu kapur yang dijatuhkan Athena saat hendak ke Acropolis.
Bukit Lycabettus dilihat dari Acropolis of Athens. Diceritakan bahwa pohon pinus di kaki bukit baru mulai ditanam pada tahun 1880-an. Foto: dokumentasi pribadi.
Untuk menuju ke puncaknya, kamu dapat mencoba menggunakan tangga selama lebih kurang 20 menit atau menggunakan fenicular cable car yang mulai beroperasi pada tahun 1965. Stasiunnya berada di daerah Kolonaki dan jika ingin menaikinya kamu perlu membayar 7 Euro untuk perjalanan pulang pergi.
ADVERTISEMENT
Di puncak bukit ini kamu dapat menemukan Kapel Saint George yang dibangun pada abad ke-18 dan Agion Isidoron yang dibangun di abad 15-16. Lapar setelah menaiki tangga yang jumlahnya banyak itu? Jangan khawatir, kamu dapat menemukan restoran untuk bersantap sambil menikmati pemandangan kota Athena dari atas. Menunya cukup beragam, mulai dari hot dog hingga makan lokal Yunani favorit banyak orang, souvlaki.
Masih pengin melanjutkan acara bersantap dengan minum kopi? Tenang, walaupun taverna tidak menyediakan kopi, di sini kamu bisa menikmati kopi setelah acara bersantap.
Pemandangan di malam hari lebih indah lagi. Lampu kota dan kendaraan seolah menjadi lampion yang membentuk jalan dari cahaya. Di puncak bukit ini kamu juga dapat menemukan amfiteater berkapasitas 3.000 tempat duduk yang dibangun pada tahun 1965 di mana pada musim panas sering diadakan konser musik dan penampilan teater.
ADVERTISEMENT
Kallimarmaro
Dari Bukit Lycabettus kita akan berjalan ke stadion marmer yang telah ada sejak zaman kuno, Kallimarmaro atau Panathenaic Stadium. Kallimarmaro terletak di sebelah selatan Bukit Lycabettus dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 20 menit melewati jalanan dengan pepohonan yang cukup rindang.
Bila memutuskan untuk mengambil rute sedikit memutar menggunakan Leoforos (Jalan Raya) Vasileos Konstantinou, Anda dapat bersantai sejenak di Taman Rizari dan berfoto di Patung Dromeas atau dikenal juga sebagai The Runner yang letaknya tidak jauh dari Taman Rizani, tepat di seberang Hotel Hilton Athens. Patung yang terbuat dari potongan kaca ini dibuat menyerupai orang berlari.
Kallimarmaro dilihat dari Jalan Raya Vasileos Konstantinou, Pintu masuk berada di sisi kanan. Foto: dokumentasi pribadi.
Kallimarmaro sendiri sudah berusia ribuan tahun. Diceritakan bahwa stadion ini didirikan pada abad ke-4 Sebelum Masehi untuk Panathenian Games yang diselenggarakan tiap empat tahun sekali. Pada tahun 143-144 Herodes Atticus kembali membangun stadion ini dan menjadikan stadion ini terbuat sepenuhnya dari marmer dengan kapasitas 50 ribu tempat duduk, sama dengan Koloseum Roma.
ADVERTISEMENT
Stadion ini paling dikenal dengan dua hal, yaitu satu-satunya stadion di dunia yg terbuat dari marmer, serta merupakan tempat Olimpiade modern pertama dilakukan pada tahun 1896 di mana maraton menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Jangan lupa manfaatkan audioguide yang tersedia di pintu masuk agar kamu dapat mengetahui lebih jelas sejarah stadion ini sembari berjalan-jalan di dalamnya.
Zappeion Megaron
Saatnya berjalan kembali ke arah pusat kota, yakni arah Gedung Parlemen. Di barat Kallimarmaro, kurang lebih 5 menit jalan kaki, terdapat bangunan Zappeion Megaron. Bangunan bergaya neoklasik ini berada di selatan Gedung Parlemen dan berbatasan langsung dengan National Garden. Delapan kolom bergaya Corinthian yang berada di fasad depan bangunan berwarna kuning gading ini sungguh menarik perhatian. Memberi kesan kokoh dan megah.
Gedung Zappeion yang bergaya Neoklasik dengan 8 kolom besar di fasad depan gedung. Patung di sisi kiri adalah patung Evangelis Zappas (1800–1865), dermawan Yunani yang memiliki gagasan pembangunan Zappeion. Foto: dokumentasi pribadi.
Bangunan ini didesain oleh arsitek Denmark, Theophil Hansen dan pembangunannya dimulai pada tahun 1874 dan berakhir pada tahun 1888. Zappeion dibangun untuk Olimpiade 1896 dan atriumnya saat itu dipergunakan untuk pertandingan anggar. Mulai tahun 1936 Zappeion dipergunakan untuk stasiun radio negara Yunani yang pertama.
ADVERTISEMENT
Tahun 1940, bangunan ini dipergunakan sebagai rumah sakit dan pada masa pendudukan Jerman dipergunakan sebagai gudang penyimpanan dan barak. Kini, bangunan indah ini menjadi tempat penyelenggaraan berbagai konferensi, eksibisi, dan berbagai kegiatan bergengsi lainnya.
Hadrian’s Arch
Kurang lebih 8 menit berjalan kaki ke arah Barat dari Zappeion, kita dapat menemukan tengaran lainnya, yakni Hadrian’s Arch. Arkeolog menyebutkan bahwa monumen yang terbuat dari marmer yang berasal dari Gunung Pentelicus ini dibangun oleh warga Athena pada tahun 131 untuk menghormati Kaisar Hadrian dan terletak di jalan kuno yang menghubungkan kota tua Athena ke bagian Romawi kota Athena yang lebih baru, yang dibangun oleh Kaisar Hadrian.
