Konten dari Pengguna

Mengapa Ayat Ini Diulang 31 Kali dalam Surah Ar-Rahman?

Bayu Susena
Saya bekerja sebagai legal drafting di Universitas. Memiliki latar belakang pendidikan di bidang hukum dan saat ini aktif mengembangkan kemampuan menulis di berbagai media.
8 Mei 2025 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bayu Susena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda membaca Surah Ar-Rahman dan merasa heran dengan satu ayat yang diulang-ulang sampai 31 kali? Ayat tersebut berbunyi: "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
ADVERTISEMENT
Pertanyaan ini terus muncul seolah-olah menantang kita untuk berpikir ulang: apakah kita benar-benar bersyukur atas nikmat Allah? Tapi mengapa harus diulang begitu banyak?
Para ulama sejak dulu mencoba menjawab pertanyaan ini, namun tidak ada yang bisa memastikan jawabannya dengan pasti. Imam ar-Razi, salah satu ulama besar dalam tafsir, menyarankan agar manusia tidak memaksakan diri untuk memahami hal-hal yang memang berada di luar batas kemampuan akalnya. Dalam istilah agama, ini disebut tauqifiyyat hal-hal yang hanya Allah yang tahu maksudnya.
Namun, ini tidak menghentikan para ulama lain untuk mencoba memahami makna di balik pengulangan ini. Ayat-ayat dalam Surah Ar-Rahman bisa dibagi menjadi empat kelompok besar:
ADVERTISEMENT
Pengulangan ayat ini hadir di sela-sela pembahasan kelompok-kelompok tersebut, seolah-olah menjadi semacam pengingat terus-menerus tentang nikmat Allah. Bahkan ketika ayat-ayat tentang neraka disebutkan, ayat pengulangan itu tetap hadir. Apakah azab neraka juga termasuk nikmat? Ternyata, banyak ulama berpendapat bahwa peringatan keras dari Allah itu sendiri adalah bentuk kasih sayangNya. Bayangkan jika kita tidak pernah diperingatkan, mungkin kita tidak akan pernah tahu betapa mengerikannya akibat dari perbuatan dosa.
Pengulangan ini juga punya makna yang dalam, agar manusia tidak lupa. Kita tahu bahwa hati manusia mudah berubah. Kadang ingat Allah, kadang lalai. Kadang bersyukur, kadang lupa. Maka pengulangan menjadi cara efektif untuk menyadarkan manusia berulang kali bahwa semua yang mereka miliki adalah dari Allah.
ADVERTISEMENT
Selain itu pengulangan ini ditujukan kepada dua makhluk manusia dan jin. Dalam bahasa Arab, ini tercermin dari penggunaan kata rabbikuma (Tuhan kalian berdua), yang berarti Tuhan bagi manusia dan jin. Sebagian ulama juga menafsirkan bahwa itu bisa merujuk pada laki-laki dan perempuan, atau orang beriman dan orang kafir.
Ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini diulang untuk memperkuat (ta’kid), memperingatkan (tadzkir), menegaskan (taqrir), dan mengingatkan pentingnya bersyukur (tanbih).
Yang menarik, para ulama punya cara berbeda dalam menafsirkan pengulangan ini. Ada yang fokus pada makna umum surah, ada pula yang memperhatikan pola dan susunan redaksi secara mendalam. Semua itu menunjukkan betapa kayanya tafsir al-Qur’an, dan bahwa setiap pendekatan bisa memberikan wawasan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Surah Ar-Rahman ditutup dengan kalimat:
“Maha Suci nama Tuhanmu, Pemilik kebesaran dan kemuliaan.”
Kalimat ini tidak lagi diiringi dengan pengulangan, karena pesan utama surat ini sudah disampaikan dengan utuh yaitu Allah Maha Pemurah, dan nikmat-Nya tak terhitung jumlahnya.
Maka pertanyaannya kembali kepada kita: “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”