Terdapat dua tulisan yang diukir di dua sisi monumen. Pada sisi yang menghadap Acropolis tertulis "This is Athens, the ancient city of Theseus". Theseus merupakan raja dan pahlawan pendiri kota Athena dalam mitologi Yunani. Sementara itu, pada sisi yang menghadap kota yang lebih baru dituliskan "This is the city of Hadrian and not of Theseus". Hingga kini, monumen ini tetap menjadi salah satu tempat berfoto favorit para wisatawan.
Sisi Hadrian's Arch yang menghadap ke bagian Romawi kota Athena yang lebih baru, yang dibangun oleh Kaisar Hadrian, Kaisar Romawi yang menjadikan Athena sebagai ibukota kebudayaan dari Kekaisaran Romawi. Foto: dokumentasi pribadi.
Acropolis of Athens
ADVERTISEMENT
Perhentian terakhir perjalanan kita kali ini adalah ikon Yunani. Rasanya hampir tidak ada yang tidak kenal dengan peninggalan satu ini. Lokasinya berada di sisi barat Hadrian’s Arch dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 6 menit. Situs arkeologi Acropolis of Athens masuk ke dalam UNESCO World Heritage Site pada tahun 1987.
Secara harfiah Acropolis berarti “upper city”. Penamaan itu sesuai dengan lokasi situs Acropolis yang berada di atas sebuah bukit dengan ketinggian rata-rata 156 meter di cekungan Athena. Dengan lokasinya yang cukup tinggi tersebut, kamu sudah dapat melihat kemegahannya dari jauh.
Propylaia, gerbang masuk Acropolis of Athens, dilihat dari Areopagus Hill. Areopagus Hill dikenal juga sebagai Hill of Ares dan di masa lalu merupakan tempat Council of Nobles (Dewan para Bangsawan) dan Judicial Court (Pengadilan Yudisial), yang terutama berurusan dengan pembunuhan. Foto: dokumentasi pribadi.
Arkeolog menyebutkan bahwa Acropolis of Athens mulai dibangun pada pertengahan abad ke-5 Sebelum Masehi atas inisiatif Perikles. Namun demikian, bukti-bukti arkeologis dari periode Neolitik (4000/3500-3000 Sebelum Masehi) telah ditemukan di sekitar bukit di mana Acropolis berdiri yang menunjukkan bahwa bukit tersebut telah didiami manusia sejak masa Neolitik tersebut. Acropolis didirikan untuk menunjukkan dedikasi masyarakat Athena, kepada dewa dan dewi, khususnya kepada patron mereka, Dewi Athena.
Kuil Erechtheion yang berada di sisi utara situs Acropolis of Athens. Kuil ini dibangun untuk menghormati Dewi Athena dan Dewa Poseidon. Diperkirakan kuil ini dibangun pada 421 dan 406 Sebelum Masehi. Foto: dokumentasi pribadi.
Meski saat ini proyek restorasi Acropolis masih berlangsung, kamu tetap dapat menikmati karya adiluhung ini. Kamu perlu merogoh kocek sebesar 20 Euro atau paket spesial 30 Euro yang berlaku untuk 5 hari dan dapat dipergunakan untuk masuk ke dalam situs-situs lain di sekitar kompleks Acropolis, seperti Ancient Agora of Athens, Hadrian’s Library (yang berada di Monastiraki Square), dan Olympieio. Di dalam situs Acropolis sendiri kamu dapat menikmati beberapa peninggalan bersejarah, seperti: Parthenon, Erechtheion, Propylaia, dan Odeon of Herodes Atticus.
Parthenon, monumen di Acropolis of Athens yang paling dikenal. Kuil ini didedikasikan bagi Dewi Athena yang merupakan patron kota Athena. Pembangunan berlangsung pada 447-438 Sebelum Masehi. Saat ini masih menjalani restorasi meski tetap terbuka bagi kunjungan wisatawan. Foto: dokumentasi pribadi.
Oh iya, Pemerintah Yunani menggratiskan tiket masuk pada beberapa hari tertentu, yaitu: 6 Maret, 18 April, 18 Mei, minggu terakhir bulan September, 28 Oktober, dan tiap hari Minggu pertama dari 1 November sampai 31 Maret.
ADVERTISEMENT
Epilog
Dulu, saat saya menghabiskan waktu atau sekadar melewati tengaran-tengaran tersebut, sering kali teringat kampung halaman. Betapa Indonesia memiliki banyak tengaran yang tidak saja menjadi penanda kota namun juga penanda sejarah, peradaban, dan identitas kita.
Tengaran-tengaran tersebut perlu dikenang dan dirayakan, karenanya perlu dipelihara. Bila kita melihat tengaran kota Athena, secara ekonomi sudah pasti dapat menjadi daya tarik wisata yang mampu memutar roda perekonomian, melewati terjangan krisis ekonomi yang berat sungguh pun. Tengaran-tengaran tersebut juga menjadi bagian dari ingatan kolektif kita, penanda untuk mengurai dan belajar dari masa lalu sekaligus berupaya meninggalkan warisan bermanfaat bagi generasi mendatang. Dan kita punya modalitas yang lebih dari cukup.
Buah zaitun. Menurut mitos Yunani, Dewi Athena menghadiahi pohon zaitun yang menyimbolkan perdamaian dan kemakmuran kepada masyarakat Athena. Dewi Athena kemudian memenangkan sayembara legendaris antara Athena dan Poseidon dan menjadi patron bagi kota yang kemudian menggunakan namanya sebagai nama kota. Foto: dokumen pribadi.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT